Anda di halaman 1dari 11

10 Kesalahan Istri

1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna


Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan
yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetronsinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape,
masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran
nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan,
hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina
sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan
dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika
yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang
melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat
kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Taala telah tetapkan
untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun
secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya

6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.

Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segalagalanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan
dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun,
senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini
sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.

3. Tidak menyukai keluarga suami


Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya
tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya.
Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua
sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang,
sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha
merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari
kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah,
bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha
menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun
juga pernikahan antar keluarga. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami
adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami
merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika
istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan
kasih sayang suami.

4. Tidak menjaga penampilan


Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia
keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara
maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar
rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan
tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan
berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang
menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di
rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya,
berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh
Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan
suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun
suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginankeinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas
karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan
kekurangan. Sifat qonaah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh
dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia
tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan
berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.
6. Mengingkari kebaikan suami
Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika
terjadi gerhana matahari.

Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk
dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi
penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
Karena kekufuran mereka, jawab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika para sabahat
bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan
yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa,
kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri
akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian
penjelasan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
(5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita,
kita saling introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira
untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka
berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum
terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi
mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau
tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat
kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): Jangan engkau menyakitinya,
kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera
berpisah dengan kamu menuju kami. (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan
dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari
membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan
melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.
(HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah
jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkitungkit kebaikannya semata.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan
memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab
yang pedih.
Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakannya
sebanyak tiga kali. Lalu Abu Dzar bertanya, Siapakah mereka yang rugi itu, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki
(isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu
ketika menjual. [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada
salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung
jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan
sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih
menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi
terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di
luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas
tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga
kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui

batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah
menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang
dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih
mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini,
maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini
adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini
tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa
nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan
dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk
menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya
senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan
suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik
dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah,
menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang
seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita
menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
amin

Delapan Macam Najis & Cara Membersihkannya


Senin 20 Jamadilawal 1434 / 1 April 2013 17:46

DALAM Islam, ada yang dikenal dengan najis. Najis sendiri adalah suatu perkara yang dianggap
kotor oleh syara yang dapat mencegah keabsahan sholat, seperti darah, air air seni, kotoran
manusia atau hewan dll. Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa barang kotor
yang ada disekitar kita, belum tentu dihukumi najis karena tidak semuanya mencegah keabsahan
sholat, seperti tanah, lumpur, sampah dll.
Apa saja najis-najis itu dan bagaimana cara membersihkannya?
1. Air seni.
Dari Anas ra., Seorang Arab Badui buang air di Mesjid, lalu segolongan orang
menghampirinya. Rasulullah SAW lantas bersabda, Biarkanlah ia jangan kalian hentikan
kencingnya. Lalu Anas ra. melanjutkan, Tatkala ia sudah menyelesaikan kencingnya, beliau
SAW memerintahkan agar dibawakan setimba air lalu diguyurkan di atasnya (HR. Al Bukhari
no. 6025 dan Muslim no. 284)
[Secara umum, zat untuk membersihkan diri dari najis adalah dengan menggunakan air, kecuali
syariat membolehkan membersihkannya dengan selain air, seperti menggunakan tanah]

Adapun cara menyucikan pakaian yang terkena kencing bayi yang masih menyusu adalah
sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air
kencing bayi diperciki (HR. An Nasai I/158 dan Abu Dawud no. 372, dishahihkan oleh Syaikh
Albani dalam Shahih Sunan an Nasai no. 293)
2. Kotoran manusia.
Dari Hudzaifah ra., Rasulullah SAW bersabda, Jika salah seorang diantara kalian menginjak al
adzaa dengan sandalnya, maka tanah adalah penyucinya (HR. Abu Dawud no. 381, dishahihkan
oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 834)
Al Adzaa adalah segala sesuatu yang engkau merasa tersakiti olehnya, seperti najis, kotoran dan
sebagainya (Aunul Mabuud II/44).
3. Madzi.
Madzi adalah cairan bening, encer dan lengket yang keluar ketika naiknya syahwat. Dialami pria
maupun wanita.
Ali ra. berkata, Aku adalah laki laki yang sering keluar madzi. Aku malu menanyakannya
pada Nabi SAW karena kedudukan putri beliau. Lalu kusuruh al Miqdad bin al Aswad untuk
menanyakannya. Beliau SAW bersabda, Dia harus membasuh kemaluannya dan berwudhu
(HR Al Bukhari no. 132 dan Muslim no. 303)
4. Wadi
Wadi adalah cairan bening dan kental yang keluar setelah buang air. Dari Ibnu Abbas ra., ia
berkata, Mani, wadi dan madzi. Adapun mani maka wajib mandi. Sedangkan untuk wadi dan
madzi beliau SAW bersabda,
Basulah dzakar atau kemaluanmu dan wudhulah sebagaimana engkau berwudhu untuk shalat
(HR. Abu Dawud dan Al Baihaqi I/115, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan
Abi Dawud no. 190)
5. Kotoran hewan yang tidak halal dimakan dagingnya.
Dari Abdullah ra., ia berkata, Ketika Nabi SAW hendak buang hajat, beliau berkata, Bawakan
aku 3 batu. Aku menemukan dua batu dan sebuah kotoran keledai. Lalu beliau mengambil
kedua batu itu dan membuang kotoran tadi lalu berkata, (Kotoran) itu najis (HR. Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majahno. 2530)
6. Darah haidh
Dari Asma binti Abi Bakar ra. ra, ia berkata, Seorang wanita datang kepada kepada Nabi SAW
lalu berkata, Baju seorang diantara kami terkena darah haidh, apa yang ia lakukan ?

Beliau SAW bersabda, Keriklah, kucek dengan air, lalu guyurlah. Kemudian shalatlah dengan
(baju) itu (HR. Al Bukhari no. 307 dan Muslim no. 291)
7. Air liur anjing.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, (Cara) menyucikan bejana salah seorang
diantara kalian jika dijilat anjing adalah membasuhnya tujuh kali. Yang pertama dengan tanah
(HR. Muslim no. 276)
8. Bangkai
Yaitu segala sesuatu yang mati tanpa disembelih secara syari. Dasarnya adalah sabda Rasulullah
SAW, Kulit bangkai apa saja jika disamak, maka ia suci (HR. Ibnu Majah, Ahmad dalam Al
Fathur Rabbanino. 49, At Tirmidzi no. 1782, Ibnu Majah no. 3609 dan An NasaiVII/173, dari
Ibnu Abbas ra., dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah no. 2907). []

Zina : Dosanya, Hukumannya Di Dunia Dan Di Akhirat


Sabtu, 27 Oktober 2007 13:40:49 WIB
ZINA : DOSANYA, HUKUMANNYA DI DUNIA DAN AKHIRAT
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Zina adalah dosa yang sangat besar dan sangat keji serta seburuk-buruk jalan yang
ditempuh oleh seseorang berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala.

Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu
adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh
seseorang) [Al-Israa : 32]
Para ulama menjelaskan bahwa firman Allah Subhanahu wa Taala : Janganlah
kamu mendekati zina, maknanya lebih dalam dari perkataan : Janganlah kamu
berzina yang artinya : Dan janganlah kamu mendekati sedikit pun juga dari pada
zina [1]. Yakni : Janganlah kamu mendekati yang berhubungan dengan zina dan
membawa kepada zina apalagi sampai berzina. [2]
Faahisah = maksiat yang sangat buruk dan jelek
Wa saaa sabiila = karena akan membawa orang yang melakukannya ke
dalam neraka.

Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa zina termasuk Al-Kabaair (dosadosa besar) berdasarkan ayat di atas dan sabda Nabi yang mulia Shallallahu alaihi
wa sallam.
Artinya : Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman [3] darinya. Lalu iman itu
berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah bertaubat,
kembali lagi iman itu kepadanya [Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 4690 dari
jalan Abu Hurairah]
Berkata Ibnu Abbas. : Dicabut cahaya (nur) keimanan di dalam zina [Riwayat
Bukhari di awal kitab Hudud, Fathul Bari 12:58-59]
Dan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Dari Abi Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam, Tidak akan berzina seorang yang berzina ketika dia berzina padahal dia
seorang mukmin. Dan tidak akan meminum khamr ketika dia meminumnya padahal
dia seorang mukmin. Dan tidak akan mencuri ketika dia mencuri padahal dia
seorang mukmin. Dan tidak akan merampas barang yang manusia (orang banyak)
melihat kepadanya dengan mata-mata mereka ketika dia merampas barang
tersebut pada dia seorang mukmin [Hadits shahih riwayat Bukhari no. 2475, 5578,
6772, 6810 dan Muslim 1/54-55]
Maksud dari hadits yang mulia ini ialah :
Pertama : Bahwa sifat seorang mukmin tidak berzina dan seterusnya.
Kedua : Apabila seorang mukmin itu berzina dan seterusnya maka hilanglah
kesempurnaan iman dari dirinya[4]
Di antara sifat ibaadur Rahman [5] ialah : tidak berzina. Maka apabila seorang
itu melakukan zina, niscaya hilanglah sifat-sifat mulia dari dirinya bersama
hilangnya kesempurnaan iman dan nur keimannya. [6]
Setelah kita mengetahui berdasarkan nur Al-Quran dan Sunnah Nabi yang mulia
Shallallahu alaihi wa sallam bahwa zina termasuk ke dalam Al-Kabaair (dosa-dosa
besar) maka akan lebih besar lagi dosanya apabila kita melihat siapa yang
melakukannya dan kepada siapa?
Kalau zina itu dilakukan oleh orang yang telah tua, maka dosanya akan lebih besar
lagi berdasarkan sabda Nabi yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada
mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan tidak melihat kepada
mereka, dan bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu ; Orang tua yang berzina,
raja yang pendusta (pembohong) dan orang miskin yang sombong [Hadits shahih
riwayat Muslim 1/72 dari jalan Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam seperti diatas]
Demikian juga apabila dilakukan oleh orang yang telah nikah atau pernah
merasakan nikah yang shahih baik sekarang ini sebagai suami atau istri atau duda

atau janda, sama saja, dosanya sangat besar dan hukumannya sangat berat yang
setimpal dengan perbuatan mereka, yaitu didera sebanyak seratus kali kemudian di
rajam sampai mati atau cukup di rajam saja. Adapun bagi laki-laki yang masih
bujang atau dan anak gadis hukumnya didera seratus kali kemudian diasingkan
(dibuang) selama satu tahun. Dengan melihat kepada perbedaan hukuman dunia
maka para ulama memutuskan berbeda juga besarnya dosa zina itu dari dosa besar
kepada yang lebih besar dan sebesar-besar dosa besar. Mereka melihat siapa yang
melakukannya dan kepada siapa dilakukannya.
Kemudian, kalau kita melihat kepada siapa dilakukannya, maka apabila seorang itu
berzina dengan isteri tetangganya, masuklah dia kedalam sebesar-besar dosa besar
(baca kembali haditsnya di fasal kedua dari jalan Ibnu Masud). Dan lebih
membinasakan lagi apabila zina itu dilakukan kepada mahramnya seperti kepada
ibu kandung, ibu tiri, anak, saudara kandung, keponakan, bibinya dan lain-lain yang
ada hubungan mahram, maka hukumannya adalah bunuh. [7]
Setelah kita mengetahui serba sedikit tentang zina [8], dan dosanya, hukumannya
di dunia di dalam syariat Allah dan adzabnya di akhirat yang akan membawa para
penzina terpanggang di dalam neraka, sekarang tibalah bagi kami untuk
mejelaskan pokok permasalahan di dalam fasal ini yaitu hamil di luar nikah dan
masalah nasab anak. Dalam fasal ini ada beberapa kejadian yang masing-masing
berbeda hukumnya, maka kami berkata:
[Disalin dari kitab Menanti Buah Hati Dan Hadiah Untuk Yang Dinanti (Diringkasg
dari pembahasan pembuka HAMIL DI LUAR NIKAH DAN MASALAH NASAB ANAK,
Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qolam Jakarta, Cetakan I Th
1423H/2002M]
_______

Anda mungkin juga menyukai