Disadur dengan mengubah dan menambah kata / kalimat tanpa mengurangi maksud tulisan.
Pendahuluan
Setiap jenis kendaraan yang bergerak pasti memiliki rem termasuk kereta api yang terdiri dari lokomotif dan rangkaiannya (kereta / gerbong). Masing-masing jenis ken
karakteristik pengereman tentunya memiliki jarak pengereman (stoping distance) yang berlainan pula.
Jarak pengereman kereta api adalah jarak yang dibutuhkan mulai saat masinis menarik tuas (handle) rem dengan kondisi pelayanan pengereman penuh (full brake) sam
Yang dimaksud dengan pengereman penuh (full brake) pada rangkaian kereta api yang dilengkapi peralatan pengereman udara tekan (Westinghouse) adalah menurunk
pengereman yang dilakukan masinis di lokomotif yang menyebabkan tekanan maksimum pada silinder pengereman kereta / gerbong mencapai 3,8 kg/cm2 (3,8 atm) p
Jarak pengereman (L) dihitung dalam meter (m) sangat penting pengaruhnya pada kereta api sebagai bahan acuan bagi masinis kapan saatnya harus menarik tuas rem d
harus berhenti.
Dalam keadaan normal dimana kereta api yang berjalan dalam kecepatan penuh dan masinis menyadari bahwa kereta apinya harus berhenti di depan suatu sinyal karen
memperkirakan jarak pengereman dimana harus mulai menarik tuas rem sampai dengan kereta api harus dapat berhenti di muka sinyal tersebut.
Dalam pemeriksaan atau penyidikan kecelakaan kereta api, jarak pengereman dapat mengungkap penyebab suatu kecelakaan kereta api misalnya tabrakan kereta api fr
bebas, suatu kereta api menabrak kereta api lain di emplasemen stasiun atau suatu kereta api menabrak kendaraan jalan raya yang mogok di jalan perlintasan.
Analisis lapangan dan analisis terhadap kondisi teknis pengereman kereta api tersebut dapat mengungkap penyebab kecelakaan yaitu apakah disebabkan faktor teknis (
dihitung jarak yang tersedia untuk melakukan pengereman mulai dari lokasi tabrakan sampai dengan lokasi dimana masinis sudah dapat melihat benda / kereta api lain
Analisis terhadap kondisi teknis pengereman kereta api dimaksudkan untuk mendapatkan data apakah kereta api tersebut memiliki peralatan pengereman yang seharus
dalam kondisi menyimpang dari peraturan teknis pengereman yang ditetapkan.
Dari kondisi tersebut maka dapat diketahui apakah penyebab tersebut akibat masinis terlambat melayani tuas pengereman, jarak yang tidak mencukupi atau faktor tekn
diasumsikan adalah jika masinis tertidur apakah peralatan dedman pedal atau automatic emergency brake dapat bekerja baik dalam situasi kecepatan penuh untu
tertidur.
Pelayanan peralatan pengereman kereta api dapat bekerja dengan 3 cara yaitu dilayani oleh masinis dari lokomotif, dilayani secara otomatis oleh sistem pengamanan d
brake serta oleh awak kereta api dalam rangkaian dengan menarik tuas emergency brake yang tersedia pada setiap kereta / gerbong.
Faktor Yang Berpengaruh Pada Jarak Pengereman
Semakin tinggi kecepatan kereta api maka semakin panjang jarak pengereman.
Kemiringan jalan rel berpengaruh terhadap jarak pengereman dengan 2 kemungkinan yaitu menambah jarak pengereman jika lereng menurun atau mengura
Prosentase gaya pengereman adalah besaran gaya pengereman yang bekerja dibandingkan dengan berat kereta api yang akan dilakukan pengereman dikalikan dengan
pengereman. Kasus besaran gaya pengereman tidak dapat mencapai angka 100% dipengaruhi oleh jumlah kereta / gerbong yang tidak bekerja atau tidak dilayani dalam
Tabel Nilai
40
0,84
0,85
50
0,90
0,92
60
0,94
0,97
70
0,96
1,00
80
0,99
1,06
90
1,00
1,06
100
1,00
Rem Posisi
Jumlah Gandar
n 24
24 < n 48
C1
1,10
1,05
Jumlah Gandar
n 40
40 < n 80
C1
1,12
1,06
48 < n
R/P
Rem Posisi
1,0
80 < n
G
1,0
Tabel Nilai Ci
40
50
60
70
80
90
100
0,77
0,81
0,84
0,87
0,89
0.90
0,90
Rem Posisi G
0,66
0,68
0,70
0,72
0,74
0,75
Uji coba pengereman harus dilakukan melalui uji coba stasioner dan uji coba operasional. Uji coba stasioner dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tekanan udar
dibutuhkan sewaktu melakukan pengereman dan pelepasan. Uji coba operasional dilakukan dengan maksud mengetahui jarak pengereman pada berbagai kecepatan.
Uji coba yang pernah dilakukan pada rangkaian kereta api penumpang dengan jumlah rangkaian sebanyak 8 10 kereta menggunakan bogie NT.11 / K5 dan dihitung d
Perhitungan
Uji coba
60
249
332
70
332
415
80
420
650
90
527
745
100
650
910
Uji coba operasional yang pernah dilakukan menggunakan rangkaian kereta api dengan seluruh kondisi pengereman tiap-tiap kereta keadaan baik dan sesuai teknik pe
dengan bahan dari besi cor.
Tabel di atas membuktikan bahwa jarak pengereman hasil percobaan operasional lebih panjang / jauh dari perhitungan teori dengan rumus Minden. Penyebabnya kemu
standar bahan blok rem yang dipakai di Eropa. Rumus Minden didasarkan atas kondisi yang berlaku di Eropa.
Keunggulan blok rem komposit adalah memiliki koefisien gesek yang lebih baik dan usia keausan yang lebih lama sehingga waktu penggantiannya menjadi lebih panj
blok rem dengan rentang waktu yang bertambah panjang.
Blok rem komposit di Jawa telah digunakan untuk kereta api Argo Bromo Anggrek, kereta api Argo Gede dan beberapa set KRL di Jabodetabek. Keunggulan lain adal
bising saat terjadi pengereman.
Uji coba operasional pengereman pada kereta api Argo Bromo Anggrek dengan menggunakan blok rem komposit menghasilkan tabel sebagai berikut :
Perhitungan
Uji coba
60
249
210
70
332
295
80
420
385
90
527
463
100
650
600
Tabel di atas membuktikan bahwa jarak pengereman hasil percobaan operasional pengereman menggunakan blok rem komposit berhasil mendekati atau lebih pendek d
Kesimpulan
Jarak sinyal muka ke sinyal utama pada lintas jalan datar adalah 500 meter. Dalam hal kereta api berjalan dengan kecepatan penuh dan terpaksa harus tertahan di sinya
melakukan pengereman pada saat melalui sinyal muka tersebut.
Jika kereta api menggunakan blok rem dari bahan besi cor maka masinis harus mulai melakukan pengereman ketika melihat kedudukan / aspek sinyal muka yang men
menunjukkan indikasi tidak aman. Artinya masinis harus mulai melakukan pengereman sebelum melalui sinyal muka tersebut atau mulai melakukan pengereman untu
masinis mulai melakukan pengereman pada saat atau setelah melalui sinyal muka maka sudah dapat dipastikan bahwa kereta api akan melanggar sinyal masuk utama a
berkedudukan / aspek tidak aman.
Dalam hal kasus tabrakan kereta api dengan kendaraan lain di jalan perlintasan, dalam hal kereta api berjalan dengan kecepatan penuh maka situasi di perlintasan terse
terlihat tersebut tidak tercapai maka setiap benda yang merintangi perjalanan kereta api tersebut di perlintasan dipastikan akan tertabrak kereta api. Kecelakaan juga pa
kendaraan di perlintasan pada saat jarak kereta api dengan perlintasan tersebut lebih kecil dari jarak pengereman.
Hal yang sama juga dapat terjadi pada kasus kecelakaan suatu kereta api menabrak kereta api lain dari belakang jika jarak pandang masinis terhalang oleh lengkung jal
masinis telah melanggar sinyal sebelumnya yang seharusnya tidak boleh dilalui.
Jika kereta api menggunakan blok rem komposit maka masinis boleh melakukan pengereman pada saat / menjelang melalui sinyal muka tersebut untuk kecepatan diba
mulai melakukan pengereman sebelum melalui sinyal muka tersebut.
Jarak pengerman kereta api ini seharusnya diketahui bukan oleh masinis atau pegawai yang berkecimpung dalam perkeretaapian tetapi oleh pengguna jalan raya yang s
Jika semua pegawai kereta api mengetahui hal ini maka kemungkinan besar kecelakaan-kecelakaan kereta api yang selama ini terjadi (selain anjlogan) dapat dihindari
antispasi pencegahan lebih dini.
Jarak Pengereman