Disusun Oleh:
Nama : AGUS RAJAWALI DAMANIK
Kelas : RPL D
Asal : Kab. Simalungun
Mata Kuliah : TEKNIK PENULISAN ILMIAH
JURUSAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
KARYA ILMIAH
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI SAMPAH BUAH PASAR DENGAN
VARIASI WAKTU TERHADAP KANDUNGAN NITROGEN,PHOSPHOR, KALIUM, DAN
pH PUPUK
b. Sikap Petani
Untuk melihat sikap petani terhadap pestisida dan pemakaian alat
pelindung diri dapat dilihat pada tabel berikut.Distribusi Frekuensi Sikap
Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Saat Peracikan Dan
Penyemprotan Pestisida Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta
Kabupaten Simalungun Tahun 2019.
Sikap Frekuensi Presentase(%)
Baik 62 100
Cukup 0 0
Kurang 0 0
total 62 100
Dari data diatas dapat kita ketahui sikap petani di Desa Sibangun Mariah
adalah baik yaitu mencapai 100% atau 62 orang petani.
c. Tindakan petani
Untuk mengetahui tindakan petani terhadap penggunaan pestisida dan alat
pelindung diridapat dilihat pada tabel berikut.Distribusi Frekuensi Tindakan
Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Saat Peracikan Dan
Penyemprotan Pestisida Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta
Kabupaten Simalungun Tahun 2019.
Tindakan Frekuensi Presentase(%)
Baik 26 39
Cukup 36 58
Kurang 0 0
Total 62 100
Dari data diatas dapat diketahui bahwa tindakan petani terhadap
penggunaan pestisida dan alat pelindung diri tidak terlalu buruk karena dari
62
reponden ada 36 responden (58%) yang memiliki tindakan cukup baik.
B. Pembahasan
Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang digunakan
untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest(hama) yang
secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada petani pada saat
peracikan dan penyemprotan pestisida di Desa Sibangun Mariah Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun, maka penulis akan membahas
pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunaan alat pelindung diri
pada saat meracik dan menyemprot pestisida. Seperti yang kita ketahui
bahwa penggunaan alat pelindung diri dengan baik dan benar akan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan bagi
petani pada saat menggunakan pestisida.
2. Sikap Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Saat Peracikan
dan Penyemprotan Pestisida Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun.
Sikap adalah reaksi atau respon petani terhadap pemakaian pestisida dan alat
pelindung diri yang meliputi perilaku petani pada waktu
penyemprotan,pembersihan diri, alat aplikasi dan alat pelindung diri pada
waktu penyemprotan maupun peracikan pestisida.Berdasarkan penelitian
yang penulis lakukan kepada petani dapat dilihat bahwa sebanyak 62
responden (petani) semuanya bersikap baik. Masalah yang timbul pada petani
yang ada di Desa Sibangun Mariah yaitu walaupun pada pengisian kuisioner
petani memiliki sikap yang baik, tetapi pada saat penulis meninjau secara
langsung kelapangan kerja petani, masih banyak ditemui petani yang
merokok pada waktu melakukan penyemprotan. Petani juga banyak
menggunakan dosis yang berlebihan dan tidak menggunakan APD pada saat
peracikan dan penyemprotan pestisida contohnya seperti masker ,kaca mata
dan sepatu boot bahkan ada juga yang menggunakan celana pendek.Hal ini
diakibatkan karena belum terbukti adanya keracunan pestisida yang
bersifat akut pada petani pengguna pestisida.
3. Tindakan Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Saat
Peracikan dan Penyemprotan Pestisida Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun.Tindakan adalah realisasi pengetahuan dan
sikap tentang pestisida dan alat pelindung diri (APD) pada saat peracikan dan
penyemprotan, pengamanan sisa pestisida, pemakaian alat pelindung diri dan
teknik pembersihan diri yang menjadi kebiasaan petani tersebut. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan penulis dapat dilihat dari 62 responden terdapat 26
reponden (39%) yang memiliki tindakan terhadap pemakaian pestisida dan
alat pelindung diri yang baik dan 36 responden (58%) yang memiliki tindakan
terhadap pemakaian pestisida dan alat pelindung diri yang cukup baik. Dari
hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa tindakan petani di desa
Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun terdapat
penggunaan pestisida dan alat pelindung diri masih rendah. Setelah
melakukan penyemprotan masih banyak petani yang menyimpan pestisida di
dapur rumah dan kemasan pestisida yang tidak dipakai lagi di buang
kesembarangan tempat. Demikian juga pada pemakain alat pelindung diri
(APD), masih banyak petani yang menggunakan alat pelindung diri dengan
alasan ketidaknyamanan,mengganggu pekerjaan dan merasa tidak perlu
menggunakannya sehingga hanya sedikit petani yang ditemui menggunakan
alat pelindung diri di Desa Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun. Padahal apabila tidak menggunakan APD pada saat menyemprot
dengan pestisida dapat menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap
kesehatan diantaraya keracunan. Keracunan dapat terjadi melalui mulut dari
makanan yang sudah terkontaminasi dengan pestisida bahkan dapat juga
melalui poro-pori kulit manusia. Untuk mencegah terjadinya resiko akibat
keracunan pestisida, maka salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah
perilaku petani pada saat peracikan, penyemprotan pestisida, penggunaan
APD dan pembersihan diri setelah selesai melakukan penyemprotan dengan
pestitida. Oleh sebab itu petani pengguna pestisida di Desa Sibangun Mariah
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun menggunakan APD yang
lengkap dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L.)
Jurnal Pembuatan Pupuk Organik
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (KOMPOS) DARIARANG AMPAS TEBU DAN
LIMBAH TERNAK
Permasalahan yang dihadapi petani untuk saat ini yaitu harga pupuk kimia yang
semakinmahal apabila musim tanam tiba dan pemakaian pupuk kimia yang terus
menerus sehingga berdampak buruk untuk tanah. Petani pun sudah mulai
menyadari dan mulai beralihmenggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan
serta dapat di buat sendiri menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari
lingkungan di sekitar mereka dan pembuatannya jugacukup mudah.Di Kudus,
terdapat satu Pabrik Gula Pasir (PG Rendeng) dan banyak pabrik gula tumbu
khususnya di desa Jurang Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus (gula merah
dengan bahan dasar nira tebu yang di pak dengan wadah tumbu). Setiap musim
giling, pabrik gula pasir selalumengeluarkan limbah yang berbentuk cairan, padat
dan gas. Limbah cair meliputi cairan bekasanalisa di laboratorium dan luberan
bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputiampas tebu, debu hasil
pembakaran ampas di ketel, padatan bekas analisa laboratorium, blotongdan tetes.
Limbah gas meliputi gas cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor
pemurniancara sulfitasi. Limbah pabrik gula tersebut perlu ditangani dengan
seksama dan serius agar tidak mencemari lingkungan. [Chen & Chou. (1993);
Honig, P. (1963); Hugot, E. (1972) dalamSantoso (2009)].Tebu memiliki beberapa
bagian, yaitu:
-Ampas tebu merupakan limbah padat produk stasiun gilingan pabrik gula,
diproduksidalam jumlah 32 % tebu yang digiling
Pupuk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman palawija. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh
beberapa sumber pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi hasil
palawija. Penelitian ini dilakukan secara seri dengan empat tanaman palawija :
kacang tanah, singkong, dan jagung. Perlakuan menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak sebanyak tiga ulangan yang terdiri dari sumber pupuk
organik (pupuk kandang sapi dan kontrol/tanpa penggunaan pupuk organik).
Pertumbuhan dan hasil produksi tanaman palawija berpengaruh sangat nyata oleh
pemberian pupuk organik, Perlakuan pemberian pupuk kandang sapi menghasilkan
tinggi tanaman dan jumlah daun lebih banyak pada tanaman kacang tanah,
singkong, dan jagung. Pemberian pupuk kandang sapi juga menghasilkan berat
batang dan berat buah tertinggi pada kacang tanah, singkong, dan jagung. Selain
itu, pemberian pupuk kandang sapi memberikan panjang akar terbesar pada
selada. Faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan produksi dan
mutu palawija antara lain tersedianya unsur hara yang diperlukan tanaman di
dalam tanah. Untuk itu perlu dilakukan usaha pemupukan, terlebih tanah yang
digunakan untuk penanaman hijauan makanan ternak umumnya adalah tanah non
produktif atau kekurangan unsur hara, sedangkan tanah yang produktif lebih
cenderung digunakan untuk tanaman pangan. Melihat kondisi seperti ini maka
perlu dilakukan peningkatan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi
antara lain dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik dihasilkan dari
peternakan yang di dilakukan oleh para warga dimana pupuk tersebut dihasilkan
dari sekresi binatang ternak yang kali ini saya mengambil sampel dari sapi.
Beberapa pupuk organik ini memiliki kelebihan tersendiri. Pupuk kandang
biasanya mengandung unsur unsur makro (Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium,
Magnesium, dan Belerang) juga mengandung unsur unsur mikro (Besi, Mangan,
Boron, Tembaga, Seng, Klor dan Molibdinum) yang seluruhnya berfungsi
menyediakan zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan
palawija. Oleh,karena itu pada penelitian kali ini, saya akan membandingkan
penggunaan pupuk organik di tanaman palawija
2. Dampak negative nya : Membuat para Ibu untuk malas memasak Jika
dikonsumsi secara berlebih bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti
tekanan darah tinggi dan juga kolesterol Jika dimasak dengan menggunakan suhu
tinggi, gizi yang ada di dalamnya akan berkurang atau bahkan hilang .Kesimpulan
yang bisa diambil adalah makanan kaleng mempunyai dampak positif dan juga
dampak negatif. Dampak negatif akan terjadi jika makanan kaleng yang
dikonsumsi melampaui batas normal. Selain itu, cara untuk masaknya juga akan
memengaruhi baik buruknya makanan kaleng tersebut terhadap kesehatan
tubuh. Di samping dampak tidak menyenangkan yang makanan kaleng miliki,
makanan kaleng juga akan memberi dampak positif seperti yang telah dibahas di
atas.