Anda di halaman 1dari 3

PENGENDALIAN HAMA MENGGUNAKAN PREDATOR DAN CARA

PENGEMBANGBIAKANNYA

Studi kasus yaitu dilahan persawahan Zabidin dan anggota kelompok taninya di
Desa Pliken, Banyumas

“Satu laba-laba pemangsa saja bisa memakan 20 ekor wereng setiap hari,” kata
Profesor Andi. Menurut beliau juga ada satu kasus di Klaten, parasitoid bisa
mematikan hingga 30 persen telur wereng.

Adapun cara melestarikan pemangsa hama ini yaitu dengan menanam beberapa
jenis bunga disekitar persawahan sebagai faktor yang mampu mengundang laba-
laba tetap berada disekitar persawahan petani tersebut. Salah satu contoh kasus ini
yaitu di sebuah desa yang menerapkan metode ini dimana terselipnya hamparan
padi yang mulai menguning di Desa Pliken, Banyumas, tampak berderet-deret
tanaman bunga kenikir, pacar banyu, dan pukul delapan. Deretan tanaman bunga
di sepanjang pematang sawah itu tak ditanam petani di Pliken untuk membuat
pemandangan lebih sedap. Tanaman itu merupakan refugia, rumah bagi musuh
alami hama, baik pemangsa alias predator maupun parasitoid.

Melalui wawancara yang dilakukan oleh salah satu staf anggota media
berita detik.com ini terhadap Profesor Aunu Rauf, beliau mengatajan bahwa
supaya pemangsa hama bisa berkembang biak dengan baik, maka menurut
Profesor Aunu Rauf, refugia harus berupa tanaman berbunga yang menghasilkan
tepung sari dan nektar atau sari madu. Sebab, serangga predator umumnya
memerlukan tepung sari, sedangkan parasitoid butuh nektar untuk berkembang.
Serangga pemakan hama padi
Sumber foto: Capture by Hinterlandlk
Setiap kali ada wereng atau muncul ulat di batang padi, sekarang Zabidin
dan petani-petani di Pliken tak buru-buru menyemprotnya dengan racun serangga.
Sebelum memutuskan tindakan apa yang akan diambil, Zabidin dan anggota
kelompok taninya mengamati perkembangan hama dan musuh-musuh alaminya.
Setiap minggu, anggota kelompok taninya menyisir sawah bergiliran untuk
memantau perkembangan hama dan pemangsanya.

Berdasarkan penerapan metode diatas maka dirasa cukup efektif untuk


mengurangi hama yang mengganggu hasil tani karena kini kelompok tani Zabidin
dan kelompok tani yang ikut program pengendalian hama terpadu jarang sekali
menyemprotkan pestisida di sawah mereka. Walhasil, mereka bisa mengirit
ongkos pestisida. Dari pengurangan pemakaian pestisida saja, menurut data FAO,
petani-petani di program pengendalian hama terpadu skala luas ini bisa mengirit
ongkos lumayan besar.
SUMBER

Sapto Pradityo 2016, melalui peliputan berita oleh Melisa Mailoa sebagai
staf di detik.com yang dapat diakses di https://x.detik.com/detail/
sains/20160405/Hama-Lawan-Serangga-1/index.php

Anda mungkin juga menyukai