Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI

Oleh:
UMMU KAMILAH
K111 14 318

DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat
ramat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dalam
menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan dari
Dosen kami, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Seperti yang kita ketahui beberapa tantangan yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja baik
itu tenaga medis ataupun yang lainnya memiliki struktur organisasi dimana di tingkat yang
tertinggi merupakan seorang pimpinan. Setiap bawahan mempunyai atasan, begitupun
sebaliknya. Setiap atasan memiliki bawahan. Perlu dipahami bahwa guna meningkatkan kinerja,
setiap tenaga kerja perlu memahami karakteristik karakteristik seseorang apalagi karakteristik
seorang pemimpin di tempat kerja maupun di suatu perusahaan. Karenanya Penulis akan
membahas tentang tema Kepemimpinan dalam Industri pada makalah ini untuk mengetahui
bagaimana karakteristik dan tipe-tipe pemimpin dalam memimpin suatu perusahaan.
Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang. Harapan
kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca ke
depannya.

Makassar, November 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISI.......ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................3
B. Rumusan Masalah........................4
C. Tujuan..........................................4
BAB II ISI
A.
B.
C.
D.

Definisi Kepemimpinan ..............8


Teori Gaya dan Sifat Kepemimpinan........10
Fungsi Kepemimpinan...................11
Pola Hubungan antar Tenaga Kerja.......................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........15
B. Saran............16
DAFTAR PUSTAKA................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang banyak dibicarakan saat ini. Tidak
hanya dikaji oleh para akademisi-akademisi ilmu sosial, kepemimpinan juga menjadi
perbincangan pada masyarakat di kalangan umum. Meskipun sudah banyak teori yang
mendasari munculnya macam-macam gaya kepemimpinan yang dikembangkan saat
ini, namun belum ada satu pun teori yang bisa menjelaskan teori kepemimpinan yang
sempurna. Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan-batasan tentang
kepemimpinan kurang lebih sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat
batasan tentang pengertian kepemimpinan.
Pada unit kerja di instansi maupun suatu perusahaan selalu saja dikacaukan
dengan persoalan kepemimpinan. Bennis dan Nanus (1985) melihat ada perbedaan
yang mendasar antara manajemen dan kepemimpinan. Meskipun banyak yang sering
menganggap kedua hal tersebut sama. To manage, menurut mereka berarti to bring
about, to accomplish, to have charge of or responsibility for, to conduct. Sedangkan
leading adalah influencing, guiding in direction, course, action, opinion.
Kepemimpinan pada dasarnya lebih berhubungan dengan efektivitas,
sedangkan memanajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi. Bennis mengatakan
bahwa pemimpin do the right hings, sedangkan manajer do the things right.
Kepemimpinan merupakan suatu hal penting yang dibutuhkan oleh seorang manajer.
Para manajer akan menjadi pemimpin bagi perusahaan yang dipimpinnya. Tidak
hanya para manager yang perlu memahami tentang kepemimpinan, setiap tenaga kerja
juga harus mampu mempelajari mengenai kepemimpinan untuk memahami tipe-tipe
dan gaya-gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang mungkin adalah
pimpinannya di perusahaan tempat ia bekerja. Oleh karena penulis menganggap
penting untuk mempelajari tentang kepemimpinan, maka penulis akan membahas
mengenai kepemimpinan dalam industri lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kepemimpinan ?
2. Bagaimana teori gaya dan sifat kepemimpinan ?
3. Apa saja fungsi dari kepemimpinan ?
4. Bagaimana kepemimpinan yang ideal ?
5. Bagaimana pola hubungan antartenaga kerja dalam perusahaan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui teori gaya dan sifat kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui kepemimpinan yang ideal.
5. Untuk mengetahui pola hubungan antartenaga kerja dalam perusahaan.

BAB II
ISI

A. Definisi Kepemimpinan
Berikut ini adalah definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli, antara lain :
1) Donelly, Ivancevich dan Gibson (1985) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
sebuah upaya mempengaruhi aktivitas para pengikut melalui proses komunikasi
dan untuk pencapaian tujuan.
2) Kepemimpinan merupakan proses antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai
tujuan kelompok, organisasi, atau sosial. (Hollander, 1995)
3) Kepemimpinan merupakan sebuah proses pengaruh sosial melalui tempat dimana
individu mendaftar dan memobilisasi kepada orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. (Chemers, 2001)
4) Menurut Hackman and Johnson (2004), kepemimpinan merupakan elemen
fundamental dari kondisi manusia.
5) Kepemimpinan dapat didefinisikan tentang suatu hal yang berurusan dengan orang,
umumnya dalam kelompok, serta tentang mengubah sikap dan kebiasaan seseorang
untuk menyesuaikan diri terhadap visi pimpinan terhadap kelompok. (Hogg, 2004)
6) Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana individu mempengaruhi kelompok
individu untuk mencapai tujuan bersama. (Northouse, 2004)
7) Rowitz (2009) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kreativitas dalam
tindakan atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creativity in
action).
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa :
a. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain.
b. Kepemimpinan adalah phenomena kelompok, Anda tidak dapat bicara tentang
seorang pemimpin tanpa adanya sekelompok para pengikut.
c. Kepemimpinan adalah berorientasi tujuan artinya ada tujuan yang ingin dicapai.
d. Kepemimpinan adalah lenih ke imspirasi dan non-material.

B. Teori Gaya dan Sifat Kepemimpinan


Teori kepemimpinan mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perdebatan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, atau diciptakan atau kedua-duanya berjalan terus
bukan hanya dalam teori kepemimpinan secara keseluruhan tetapi itu juga terjadi
dalam implementasinya di bidang lainnya. Begitu pula halnya sifat dan karakteristik
yang dimiliki oleh seorang pemimpin, para ahli memiliki pandangan yang berbedabeda dari yang sifatnya complementary sampai pada teori kontemporer kepemimpinan
sekarang.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai cara atau pendekatan dalam menyiapkan
arah, memotivasi orang dalam mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan ini berkaitan
dengan model perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin ketika bekerja dengan
orang lain. Gaya kepemimpinan merujuk pada cara di mana seorang pemimpin
berinteraksi dengan bawahannya. Adapun jenis teori gaya kepemimpinan, sebagai
berikut.
1) Teori X dan Y
McGregor membagi dua gaya kepemimpinan (Rowitz, 2009), yaitu Teori
X dan Teori Y. Adapun perbedaan gaya kepemimpinan Teori X dengan Teori
Y adalah sebagai berikut :
- Teori X cocok untuk suatu organisasi yang tidak menyukai situasi kerja
mereka, sedangkan Teori Y cocok untuk organisasi dengan organisasi
-

yang menyukai pekerjaan mereka.


Teori X digunakan untuk pegawai yang menghindari pekerjaan,
sedangkan teori Y digunakan pada pegawai yang menghasilkan

ketenangan.
Pada Teori X, pegawai dipaksa, dikendalikan atau ditegur agar tujuan
organisasi dapat tercapai, sedangkan pada Teori Y, pegawai menerima

sasaran dan tujuan organisasi.


Pada teori X, yang paling penting bagi mereka adalah keamanan.
Sedangkan, pada teori Y, pengambilan keputusan terjadi pada semua

tingkat organisasi.
2) Gaya kepemimpinan Karismatik
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris.
Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka
6

mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama,
orang orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa
yang

diucapkan

ternyata

tidak

dilakukan.

Ketika

diminta

pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan


maaf, dan janji.
3) Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan
jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikutpengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.
4) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang
kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
- Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
- Mereka bersikap terlalu melindungi.
- Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
- Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif.
- Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri.
- Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe
kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan
maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang
sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
5) Kepemimpinan Situasional
Pemimpin menggunakan gaya kepemimpinanyang berbeda pada situasi
yang berbeda pula. Contohnya ketika tugas mendesak dengan deadline waktu
7

yang singkat dan tenaga kerja cenderung pesimis untuk menyelesaikan


pekerjaan tersebut, bisa jadi gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah
otoriter. Pada waktu yang bersamaan, pegawai mau mengerjakannya dengan
baik, ada jiwa optimisme yang tinggi dengan target yang diharapkan, maka
gaya kepemimpinan otoriter tidak diperlukan, bisa jadi yang paling tepat
adalah gaya kepemimpinan demokratis. Karena itu, seorang pemimpin bisa
menggunakan lebih dari satu gaya kepemimpinan. Pemimpin menggunakan
strategi yang berbeda untuk bawahan yang berbeda pula.
6) Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan otokratis berasumsi bahwa individu-individu
dimotivasi oleh kekuatan eksternal seperti kekuasaan, kewenangan dan
kebutuhan persetujuan. Semua keputusan dibuat oleh pemimpin dan
cenderung menggunakan paksaan (coercion), sanksi (punishment) dan arahan
untuk mengubah perilaku pengikut (followers) untuk mencapai hasil.
Pemimpin otokratis cenderung mensentralisasi otoritas dan mengandalkan
kekuatan legitimasi dan penghargaan untuk mengatur bawahan.
7) Kepemimpinan Demokratis
Berbeda halnya dengan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya
kepemimpinan ini berpendapat bahwa individu-individu dimotivasi oleh
kekuatan internal bukan kekuatan eksternal. Dengan demikian, individuindividu aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan individuindividu tersebut ingin memperoleh tugas. Pemimpin menggunakan peranan
partisipasi dan majority rule melakukan pekerjaan dalam mencapai tujuan.
Gaya kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan kepada para bawahannya. Gaya kepemimpinan ini menekankan
pada tanggung jawab dan kerjasama yang baik. Gaya kepemimpinan
demokratis mendelegasikan otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh
pimpinan kepada orang lain dan mendorong lahirnya partisipasi dari
karyawan.
8) Kepemimpinan Laizzes-Faire
Gaya kepemimpinan laizzes-faire berpandangan bahwa individuindividu tetap perlu dimotivasi oleh kekuatan dan dorongan internal dan
individu-individu cenderung untuk diberi kesempatan mengambil keputusan
sendiri tentang bagaimana melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya. Gaya
kepemimpinan ini menekankan bahwa pemimpin tidak memfasilitasi dan
tidak menyiapkan bimbingan atau arahan, hanya sedikit kekuasaan dan
8

memberi banyak kebebasan dan kewenangan kepada para bawahannya untuk


mengambil keputusan dan menjalankan program yang ada. Pemimpin hanya
simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.
9) Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transaksional mempunyai ciri perancangan tujuan
tugas, penyediaan sumber daya dan penghargaan terhadap kinerja.
Kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan
transaksional, yaitu lebih dari sekedar pertukaran dan kesepakatan. Hoy dan
Miskel (2008) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan transformasional itu
mempunyai pemimpin yang proaktif, meningkatkan kesadaran bawahan
mencapai

hasil

kinerja

yang

tinggi

luar

biasa.

Kepemimpinan

transformasional membuat perubahan besar pada misi organisasi, cara


menjalankan kegiatan, dan manajemen sumber daya manusia untuk mencapai
misi tersebut.
Kepemimpinan

transformasional

dipandang

sebagai

model

kepemimpinan yang paling efektif karena kepemimpinan transformasional


tidak hanya mengakui pentingnya penghargaan, tetapi lebih dari itu
bagaimana mencapai kepuasan dan memenuhi kebutuhan bawahan yang lebih
tinggi dengan melibatkan mereka secara individual dan intelektual (Surakka,
2008). Kepemimpinan transformasional mengedepankan terjadinya perubahan
dalam organisasi, membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar
bersedia bekerja untuk mencapai target atau sasaran yang paling tinggi
(Nugroho, 2009).
Kepemimpinan

transformasional

mengandung

dua

kata

kepemimpinan (leadership) dan transformasional (transformation). Istilah


transformasional berasal dari kata to transform yang berarti mengubah
sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda misalnya mentransformasikan visi
menjadi realita, mengubah panas menjadi kekuatan potensial yang menjadi
aktual dan sebagainya. Pemimpin transformasional membuat rasa aman bagi
staf terhadap risiko dan memperluas batas-batas berpikir dan bertindak,
menciptakan kondisi bagi energy, kreativitas dan inovasi (Porter-OGrady,
1997).
Ciri kepemimpinan transformasional (Dunford, 1995) adalah sebagai
berikut :
9

Menantang praktek-praktek atau cara kerja yang sedang berjalan


Menginspirasi suatu visi bersama
Memberdayakan pegawai untuk bertindak
Bertindak sebagai model berjalan
Memperkuat tekad.

Ada lima aspek kepemimpinan transformasional, ialah :


-

Attributed Charisma.
Pemimpin mendahulukan kepentingan perusahaan dan kepentingan orang
lain dari kepentingan diri.
Inspirational Leadership/Motivation.
Pemimpin mampu menimbulkan inspirasi pada bawahannya, antara lain
dengan menentukan standar standar tinggi, memberikan keyakinan

bahwa tujuan dapat dicapai.


Intellectual Stimulation.
Bawahan merasa bahwa pemimpin mendorong mereka untuk memikirkan
cara kerja mereka dalam melaksanakan tugas dan cara baru dala

mempersepsi tugas mereka.


Individualized Consideration.
Bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan secara khusus oleh

pimpinannya.
Idealized Influence.
Pemimpin berusaha melalui pembicaraan, mempengaruhi bawahan
dengan menekankan pentingnya nilai nilai dan keyakinan untuk

mencapai tujuan.
10) Kepemimpinan Transaksional
Dalam bentuk kepemimpinan ini pemimpin berinteraksi dengan
bawahannya melalui proses transaksi. (Bass dan Avolio,1994) membahas
-

empat macam transaksi, yaitu :


Contingent Reward.
Pemimpin belum mempercayai

kemampuan

bawahannya

dan

memberikan kesempatan kepadanya untuk memperlihatkan kemampuan.


Management By Exception Active.
Kepercayaan terhadap bawahan belum banyak, sehingga memerlukan

pengawasan.
Management By Exception Passive.
Kepercayaan akan kemampuan bawahan telah menjadi lebih besar
sehingga pengawasannya tidak ketat dan atasan percaya bahwa bawahan

dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.


C. Fungsi dari Kepemimpinan

10

Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam


kehidupan kelompok/ organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/
organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan,
yaitu:
Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana

perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.


Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan,
yang mengharuskanya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinya yang
dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan
keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang
dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam

pelaksanaan.
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakanya.
Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari

pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.


Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalain bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif
mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,

koordinasi, dan pengawasan.


D. Kepemimpinan yang Ideal
11

Menurut William Glasser dalam bukunya, Choice Theory, sesungguhnya di


dalam situasi yang paling ekstrem sekalipun, seseorang tidak dapat dipaksa untuk
melakukan suatu pekerjaan. Jikalau orang tersebut mau mengerjakan pekerjaan yang
dipaksakan itu, biasanya hasil kerjanya tidak memuaskan.
Dalam bukunya tersebut, William menyebutkan 8 ciri perilaku yang
menggambarkan sifat seorang pemimpin yang baik.
1. Beri teladan tentang arti sukses kepada bawahan.
Alasan umum seseorang tidak berusaha keras dalam bekerja adalah karena mereka
tidak tahu persis tujuan mereka bekerja. Ketidakadaan tujuan dan arah sering
mematahkan motivasi kerja. Oleh sebab itu, seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang bisa memberi contoh kesuksesan yang bisa diraih para
bawahannya.
2. Beri bawahan Anda peralatan yang mereka butuhkan.
Banyak orang mempersepsikan, tugas seorang pemimpin adalah menyelesaikan
masalah bawahannya. Namun, sebenarnya itu bukan tugas dari atasan. Daripada
terus-menerus turun tangan menyelesaikan masalah orang lain, lebih baik berikan
pada bawahan cara dan rambu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
3. Jangan sungkan untuk memuji keberhasilan bawahan.
Tak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja bawahan juga dapat
memotivasi produktivitas dan membangun kepercayaan diri bawahan untuk lebih
sukses lagi.
4. Berikan ruang untuk kesalahan.
Sesungguhnya kesalahan adalah guru terbaik bagi pembelajaran, maka berilah
toleransi bagi kesalahan yang dilakukan bawahan. Terkadang kesalahan dilakukan
bawahan bukan karena ia tidak becus bekerja, tapi karena ketidaktahuannya akan
suatu hal.
5. Delegasikan tugas tanpa banyak turut campur.
Pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu mempercayakan tugas secara
penuh kepada bawahannya. Biarkan bawahan mengatasi kendala pekerjaannya
sendiri. Namun, di sisi lain pastikan diri anda selalu ada untuk membantu saat
mereka membutuhkan Anda.
6. Lebih baik bertanya daripada memberi nasihat
Seringkali bawahan anda tahu lebih banyak daripada yang anda pikir mereka
ketahui. Tanyakan pendapat mereka tentang masalah-masalah yang sedang mereka
hadapi di kantor. Dengan demikian, Anda membantu mereka menyimpulkan
sendiri jalan keluar terbaik dari masalah tersebut. Hindari memberi nasihat, karena
akan terkesan menggurui.
7. Bersikaplah ramah.
12

Aturan mainnya sungguh sederhana. Jangan berharap orang lain bersikap ramah
kepada anda jika anda tidak ramah terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang
baik tak perlu menjadi galak untuk bisa tegas dan efektif memanajeri bawahannya.
Dengan bersikap ramah, Anda akan selalu bisa melihat sisi positif dari setiap
karyawan Anda dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi.
8. Tak kenal maka tak sayang.
Kepemimpinan erat terkait dengan hubungan antar manusia. Saat bawahan percaya
bahwa anda tulus peduli dengan mereka, mereka akan berusaha lebih baik dalam
bekerja. Kenali lebih dekat bawahan anda, dengarkan cerita dan keluh kesahnya.
Pada akhirnya, kualitas kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari kualitas
hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.
E. Pola Hubungan antartenaga kerja dalam Perusahaan
Setiap tenaga kerja memiliki pola hubungan antara tenaga kerja sendiri. Ada 4
macam pola hubungan antar tenaga kerja, yaitu pola hubungan pada tingkat:
a) Manajemen Puncak
Manajemen yang banyak berhubungan dengan orang orang yang bekerja diluar
organisasi perusahaannya (seperti: Pejabat, Pemerintahan, nasabah / langganan).
Karena ia harus peka dan tanggap terhadap peristiwayang terjadi disekitar
perusahaannya yang mempengaruhi kelancaran perkembangan usahanya. Manajer
Puncak bekerja secara langsung dengan bawahannya. Karena itu Kepribadian
Manajer Puncak mempunyai dampak pada keseluruhan organisasi perusahaan.
b) Manajemen Madya
Manajemen yang mempunyai hubungan dengan atasan, rekan setingkat dan
bawahan yang semuanya menduduki jabatan kepemimpinan. Manajer ini
berhubungan dengan orang-orang diluar perusahaan, ia juga mempunyai peran
ganda. Dan berperan sebagai bawahan, rekan, atasan dan wakil dari perusahaan. Ia
juga mempunyai peran penting sebagai penghubung dan kreatif antara tingkattingkat manajemen rendah dengan tinggi. Meringkaskan data dari bawahannya
untuk dilaporkan ke atasannya beserta dengan pandangannya, dapat pula
menerjemahkan

kebijaksanaan

untuk

tingkat

manajemen

bawahannya.

Kepemimpinanya lebih bercorak perorangan, lebih banyak menghadapi manajer


bawahannya secara sendiri dari pada kelompok. Cara memimpinnya dipengaruhi
oleh bagaimana Ia sebagai bawahannya dipimpin atasannya. Pengaruhnya akan
dirasakan oleh kesatuan yang dipimpinnya.
c) Manajemen Pertama
Manajer ini mempunyai pola yang serupa dengan Manajemen Madya. Bedannya
yaitu bawahannya bukan memegang jabatan pemimpin. Manajer Pertama juga
13

disebut tenaga kerja yang berada ditengah (the man in the - middle,Petit,1975)
antara manajer dan para pekerja. Tergantung dari jenis pekerjaannya manajer
pertama menghadapi bawahannya secara perorangan atau kelompok. Pada
umumnya interaksi antara pekerja bawahannya lebih besar dari pada interaksi
antar tenaga kerja pada tingkat organisasi yang lebih tinggi.
d) Tenaga kerja Produktif
Tenaga kerja ini menduduki jabatan yang terendah dalam organisasi perusahaan,
berhubungan dengan rekan dan atasan saja. Peran utamanya adalah sebagai
Bawahan,

dan

dapat

memberikan

pengaruh

nyata

dalam

keberhasilan

kepemimpinan atasannya. Bersifat ketergantungan pada tenaga kerja lainnya.


Artinya dapat melakukannya dengan seimabang (masing -masing tenaga kerja
memerlukan tenaga kerja lainnya dalam derajat yang sama), dapat pula hubungan
ketergantungan yang tidak seimbang (tenaga kerja yang satu lebih memerlukan
tenaga kerja yang lain dari pada sebaliknya). Hubungan antara atasan-bawahan
merupakan hubungan ketergantungan yang tidak seimbang.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan
mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta
tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan mereka. Kepemimpinan
dapat juga di artikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan lainnya.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Gaya Kepemimpinan
yang diterapkan tentu berbeda-beda seperti gaya yang otoriter, demokratis dan lainlain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
B. Saran
Kepemimpinan sangat diperlukan pada setiap pribadi manusia dalam kehidupan
sehari-harinya. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Dan terlebih lagi untuk memahami
pemimpin di tempat kerja. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin
kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin. Semoga pembaca
makalah ini bisa memahami apa yang kami bahas diatas.

15

DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Ashar Sunyoto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press). 2008.
Palutturi, Sukri. Public Health Leadership. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2013.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai