Anda di halaman 1dari 15

P2

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
a. Batch
Tabel 4.1 Hasil Percobaan pada Reaktor Batch pada Variabel 1 dengan Ketinggian 2 cm

t (menit)
0
1
2
3
4
5
6
7

V HCl (ml)
4,4
3,7
3,8
3,6
3,6
3,5
3,5
3,5

Ca
0,0176
0,0148
0,0152
0,0144
0,0144
0,014
0,014
0,014

k = 0,873
Tabel 4.2 Hasil Percobaan pada Reaktor Batch pada Variabel 2 dengan Ketinggian 3,2 cm

t (menit)
0
1
2
3
4
5
6

V HCl (ml)
4,5
4,5
4,3
4,2
4,1
4,1
4,1

Ca
0,0180
0,0180
0,0172
0,0168
0,0164
0,0164
0,0164

k = 1,0692
Tabel 4.3 Hasil Percobaan pada Reaktor Batch pada Variabel 3 dengan Ketinggian 6,1 cm

t (menit)
0
1
2
3

V HCl (ml)
4,7
4,6
4,6
4,5

Ca
0,0188
0,0184
0,0184
0,018
19

P2

4
5

4,5
4,5

0,018
0,018

k = 1,4962
b. Kontinyu
Tabel 4.4 Hasil Percobaan pada Reaktor Kontinyu pada Variabel 1 dengan Ketinggian 2 cm

V HCl
(ml)

CA

CA
Model
0,0172

4,4

0,0172

3,7

0,0144 0,018221

3,8

0,014 0,019033

3,6

0,0136 0,019749

3,6

0,0136 0,020339

20

P2

Tabel 4.5 Hasil Percobaan pada Reaktor Kontinyu pada Variabel 2 dengan Ketinggian 3,2 cm

V HCl

4,5

0,0172

CA
Model
0,0172

4,5

0,0172

0,017179

4,3

0,0164

0,017364

4,2

0,0164

0,017505

4,1

0,0164

0,017617

(ml)

CA

Tabel 4.6 Hasil Percobaan pada Reaktor Kontinyu pada Variabel 3 dengan Ketinggian 6,1 cm

V HCl
(ml)

CA

CA
Model

4,7

0,017
6

0,0176

4,6

0,016
8

0,01774
8

4,6

0,016
8

0,01780
2

4,5

0,016
8

0,01780
9

2
3

21

P2

4.2 Pembahasan
4.2.1 Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Salah satu tujuan dari pratikum ini adalah untuk menentukan orde reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH. Penentuan orde reaksi ini dilakukan dengan metode trial pada reaktor
batch dengan hasil pengamatan nilai R2. Hasil trial ditunjukkan pada tabel 4.1
Tabel 4.7 Nilai orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH
Variabel

R2

Benar

Orde 1

Orde 2

Variabel 1

0,8679

0,8694

Variabel 2

0,8804

0,8839

Variabel 3

0,8307

0.8384

22

P2

64
f(x) = 0.87x + 57.08
R = 0.87

62
60

1/Ca

58
56
54
52
0

t(waktu)

0.12
0.1
0.08

-ln(Ca/CaO)

f(x) = 0.01x + 0.01


R = 0.87

0.06
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

t(waktu)

Gambar 4.1 Grafik Trial Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH variabel 1

23

P2
62

f(x) = 1.07x + 55.61


R = 0.88

60
58

1/Ca 56
54
52
0

t(waktu)

0.1
0.08

f(x) = 0.02x + 0
R = 0.88

0.06

-ln(Ca/CaO) 0.04
0.02
0
0 1

3 4

6 7

t(waktu)
Gambar 4.2 Grafik Trial Orde Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dan NaOH variabel 2

24

P2
0.12

f(x) = 0.02x + 0.02


R = 0.81

0.1
0.08

-ln(Ca/CaO)

0.06
0.04
0.02
0
0

t(waktu)

60

f(x) = 1.21x + 54.53


R = 0.81

58
56

1/Ca 54
52
50
0

t(waktu)

Gambar 4.3 Grafik Trial Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dan NaOH variabel 3
Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH adalah:
CH3COOH + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara batch. Orde
reaksi dapat dicari dengan persamaan:
-rA = k [CH3COOH] [NaOH]
-rA = k [Ca] [Cb] dimana Ca = Cb
-rA = k [Ca]2
Orde 1: -ln (Ca/Ca0) = k.t
25

P2

Orde 2: 1/Ca = k.t + 1/Ca0


Sehingga dapat diperoleh hasil R2 (regresi kuadrat) dari tiap-tiap variabel sepert tabel 4.1.
Regresi adalah suatu metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh
antara dua atau lebih variabel. Hubungan antar variabel tersebut bersifat fungsional yang
diwujudkan dalam suatu model matematis. Pada analisis regresi, variabel dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu variabel repsons (response variable) dan variabel bebas (independent variable).
Salah satu cara melihat kelayakan model regresi ialah dengan cata melihat nilai R 2 dalam regresi.
Semakin mendekati 1 nilai R2 maka kesesuaian model semakin tinggi sebaliknya nilai R 2
semakin rendah kecocokan model semakin rendah. NIlai R2 merupakan nilai koefisien korelasi
Pearson yang dikuadratkan. Oleh karena itu, jika koefisien korelasi kecil maka nilai R 2 juga akan
kecil (Sarwono, 2008).
Dari data hasil percobaan trial yang terlihat seperti table diatas. Pada kondisi reaksi orde 1
didapatkan nilai regresi kuadrat 0.8679 ;0.8804;0.8307. Sedangkan pada kondisi rekasi orde 2
didapatkan nilai regresi kuadrat 0.8694; 0.8839; 0.8384 untuk variabel 1, 2, dan 3. Berdasarkan
data dari variabel 1 dapat dilihat hasil yang menunjukkan nilai regresi kuadrat yang mendeketi
satu adalah pada orde reaksi 2, sedangkan pada variabel 2 adalah orde reaksi 2, dan pada variabel
3 juga orde reaksi 2.
Reaksi elementer adalah jika persamaan kecepatan reaksinya berkaitan langsung dengan
persamaan stoikiometrinya.
Contoh: A + B
2A

R -rA = k CA CB
-rA = k CA2

Sedangkan reaksi non elementer adalah

jika tidak ada keterkaitan langsung antara

persamaan stoikiometri dengan persamaan kecepatan reaksinya.


Contoh: H2 + Br2

2HBr

k 1 [ H 2 ][ Br 2 ]
[ HBr]
rA = k
k 2+
[ Br 2]

0.5

Reaksi pada praktikum ini adalah reaksi elementer berdasarkan persamaan -rA = k
[CH3COOH] [NaOH]. Pada persamaan tersebut kecepatan reaksi berkaitan langsung dengan
persamaan stoikiometrinya.

26

P2

4.2.2

Penentuan Konstanta Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH


Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5
A

CH3COONa + C2H5OH
C

Persamaan kecepatan reaksi yang dipilih adalah persamaan kecepatan reaksi orde 2
Reaksi Orde 2:

dimana Ca=Cb
y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m. Sehingga
dari grafik didapat harga k berbagai variabel sebagai berikut
a. Variabel 1 (Orde 2)
k = m = 0,873
b. Variabel 2 (Orde 2)
k = m = 1,0692
c. Variabel 3 (Orde 2)
k = m =1,4962
4.2.3

Pengaruh Tinggi atau Volume Reaktan terhadap Konstanta Reaksi (k) Penyabunan
Etil Asetat Dengan NaOH

27

P2

1.6
1.4
1.2
1
konstanta reaksi (k)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
1

Tinggi Cairan (cm)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Tinggi atau Volume Reaktan terhadap Konstanta Laju Reaksi
(k)
Menurut Levenspiel (1999), formulasi laju atau kecepatan reaksi kimia dapat
diekspresikan sebagai berikut,
ri = f1(temperatur).f2(komposisi)
Berdasarkan formulasi laju reaksi tersebut, laju reaksi merupakan fungsi dari temperatur
dan komposisi atau konsentrasi.
Tabel 4.8 Pengaruh Volume Reaktan terhadap Konstanta Laju Reaksi
Volume Reaktan
2
3,2
6,1

Konstanta Laju Reaksi (L/mol.detik)


0,8730
1,0692
1,4962

Dalam tabel 4.8 diperlihatkan pengaruh volume reaktan terhadap konstanta laju reaksi.
Berdasarkan tabel 4.8, semakin besar volume reaktan maka nilai konstanta laju reaksi akan
menjadi semakin besar. Menurut Missen et.al. (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi adalah konsentrasi dari reaktan dan bisa juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari produk.
Semakin besar konsentrasi reaktan, maka laju reakasi akan menjadi semakin cepat. Akan tetapi,
berdasarkan tabel 4.8 semakin tinggi volume reaktan maka nilai konstanta laju reaksi menjadi
semakin besar, diketahui bahwa volume reaktan berbanding terbalik dengan konsentrasi reaktan,
seharusnya semakin tinggi volume reaktau atau semakin rendahnya konsentrasi reaktan,
28

P2

konstanta laju reaksi juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Levenspiel (1999) yaitu konstanta laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi sesuai
dengan persamaan berikut,
k = (waktu) -1 (konsentrasi) 1-n
Berdasarkan persamaan tersebut, konstanta laju reaksi memiliki nilai yang berbanding
terbalik dengan konsentrasi reaktan. Maka, semakin besar volume reaktan, konsentrasi reaktan
akan semakin kecil sehingga konstanta laju reaksi yang terbentuk menjadi semakin besar. Hal ini
terjadi karena konstanta laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi. Dengan demikian,
semakin tinggi volume reaktan maka konstanta laju reaksinya akan semakin besar.
(Levenspiel, 1999)
(Laboratorium Proses Kimia, 2014)
4.2.4

Hubungan Konsentrasi Praktikum dengan Model Matematis


Tabel 4.9 Hubungan Konsentrasi Praktikum dengan Model Matematis
Variabel 1
Ketinggian 2 cm
CA
CA model
0,0172
0,0172
0,0144
0,018221
0,014
0,019033
0,0136
0,019749
0,0136
0,020339

Variabel 2
Ketinggian 2 cm
CA
CA model
0,0172
0,0172
0,0172
0,017179
0,0164
0,017364
0,0164
0,017505
0,0164
0,017617

Variabel 3
Ketinggian 2 cm
CA
CA model
0,0176
0,0176
0,0168
0,017748
0,0168
0,017802
0,0168
0,017809
0,0176
0,0176

29

P2

0.03
0.02
0.02
ca
ca model

0.01
0.01
0
0

10

12

14

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Model Matematis dengan Hasil Percobaan pada Reaktor
Kontinyu pada Variabel Ketinggian 2 cm

0.02
0.02
0.02
ca
ca model

0.02
0.02
0.02
0

10

12

14

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Model Matematis dengan Hasil Percobaan pada Reaktor
Kontinyu pada Variabel Ketinggian 3,2 cm

30

P2

0.02
0.02
0.02
0.02
ca

0.02

ca model

0.02
0.02
0.02
0.02
0

10

12

14

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Model Matematis dengan Hasil Percobaan pada Reaktor
Kontinyu pada Variabel Ketinggian 6,1 cm
Berdasarkan grafik 4.5, 4.6, dan 4.7, dapat dilihat bahwa pada setiap variabel percobaan,
nilai konsentrasi NaOH sisa (CA) pada perhitungan model matematis lebih besar dibandingkan
dengan nilai CA yang didapat dari percobaan. Perhitungan model matematis tidak dipengaruhi
oleh variabel percobaan, dan digunakan metode Runge-Kutta orde 4 karena keakuratannya yang
tinggi, sehingga dapat dikatakan nilai CA yang diperoleh dari model matematis ini mendekati
ideal. Nilai CA dari percobaan lebih kecil dari nilai dari model matematis karena pada percobaan
dipengaruhi oleh variabel tinggi cairan dalam reaktor (volume reaktan dalam reaktor)
(Supriyanto.2006. Runge-Kutta Orde Empat).

31

P2

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH berada pada orde dua, yang
dibuktikan dengan metode trial pada reactor batch.
2. Penentuan konstanta penyabunan etil asetat dengan NaOH pada ketiga variabel
didapatkan nilai k untuk variabel 1 yaitu 0,873; variabel 2 yaitu 1,0692; dan variabel 3
yaitu 1,4962.
3. Semakin besar volume reaktan, konsentrasi reaktan akan semakin kecil sehingga
konstanta laju reaksi yang terbentuk menjadi semakin besar. Hal ini terjadi karena
konstanta laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi dan konsentrasi berbanding
terbalik pula dengan volume reaktan.
4. Hubungan konsentrasi praktikum dengan model matematis dihitungan dengan
menggunakan metode Runge-Kutta yang menunjukkan bahwa nilai konsentrasi NaOH
sisa (CA) pada perhitungan model matematis lebih besar dibandingkan dengan nilai CA
yang didapat dari percobaan.
5.2 Saran
1. Dalam pembuatan etil asetat sebaiknya dibuat berlebih agar konsentrasi dapat terjaga
sesuai dengan variabel bila terjadi penguapan.
2. Pada percobaan aliran kontinyu, suplai reagen harus selalu terpenuhi dan konstan.
3. Lakukan pengambilan sampel untuk uji konsentrasi secara berkala sesuai dengan rentang
waktu yang telah ditentukan.
4. Lebih teliti saat menentukan TAT.
5. Lakukan standarisasi larutan sekunder agar analisa kadar dengan titrasi dapat lebih
akurat.

32

P2

DAFTAR PUSTAKA
Levenspiel. O., Chemical Reaction Engineering 3nd ed, Mc. Graw Hill Book Kogakusha Ltd,
Tokyo, 1999
Missen, R.W., Mims, C.A., Saville, B.A. 1999. Introdction to Chemical Reaction Engineering
and Kinetics. John Wiley & Sons, Inc.
Supriyanto. 2006. Runge Kutta Orde Empat. Vol Universitas Indonesia. Jakarta
Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan Praktikum Laboratorium Proses Kimia. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Diponegoro

33

Anda mungkin juga menyukai