Korelasi UU No. 14 Tahun 2005 Dengan Peran Guru dan Dosen Pendidikan
Agama Islam
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puja dan puji serta syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan anugrah yang luar biasa diantaranya nikmat iman,
Islam, Sehat dan nikmat berpikir sehingga dari nikmat tersebutlah kami masih
bisa menjalankan fitrah kemanusiaan yang telah Allah berikan.
Shlawat bermahkotakan salam tak lupa kami sanjungkan kepada sang
revolusioner ummat yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
ummatnya dari alam kegelapan kepada alam yang terang benderang dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Syukur kami panjatkan pula atas tersusunnya makalah yang kami beri
judulPeran guru dan dosen dalam pendidikan ; korelasi UU tentang guru dan
dosen dengan peran guru dan dosen pendidikan agama Islam dengan
tersusunnya makalah ini kami bermaksud untuk menguraikan tentang peran guru
dan dosen dalam UU no. 14 tahun 2005 karena kami menyadari betul bahwa
peran guru sangat penting dalam menciptakan gerasi yang berkualitas di negeri
ini.
Ucapan beribu terimaksih kami haturkan kepada seluru pihak yang telah
mendorong tersusunya makalah ini terkhusus bagi orang tua kami semoga selalu
ada dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT. Juga untuk dosen kapita
selekta PAI yakni Drs. Puadiatma, M.Ag yang telah membimbing dan mendorong
kami untuk membuat makalah ini. Serta sahabat seperjuangan PAI VII.1 semoga
Allah terus menjaga silaturahmi, silatu fikri dan silatu amal kita. Amin
Selanjutnya kami juga mohon maaf yang sebesar-besarnya manakala dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan, semoga kami bisa
belajar dari kesalahan yang telah kami perbuat karena sebenarnya pengalaman
adalah guru yang paling berharga.
Wallahul Muwafiq ilaa Aqwamith Thorieq
Wasaalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
yang Ahsani Taqwim (makhluk yang semprna). Kesempurnaan manusia ini
akan terjadi manakala manusia memanfaatkan potensinya dengan sebaikbaiknya, potensi yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada manusia
yakni akal pikiran yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan
makhluk tuhan yang lain. Potensi berpikir harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya sebagai dorongan untuk menajalankan kehidupan,
memenuhi kebutuhan kehidupan dan merubah muka bumi ini dengan akal
pikiran yang manusia miliki.
Tentu untuk mengelola potensi akal pikiran, manusia membutuhkan proses
yang dinamakan dengan pendidikan. Pendidikan dilakukan untuk
menggali hakikat manusia sebagai manusia atau yang disebut proses
memanusiakan manusia. proses memanusiakan manusia ini dilakukan
melalui proses internalisasi nilai-nilai kehidupan guna mempersiapkan
manusia untuk tetap survive dalam dinamika kehidupan. Manusia yang
mampu survive dimuka bumi ini adalah manusia yang melakukan amar
maruf nahi munkar, amar maruf ini adalah manusia menjalankan nilainilai kehidupan yang baik yakni menjalin hubungan dengan Allah
(Hablum Minallah), menjalin hubungan dengan manusia ( Hablum
minannas) dan menjalin hubugan dengan alam (Hablum minalalam). Dan
manusia di perintah untuk nahi munkar yakni dilarang untuk berbuat
munkar (keburukan) seperti Firman Allah yang berbunyi , karena
manusia memiliki potensi berpikir jika potensi tersebut tidak diarahkan
kepada kebaikan maka yang timbul yakni keburukan yang ditimbulkan
oleh manusia.
Manusia tidak akan bisa mendidik dirinya sendiri sehingga berkembang
potensi berpikirnya, akan tetapi manusia membutuhkan orang lain yang
bisa mengembangkan potensi tersebut dengan baik. Orang itu bisa saja
kita sebut sebagai guru, sebagian orang berpendapat bahwa guru berasal
dari kata di guguh dan di tiru, diguguh dan ditiru ini dalam arti manusia
yang dikatakan guru harus mampu menjadi orang yang dihormati dan
menjadi suri tauladan atau contoh kehidupan yang baik. Sehingga dalam
proses pendidikan itu harus mampu melahirkan manusia yang baik. Hari
ini jika kita merefleksikan proses pendidikan yang hadir dalam kehidupan,
banyak sekali problematika pendidikan yang disebabkan keteledoran
seorang guru dalam mendidik sehingga berdampak kepada buruknya hasil
pendidikan saat ini.
Karena peran guru begitu penting dalam pendidikan maka dirasa sangat
perlu untuk menguraikan definisi guru serta peran guru dalam pendidikan,
hal ini kita mulai dari menganalisis tentang pengertian dan peran guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Guru dan Dosen
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik lagi di
Indonesia, peran guru dalam dunia pendidikan dirasa begitu sangat urgen,
pasalnya arah pendidikan yang paling fundamen dalam dunia formal
pendidikan adalah arahan yang diberikan oleh guru.
Guru berasal dari bahasa sansekerta yang berarti berat namun
berdasarkan penelusuran kami melalui Wikipedia guru adalah seorang
yang mengajar suatu ilmu. Dalam berbagai agama, seperti agama Hindu
memaknai kata guru sebagai symbol bagi suatu tempat suci yang berisis
ilmu (Vidya) dan juga pembagi Ilmu dan seorang guru biasanya dijadikan
pemandu spiritual atau kejiwaan murid-muridnya. Namun dalam agama
Budha guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju
kebenaran. Asal kata guru itu sendiri sebenarnya masih dalam perdebatan
para ahli pendidikan, karena diakui betapa sulitnya kita untuk mencari
definisi dari kata Guru tersebut. Namun, adapula yang berpendapat bahwa
kata guru merupakan singkatan dari bahasa Jawa yakni di guguh dan di
tiru kata ini menjadikan manusia yang dianggap sebagai guru adalah
orang yang harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru adalah orang yang
pekerjaannya mengajar.1 Makna ini pun sering di sandingkan dengan kata
professional yang berbicara guru sebagai profesi seseorang. Professional
adalah suatu pekerjaan yang ingin ditekuni oleh seseorang. 2 namun
profesi juga bisa diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh
dari pendidikan akademis yang intensif ( webstar, 1989). Bisa dikatakan
bahwa guru profesional adalah manusia yang memiliki keahlian dalam
bidang pendidikan. Namun, tidak semua manusia dikatakan sebagai guru
yang professional meski dia bisa memberikan ilmu pengetahuan kepada
seseorang, karena guru profesional didorong juga dengan bakat dan
keterampilan pendidikan yang dimiliki.
Namun, sebenarnya seluruh manusia berpotensi untuk menjadi guru dalam
hidupnya, karena indicator seorang guru adalah ia yang mampu
memberikan transfer ilmu pengetahuan sehingga orang tua, lingkungan
masyarakat juga bisa dikatakan sebagai guru, namun bukan guru formal
atau guru professional seperti yang telah diuraikan diatas.
Menurut UU No. 14 tahun 2005 guru adalah Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
1
2
KBBI
Kunandar Guru Profesional, 2007. Jakarta : PT. Raja Grafindo
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. 3
Selanjutnya pengertian dosen sebenarnya sama seperti pengetian guru,
namun hanya berbeda jenjang pendidikan mengajarnya saja jika kata guru
lebih umum digunakan sebagai orang yang mengajar disuatu lembaga
pendidikan namun dosen itu mengajar di lembaga perguruan Tinggi.
Definisi dosen ini pun telah diatur dalam UU. No. 14 tahun 2005 yakni
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.4
B. Peran Guru dan Dosen
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang sangat penting.
Pentingnya peran guru ini diatur dalam UU. No. 14 Tahun 2005 yang
berbicara tentang keguruan dan dosen.
1. Peran Guru
Pada UU. No. 14 tahun 2005 BAB II tentang kedudukan, fungsi dan
tujuan pasal 2 kedudukan guru yakni Guru mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jika kita amati dalam bunyi UU tersebut kedudukan guru sebagai
tenaga professional yakni guru yang memiliki keterampilan pedagogik,
yakni keterampilan mendidik manusia dengan teori-teori atau konsepkonsep pendidikan. Juga memiliki kepribadian yang baik, karena guru
adalah suri tauladan bagi peserta didik untuk itu guru dituntut untuk
memiliki kepribadian yang luhur. Selanjutnya guru juga harus
memiliki sikap social yang baik sehingga setiap guru mampu
berinteraksi dengan lingkungan pendidikan dengan baik dan membawa
peserta didik kepada suasana pembelajaran yang menyenangkan. Yang
terakhir guru juga harus memiliki sikap professional yakni sikap yang
memilih bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang dipilih
dan mempersiapkan keterampilan pendidikan sebagai asas professional
seorang guru. Empat kompetensi guru ini harus dimiliki sehingga
mempermudah guru dalam menjalankan perannya dalam dunia
pendidikan, tugas dan peran guru termaktub dalam UU yang sama
pada pasal 4 yang berbunyi Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Mutu pendidikan nasional seperti yang telah termaktub
mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional diharapkan sebagai
pelaksana amanat UUD 1945 pada alenia ke-4 yang berbunyi
3
4
Untuk itu peran guru dan dosen sebagai tenaga pendidik diharapkan
mampu mengembangkan potensi berpikir manusia atau yang disebut
dengan peseta didik. Karena sejatinya pendidikan menurut Al-Masthuriyah
adalah mempersiapkan peserta didik dari segi akalnya, jasmaninya, dan
rohaninya itu bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain untuk itu dala
rangka mempersiapkan peserta didik yang siap secara akalnya, badannya
dan batinnya diperlukan proses pendidikan yang berorientasi kepada
manusia yang shaleh dan bertaqwa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran