Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

(4. Hubungan Tekanan(), Kecepatan (v) Dan Elevasi (z))

Oleh:
Nama

: Sutanto F. Sarumaha

NPM

: 240110157011

Hari, Tanggal Praktikum

: Senin, 28 Maret 2016

Assisten Dosen

: 1. Adams Rizan Abdalla


2. Dita Luthfiani CD
3. Feby Febriana Santana
4. Nirmaya Arti Utamai
5. Riska Dwi W.T
6. Rizkiyanti Dwi W.T

LABORATORIUM SUMBERDAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Bernoulli menyatakan bahwa tekanan dari fluida yang bergerak
seperti udara berkurang ketika fluida tersebut bergerak lebih cepat. Hukum
Bernoulli ditemukan oleh Daniel Bernoulli, seorang matematikawan Swiss
yang

menemukannya

pada

1700-an.

Bernoulli

menggunakan

dasar

matematika untuk merumuskan hukumnya. Rumus Bernoulli menjelaskan


tentang hubungan antara elevasi, kecepatan dan tekanan suatu cairan. Rumus
ini juga memberikan Energi total dari suatu aliran sehingga dapat bergerak.
Bila suatu fluida bergerak maka perlu memasukan faktor tambahan.
Faktor tambahan ini disebabkan oleh timbulnya energy yang
disebabkan oleh kecepatan gerak dari fluida tersebut. Energy tersebut
diperlukan agar fluida tersebut tetap bergerak. Energi tersebut dinamakan
beda tinggi akibat kecepatan gerak (velocity head).
Kegiatan kali ini dilaksanakan untuk mengetahui dan mempelajari
kebenaran dari hukum Bernoulli tersebut diatas dengan melakuan perhitungan
debit air dalam sebuah pipa. Selain itu kita dapat menghitung tekanan sebuah
fluida saat berada didalam pipa jaringan yang dapat menghasilkan data.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui besar debit air melalui aliran dalam pipa
2. Mengetahui tekanan air melalui aliran dalam pipa
3. Mengetahui kecepatan air melalui aliran pipa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah didalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunana tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel
Bernoulli.
2.2 Hukum Bernoulli
Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat
dua bentuk persamaan Bernolli, yang pertama berlaku untuk aliran taktermapatkan (incompresibel flow), dan yang lain adalah untuk fluida
termampatkan (compressible flow).
1. Aliran Tak-Termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan tidak berubahnya besaran kerapatan masa (densitas) dari fluida di
sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah air,
berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
p + gh + 1/2 v2 = Konstan
dimana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida

= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsiasumsi sebagai berikut:
Aliran bersifat tunak (steady state)
Tidak terdapat gesekan
2. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll.
Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
V2/2 + theta + w = konstan
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan ( p ), energi
kinetik per satuan volum (1/2 PV^2 ), dan energi potensial per satuan
volume (gh) memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu
garis arus.
Dalam bagian ini kita hanya akan mendiskusikan bagaimana cara
berfikir

Bernoulli

sampai

menemukan

persamaannya,

kemudian

menuliskan persamaan ini. Akan tetapi kita tidak akan menurunkan


persamaan Bernoulli secara matematis. Kita disini dapat melihat sebuah
pipa yang pada kedua ujungnya berbeda dimanaujung pipa 1 lebih besar
dari pada ujung pipa 2.
2.3 Aliran Fluida
Aliran fluida dapat dikategorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau
lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran
laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya

gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum


viskositas Newton yaitu :
dy
= dx
Aliran laminar di tandai dengan tidak adanya ketidak beraturan
atau fluktuasi di dalam aliran fluida. Karena aliran fluida pada aliran
laminar bergerak dalam lintasan yang sama tetap maka aliran laminar
dapat diamati. Partikel fluida pada aliran laminar jarang dijumpai dalam
praktek hidrolika.
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat
tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan
aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian
kerugian aliran. Pada aliran turbulen partikel fluida tidak membuat
fluktuasi tertentu dan tidak memperlihatkan pola gerakan yang dapat
diamati. Aliran turbulen hampir dapat dijumpai pada praktek hidrolika.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke
aliran turbulen.
2.4 Debit Air
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah
Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI
adalah meter kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai persatuan waktu.

Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter


kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan :
Q = A. v
dimana A adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran
(m/ detik). Menurut Langrage (1736-1813), suatu cara menyatakan gerak
fluida adalah dengan mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini
sulit, karena kita harus menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida
dalam menyatakan ini sebagai fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah
dengan penerapan kinematika partikel gerak atau aliran fluida. Leonard Euler
(1907-1783), menyatakan bahwa rapat massa dan kecepatan pada tiap titik
dalam ruang berubah dengan waktu.
Fluida sebagai medan rapat massa dan medan vektor kecepatan. Jika
kecepatan (V) dari tiap partikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap,
dikatakan bahwa aliran tersebut bersifat lunak. Pada suatu titik tertentu tiap
partikel fluida akan mempunyai kecepatan (V) yang sama, baik besar maupun
arahnya. Pada titik lain suatu partikel mungkin sekali mempunyai kecepatan
yang berbeda, akan tetapi tiap partikel lain pada waktu sampai titik terakhir
mempunyai kecepatan sama seperti partikel yang pertama. Aliran seperti ini
terjadi pada air yang pelan. Dalam aliran tidak lunak kecepatan (V)
merupakan fungsi waktu.
2.6 Constant Head
Suatu ketinggian yang tetap dimana ada suatu sirkulasi yang
mempertahankan agar ketinggiannya itu tetap terjaga adalah constant head.
Biasanya di dalam tabung tersebut terdapat suatu pipa yang dimana bila air
dalam tabung telah penuh maka air akan masuk ke suatu pipa lain, dan seperti
sirkulasi yang menggunakan volume air yang sama walaupun digunakan
secara terus menerus.
Air yang berasal dari sumber air dialirkan dalam sebuah fiber yang
menampung air tersebut, kemudian dialirkan kedalam bak limpasan melalui
pompa2, dialirkan kedalam thorn melalui pompa1 lalu menuju constant head
kemudian dialirkan lagi menuju limpasan. Namun didalam constant head,

diberikan pembatasan volume air pada ketinggian tertentu, sehingga akan


tumpah pada ketinggian maksimumnya menuju bak limpasan juga. Kelebihan
air yang terjadi inilah yang disebut over flow.

Gambar Siklus dari Konstant Head


Sumber: Lab Sumber Daya Air Teknik Pertanian UNPAD

2.6 Tekanan
Tekanan berbanding lurus dengan massa jenis dan kedalaman zat cair
(dengan catatan kecepatan gravitasi konstan). Jika kedalaman zat cair makin
bertambah, maka tekanan juga akan bernilai semakin besar. Perlu di garis
bawahi bahwa cairan yang tidak termapatkan itu sebagai akibat dari adanya
berat cairan di atasnya, sehingga massa jenis cairan bernilai konstan di setiap
permukaan. Jika perbedaan ketinggian sangat besar,maka massa jenis sedikit
berbeda. Akan tetapi apabila terjadi perbedaan ketinggiannya tidak terlalu
besar, maka pada dasarnya massa jenis zat cair sama (atau perbedaanya
sangat kecil sehingga diabaikan).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Berikut adalah alat yang akan dipakai dalam praktikum kali ini :
1. Alat tulis
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gelas ukur 1000 ml


Kalkulator
Mistar 30 cm
Stopwatch
Bak limpasan air
Bak constant head
Jaringan pipa yang dihubungkan dengan manometer air

3.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang akan dipakai dalam praktikum kali ini :
1. Air
2. Sistem sirkulasi
3.3 Prosedur Pelaksanaan
Berikut adalah prosedur dalam praktikum kali ini :
1. Pada saat praktikum dimulai, pertama membuka stop kran inlet dari Bak
Thorn (BT) yang menuju Bak Konstan (BK).
2. Memeriksa semua stop keran BK yang menuju ke alat ukur (instrumen)
bermanometer harus dalam keadaan tertutup.
3. Melepaskan selang pada stop keran BK , setelah itu menentukan 3 (tiga)
bukaan untuk stop keran BK. Menandai dengan pasti setiap bukaan,
karena setiap bukaan stop kran Bk akan menjadi inlet pada pengukuran.
4. Mengukur dan mencatat debit (Q) pada setiap bukaan stop keran BK,
secara volumentrik dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch.
5. Memasang kembali selang pada keran BK yang menuju ke instrumen.
6. Mencatat pengukuran pada alat ukur yang tersedia, pengukuran ini
dilakukan pada setiap debit (Q) pada posisi kemiringan pipa jaringan yang
berbeda (3 posisi). Pekerjaaan ini dilakukan secara berkelompok.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diperoleh beberapa data tabel
sebagai berikut:

Percobaan

Data
I
II
III
I
II
III

1
2

Waktu (s)
5.5
5.4
5.3
5.4
5.0
5.2

Volume (l)
0.285
0.210
0.205
0.750
0.780
0.780

Debit (l/s)
0.0518
0.0388
0.0386
0.1388
0.156
0.150

Tabel 1. Data Pengukuran Debit


Sumber. Laboratorium Sumber Daya Air Teknik Pertanian UNPAD 2016

Data

Posisi
Z1 = 0.8
Z2 = 0.93
Z3 = 1.265
Z1 = 0.8
Z2 = 0.93
Z3 = 1.065

1
2

Tanpa Perlakuan
0.433
0.434
0.431
0.431
0.429
0.430
0.115
0.122
0.105
0.111
0.09
0.109

Dengan Perlakuan
0.424
0.423
0.423
0.422
0.415
0.414
0.11
0.115
0.094
0.099
0.085
0.103

Tabel 2. Data Pengukuran Ketinggian Air Pada Manometer Air


Sumber. Laboratorium Sumber Daya Air Teknik Pertanian UNPAD 2016

Data

Debit
1
2
3
1
2
3

I
II

Z (m)
0.8
0.93
1.065
0.8
0.93
1.065

P1 (m)
0.433
0.431
0.429
0.115
0.105
0.09

V1 (m)
0.434
0.431
0.430
0.122
0.111
0.109

P2 (m)
0.424
0.423
0.415
0.11
0.094
0.085

V2 (m)
0.423
0.422
0.414
0.115
0.099
0.103

Total
1.667
1.647
1.792
1.775
1.924
1.894
1.037
1.025
1.146
1.123
1.264
1.253

Tabel 3 Data Hasil Pengukuran debit dan Ketinggian


Sumber. Laboratorium Sumber Daya Air Teknik Pertanian UNPAD 2016

Percobaan
1

Data
I
II

Posisi
Z1
Z2

P1 (KPa)
4.24773
4.22811

V1 (m/s)
2.918061
2.907958

P2 (KPa)
4.15944
4.14963

V2 (m/s)
2.880843
2.877436

III

Z3

4.120849

2.901203

4.07115

2.850031

I
II
III

Z1
Z2
Z3

1.12815
1.03005
0.8829

1
1.547139
1.475743
1.462388

1.0791
0.92214
0.83385

1.502098
1.393692
1.421569

Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Tekanan dan Kecepatan


Sumber. Laboratorium Sumber Daya Air Teknik Pertanian UNPAD 2016

4.1.2 Perhitungan
1. Menghitung Ketinggian (Z + P + V)
Ha 1.1
Ha 1.2
Ha 1.3
Ha 2.1
Ha 2.2
Ha 2.3
Hb 1.1
Hb 1.2
Hb 1.3
Hb 2.1
Hb 2.2
Hb 2.3

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V
Z+P+V

= 0.8 + 0.434 + 0.434


= 0.93 + 0.431 + 0.431
= 0.1265 + 0.429 + 0.430
= 0.8 + 0.424 + 0.423
= 0.93 + 0.423 + 0.422
= 1.265 + 0.415 + 0.414
= 0.8 + 0.115 + 0.122
= 0.93 + 0.105 + 0.111
= 1.065 + 0.09 + 0.109
= 0.8 + 0.11 + 0.115
= 0.93 + 0.0094 + 0.099
= 1.065 + 0.085 + 0.103

2. Perhitungan Tekanan
Dengan rumus : P =

.g.h

= 1.667
= 1.792
= 1.924
= 1.037
= 1.146
= 1.264
= 1.647
= 1.775
= 1.894
= 1.025
= 1.123
= 1.253

P = .h
Dimana , P : Tekanan (kPa)
: Gamma (N/m3)
air = 9,81 N/m3
h : tinggi manometer P (m)
Bukaan Kran Ke-1 Untuk P1
= 9.81 x 0.433
P1.1 = . h
P1.2 = . h
P = .h

= 4.24773

= 9.81 x 0.431

= 4.22811

= 9.81 x 0.429

= 4.20849

Bukaan Kran Ke-2 Untuk P1


= 9.81 x 0.115
P2.1 = . h

= 1.12815

1.3

P2.2 = . h
P = .h
2.3

= 9.81 x 0.105

= 1.03005

= 9.81 x 0.09

= 0.8829

Bukaan Kran Ke-1 Untuk P2


= 9.81 x 0.424
P1.1 = . h
P1.2 = . h
P = .h
1.3

= 9.81 x 0.423

4.14963

= 9.81 x 0.415

4.07115

Bukaan Kran Ke-2 Untuk P2


= 9.81 x 0.11
P2.1 = . h
P2.2 = . h
P = .h
2.3

3.

4.15944

1.0791

= 9.81 x 0.094

0.92214

= 9.81 x 0.085

0.83385

Perhitungan Kecepatan
Dengan rumus : V =

2 gh

V=

2 gV

Dimana, V : Kecepatan (m/s)


g : Gravitasi (m/s2) 9,81 m/s2
h : ketinggian air (m)

Bukaan Kran Ke-1 Untuk V1


P1.1 =
= 2 9,81 0.434

2.918061

2 gV
P1.2 =

2 gV

2 9,81 0.431

2.907958

P1.3 =

2 gV

2 9,81 0.430

2.9012031

Bukaan Kran Ke-2 Untuk V1


P2.1 =
= 2 9,81 0.122

1.547139

2 gV
P2.2 =

2 gV

2 9,81 0.111

1.475743

P2.3 =

2 gV

2 9,81 0.109

1.462388

Bukaan Kran Ke-1 Untuk V2


V1.1 =
= 2 9,81 0.423

= 2.880843

2 gV
V1.2 =

2 9,81 0.422

= 2.877436

2 9,81 0.414

= 2.850031

Bukaan Kran Ke-2 Untuk V2


V2.1 =
= 2 9,81 0.115

= 1.502098

2 gV
V1.3 =

2 gV

2 gV
V2.2 =

2 9,81 0.099

= 1.393692

2 9,81 0.103

= 1.421569

2 gV
V2.3 =

4.

2 gV

Menghitung Debit
Dengan rumus : Q =

V
t

Dimana, Q : Debit (l/s)


V : Volume air (l)
t : Waktu (s)

Bukaan ke-1
Q1 =

0,285l
5.5 s

= 0.0518 l/s

Q2 =

0,210l
5.4 s

= 0.0388 l/s

Q3 =

0,205l
5.3 s

= 0.0386

l/s

Bukaan ke-2
Q1 =

0.750l
5.4 s

= 0.1388 l/s

Q2 =

0.780l
5.0 s

= 0.156

l/s

Q3 =

0.780l
5.2 s

= 0.150

l/s

4.1.3 Grafik

4.3
4.25

4.25

f(x) = 7.09x - 16.42


R = 0.784.23

4.2
P1(Kpa)

4.15
P1 (KPa)

Linear (P1 (KPa))


4.12

Linear (P1 (KPa))

4.1
4.05
2.9 2.9 2.9 2.91 2.91 2.91 2.91 2.91 2.92 2.92 2.92
V1 (m3)

Grafik 1. P1 dan V1 pada bukaan pertama

4.18
4.16
4.14

4.16
f(x) = 2.86x - 4.09
R = 1

4.15

4.12
P2(Kpa)

4.1

4.08
P1 (KPa)
4.06

Linear (P1 (KPa))


4.07

Linear (P1 (KPa))

4.04
4.02
2.85 2.85 2.86 2.86 2.87 2.87 2.88 2.88 2.89
V2 (m3)

Grafik 2. P2 dan V2 pada bukaan pertama

1.2
1
0.8
P1(Kpa)

1.13
1.03
f(x) = 2.39x - 2.56
R = 0.78
0.88

0.6

P1 (KPa)
0.4

Linear (P1 (KPa))

Linear (P1 (KPa))

0.2
0
1.44

1.46

1.48

1.5

1.52

1.54

1.56

V1 (m3)

Grafik 3. P1 dan V1 pada bukaan kedua

1.5
1.08
P1 (KPa)
1 0.92
f(x) =
1.8x - 0.83
1.65
P1(Kpa) R = 0.67
0.5
Linear (P1 (KPa))
0
1.2 1.4 1.6
Linear (P1 (KPa))
V1 (m3)

Grafik 4. P2 dan V2 pada bukaan kedua

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengukur tekanan air yang berasal
dari constant head. Air yang kita keluarkan dimasukkan kedalam gelas ukur

dalam kurun waktu tertentu agar didapat nilai debit airnya. Pada
penghitungan debit diperlukan ketelitian dan kerjasama agar waktu pada
stopwatch dengan volume air yang ditumpahkan kedalam gelas ukur sesuai.
Air yang mengalir dari bak constant head ditutup kembali dalam keadaan
kran menyala agar air masuk kedalam instrumen. Instrumen ini terdiri dari 4
manometer yang berfungsi untuk mengukur P 1,P2,V1, dan V2. melalui selang
yang cukup tinggi. Ini juga menjadi kendala karena tingginya instrument
sehingga dalam pembacaan tinggi nilai pada manometer sulit terlebih bila
tinggi air melebihi penggaris yang berada di samping manometer.
Terjadinya perbedaan selisih pada setiap bukaan

cukup

membingungkan karena ada yang memiliki nilai tekanan (P) dan kecepatan
(V) yang berbanding lurus ada juga yang berbanding terbalik, Menurut
hukum Bernoulli, adanya peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan aliran tersebut yang mengartikan bahwa
seharusnya nilai tekanan (P) dan kecepatan (V) berbanding terbalik, namun
mayoritas yang terjadi adalah berbanding lurus.

Hasil

data

yang

diperoleh juga masih jauh dari kenyataanya. Buktinya berdasarkan grafik,


tingkat keakuratannya rata-rata masih jauh dari satu Kesalahan ini terjadi
kemungkinan diakibatkan karena pembacaan pada manometer yang tinggi
sehinga sulit untuk membaca skalanya. Selain itu beningnya warna air
membuat sulitnya mencari garis permukaan air dalam manometer tersebut.
Hal yang paling penting di perhatikan pada kegiatan kali ini adalah
tingkat kelayakan alat-alat yang digunakan, karena sangat mempengaruhi
setiap hasil pengambilan data yang dilakukan.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tekanan dalam aliran fluida dapat dihitung dengan rumus P = .h.


2. Faktor kemiringan berpengaruh terhadap kecepatan dan tekanan pada pipa.
3. Kecepatan airan fliuda benar dapat dihitung dengan menggunakan rumus v
=

2 gh .

4. Tinggi instrumen yang kecil cenderung memiliki nilai Htotal yang kecil juga
5. Perbandingan antara tekanan dan kecepatan pada aliran air akan tetap sama
walaupun setiap debit pada bukaannya berbeda
6. Besarnya tekanan berbanding terbalik dengan kecepatan

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Triatmojo, Bambang. 2003. Soal-Penyelesaian Hidraulika I Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Penerbit Beta Offseat.
Sistanto, Bambang A. 2010. Penuntun Praktikum Mekanika Fluida. Universitas
Padjadjaran.

Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli
diakses pada tanggal 21 Mei 2016 pada pukul 21.15 WIB
http://catetankuliah.blogspot.com/2009/05/laporan-praktikum-persamaanbernaulli.html
diakses pada tanggal 21 Mei 2016 pada pukul 20.30 WIB

LAMPIRAN

Gambar 1. Tabung Konstant Head


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 2. Bak Limpasan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 3. Sistem Instrumen Tekanan dan Volume


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai