Anda di halaman 1dari 3

Rahmadani Wijaya Putra

21030112120004
Teknik Reaksi Kimia

KATALIS HETEROGEN

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi dan menurunkan energi
aktivasi, namun zat tersebut tidak habis bereaksi. Ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan
massa katalis yang sama seperti pada awal kita tambahkan. Zat yang menghambat
berlangsungnya reaksi disebut inhibitor. Dalam suatu reaksi kimia, katalis tidak ikut bereaksi
secara tetap sehingga dianggap tidak ikut bereaksi.

Katalis Homogen
Adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud reaktannya. Dalam reaksi kimia,
katalis homogen berfungsi sebagai zat perantara (fasilitator). Beberapa jenis katalis homogen
yang telah digunakan antara lain NaOH, KOH, ZA, ZA kering, ZKOH, dan Z-KOH kering.
Penggunaan katalis ini mempunyai kekurangan seperti sifat korosif yang tinggi dan
katalis ini tidak mungkin digunakan kembali sehingga dalam proses pembuatan metil ester ini
NaOH dibuang dalam bentuk larutan dan mengganggu lingkungan.

Katalis Heterogen
Katalis heterogeneous adalah katalisis terjadi dalam fase yang lebih dari satu, katalis
dapat berupa padatan dalam cairan atau padatan dalam gas. Sistem katalisis heterogen paling luas
digunakan dalam bidang industri, hal ini disebabkan sistem katalis heterogen memiliki beberapa
keuntungan misalnya dapat digunakan pada suhu tinggi sehingga dapat dioperasikan pada
berbagai kondisi. Kemudian secara luas digunakan karena tidak memerlukan tahap yang panjang
untuk memisahkan produk dari katalis (Andriayani, 2005).
Katalisator heterogen dapat terjadi pada proses sintesis senyawa organik sehubungan
dengan pertimbangan ekonomi dan lingkungan. Katalisator heterogen umumnya lebih murah,
kereaktifannya yang tinggi, ramah lingkungan, dengan waktu reaksi yang tidak lama, selektivitas
yang baik, penanganan sederhana, dan juga menghemat energi (Shaterian, 2009).
Mayoritas dari katalis heterogen ini didasari pada silika, terutama sejak beberapa riset
menunjukkan keuntungan dari penggunaan silika, diantaranya kestabilan yang baik, luas
permukan yang lebih besar, mudah dan murah, serta kemudahan gugus organik dalam
menjangkar ke permukaan, untuk menyediakan pusat katalitis (Gupta et al 2008). Sementara
NaHSO4.H2O adalah sistem katalis asam heterogen yang aman, murah, mudah dalam
penanganan dan ramah lingkungan serta stabil dalam media reaksi. Shaterian et al (2008) telah
menunjukkan bahwa NaHSO4.H2O adalah katalis yang efektif pada beberapa reaksi organik
seperti sintesis asil-diazene, reaksi Friedel-Craft dan deproteksi dari asetal. Chavan et al (2008)
mengungkapkan bahwa silika gel yang didukung dengan NaHSO 4.H2O adalah sistem katalis
heterogen yang murah dan stabil yang dapat digunakan pada banyak reaksi organik dibawah
kondisi heterogen. Sementara Shaterian et al (2009) menggunakan katalis serupa pada sintesis
senyawa amidoalkil naftol, dimana hasil yang didapat/yield sebesar 73-93%, waktu reaksi yang
singkat, tidak mencemari lingkungan, serta murah dan mudah dalam penanganannya.
Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi pembentukan
kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk adalah sebagai berikut :
1. Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar partikel katalis.
2. Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel katalis.
3. Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi adsorpsi
4. Reaksi pembentukan produk antara permukaan sampai terjadinya produk.
5. Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
6. Difusi produk menuju permukaan luar partikel katalis.
7. Produk mengikuti aliran gas pembawa.
Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau larutan
diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan sama efektifnya sebagai
katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen
mencakup (1) adsorpsi pereaksi, (2) difusi pereaksi sepanjang permukaan, (3) reaksi pada sisi
aktif membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi, dan (4) lepasnya (desorpsi) hasil reaksi.
Contoh sederhana katalisis heterogen adalah katalis menyediakan suatu permukaan
dimana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-substrat
menjadi lemah sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara produk baru dan
katalis lebih lemah sehingga akhirnya terlepas
Mekanisme katalisis heterogen :
1. Difusi molekul-molekul pereaksi menuju permukaan
2. Adsorpsi molekul-molekul pereaksi pada permukaan
3. Reaksi pada permukaan
4. Desorpsi hasil dari permukaan
5. Difusi hasil dari permukaan menuju badan sistem

Katalis Pendukung
Katalis heterogen biasanya membutuhkan pendukung (support), karena pendukung
katalis memiliki kekuatan mekanik, tahan panas, mempunyai kerapatan ruah yang optimal, dan
kemampuan pelarutan fase aktif. Pendukung juga meningkatkan luas permukaan, memiliki pori
serta ukuran partikel yang optimal, dan peningkatan fungsi kimiawi seperti perbaikan aktivitas.
Pemilihan pendukung didasarkan pada beberapa hal :
1. Keinertan
2. Sifat mekanik yang diinginkan, termasuk ketahanan terhadap kikisan, kekerasan dan
ketahanan terhadap tekanan.
3. Kestabilan pada kondisi reaksi dan regenerasi.
4. Luas permukaan, diutamakan yang memiliki luas permukaan besar agar semakin banyak
sisi aktif katalis yang terdistribusi.
5. Porositas, meliputi ukuran pori rata-rata dan distribusi ukuran pori
6. Sifat ekonomis bahan.
Padatan pendukung juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu untuk mendispersikan sisi
aktif, menstabilkan pendispersian serta memberikan kekuatan mekan
Katalis Basa Heterogen
Katalis basa heterogen merupakan katalis yang mempunyai fasa yang tidak sama dengan
reaktan dan produk. Jenis katalis basa heterogen yang dapat digunakan pada reaksi
transeseterifikasi adalah MgO, CaO, SrO, dll. Keuntungan menggunakan katalis ini adalah:
mempunyai aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang ringan, masa `idup katalis yang panjang
biaya katalis yang rendah, tidak korosif, ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit masalah
pembuangan, dapat dipisahakan dari larutan produksi sehingga dapat digunakan kembali. Namun
katalis basa heterogen ini tetap lebih baik untuk digunakan dalam proses transesterifikasi minyak
nabati menjadi metil ester dibandingkan dengan katalis basa homogen. Karena masalah
pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun produk lebih sering dijumpai pada katalis basa
homogen. Katalis basa homogen larut dalam campuran sehingga pemisahan tidak cukup
dilakukan dengan penyaringan dan teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi
produk dari campuran. Sedangkan teknik pemisahan katalis basa heterogen tidak terlalu sulit,
pemisahannya dapat dilakukan dengan filtrasi atau dekantasi. (Bangun, N., 2008).
Contoh katalis basa heterogen antara lain :
Kalsium Oksida
Kalsium oksida biasanya dibuat oleh dekomposisi termal dari bahan seperti kapur, yang
mengandung kalsium karbonat (CaCO3; mineral kalsit ). Hal ini tercapai dengan memanaskan
bahan sampai suhu diatas 825 C, proses ini dinamakan calcination atau
lime-burning , untuk memisahkan CO2 dari senyawa. Ini dilakukan dengan memanaskan
material di atas 825 C. CaO telah diteliti sebagai katalis basa yang kuat dimana untuk
menghasilkan biodiesel menggunakan CaO sebagai katalis basa mempunyai banyak manfaat,
misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang rendah, masa katalis yang lama, serta biaya
katalis yang rendah.
Stronsium Oksida
Stronsium oksida merupakan oksida basa karena mengandung ion oksida. Katalis ini
jarang digunakan didalam penelitian, salah satu penyebabnya ialah harga katalis ini yang relatif
cukup mahal dibandingkan dengan katalis basa heterogen lainnya. Stronsium oksida merupakan
oksida logam yang sangat aktif dan akan larut dalam media reaksi. Pada proses transesterifikasi
minyak kedelai dengan SrO sebagai katalis basa padat akan menghasilkan metil ester 90% yield.
Katalis itu stabil bahkan setelah 10 siklus reaksi. SrO dapat mempercepat banyak reaksi kimia,
seperti pasangan oksidatif metana (gas), oksidasi selektif sejenis metan, dan reaksi nitroaldol.
(Zabeti, 2009).

Anda mungkin juga menyukai