Anda di halaman 1dari 9

A.

Klarifikasi istilah
1. Anoreksia hilangnya selera makan atau keengganan untuk menetapkan
berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi.
2. Disuria perasaan nyeri saat kencing, karena adanya iritasi pada mukosa
buli-buli.
B. Analisis masalah
1. Mengapa pasien mengalami demam intermitten, dysuria dan abdominal
pain?
a. Dysuria
Dysuria perasaan nyeri saat kencing, karena adanya

iritasi pada mukosa buli-buli.


Prevalensi Wanita pada usia 25-54 tahun, pada saat aktif
seksual
Pria semakin meningkatnya usia maka semakin meningkat

frekuensi terjadinya dysuria


Etioligi : infeksi dan non-infeksi
Infeksi penyebab paling umum, contohnya cystitis,
pyelonefritis, urethritis
Non-infeksi akibat inflamasi dari dari mukosa yang

menggembung namun bukan akibat dari infeksi


b. Abdominal pain
Jaras nyeri perut serabut saraf C
Jaras nyeri di kulit serabut saraf A
Serabut saraf C rasa sakit lebih menyebar dan lama dibanding
serabut saraf A
Serabut saraf C berjalan bersamaan dengan saraf simpatis
Menuju ke ganglia prevertebralis dan paravertebralis
Ke akar dorsal ganglion
Impuls afferent melewati medulla spinalis pada tractus
spinothalamicus
Thalamus

Cortex cerebri

Impuls nyeri
Organ viscera abdomen atas (gaster, duodenum,
pancreas, hepar) akan ke medulla spinalis thoracal
VI ,VII, VIII kemudian akan terasa di daerah

epigastrium
Dari organ intestinum akan ke medulla spinalis
thoracal IX dan X kemudian akan terasa di daerah

umbilicus
Dari organ colon, ureter vesica urinaria dan tractus
genitalia akan ke medulla spinalis thoracal XI, XII
dan medulla spinalis lumbalis I akan terasa di
daerah suprapubic

2. Mengapa pasien mengalami anoreksia, malaise dan myalgia?


Malaise:
Hiponatremia pada orang anemia akan terjadi perubahan yang
menonjol kemudian akan terjadi hambatan magnesium, activated
ATP-ase pada eritrositkemudian akan terjadi hiponatremia akibat

terjadinya kegagalan pompa sodium


Hipoglikemia akibat kandungan glukosa dalam darah menurun
Kurangnya cairan akibat diare atau berkeringat
Hb rendah

3. Mengapa pasien mengalami kejang tonik-klonik?


Kejang tonik-klonik disebut juga kejang epilepsi klasik
Diawali diawali dengan hilangnya kesadaran dengan cepat, mungkin
bersuara seperti menangis akibat adanya ekspirasi paksa dari spasme otot
thorax atau abdomen, kemudian bisa juga pasien tidak dapat berdiri dan
terjadi inkontinensia urin dan alvi yang disertai dengan disfungsi otonom
Terdapat 4 fase :
a. Fase tonik
b. Fase klonik
c. Periode tidak sadar
d. Periode pasca-ictus
Fase tonik

Oto-otot akan berkontraksi posisi tubuh akan berubah


Terjadi selama beberapa detik
Fase klonik
Otot-otot akan berlawanan kontraksi dan relaksasi secara bergantian
Akan menghasilkan gerakan-gerakan yang menyentak
Semakin lama jumlah kontraksi akan berkurang tetapi kekuatannya tidak
berubah
Pada saat fase klonik kemungkinan lidah dapat tergigit
Keseluruhan kejang akan berlangsung selama 3-5 menit
Periode tidak sadar
Terjadi selama beberapa menit sampai 30 menit
Periode pasca-ictus
Pasein akan sadar dan merasa kebingungan, agak stupor atau bengong dan
akan tidak akan kejadian sebelumnya pada saat kejang
4. Mengapa pasien mengalami hilang kesadaran?
Penyebab SEMENITE
S Sirkulasi stroke, penyakit jantung dan berkurangnya

oksigen ke jaringan
E Ensefalitis infeksi sistemik atau sepsis

M Metabolik hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia


E Elektrolit diare dan muntah berlebihan
N Neoplasma tumor
I Intoksikasi gangguan pada cortex cerebriatau gangguan

ARAS pada batang otak


T Trauma perdarahan epidural, perdarahan subdural, trauma

abdomen, trauma thorax


E epilepsi

5. Bagaimana interpretasi hasil PF?


a. Hepatomegali
Hepatomegali pembesaran organ hati
Penyebab :
Hepatitis
Demam tifoid
Amoeba
Penimbunan lemak
Keganasan hepatoma atau metastasis
Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit) akibat hiperplasi
sel kupffer
b. Refleks patologis (+)
Refleks respon motorik spesifik akibat rangsang sensorik
Refleks patologis adanya asimetri reflek bila disertai tandatanda lainnya berupa defisit motorik dan sensorik pada satu sisi
C. LO
Malaria tanpa komplikasi
DEFENISI
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari
genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil)
serta demam berkepanjangan.
ETIOLOGI
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain,
malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang

terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam


hati.
Parasit malaria
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan
hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada
manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit
malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Plasmodium knowlesi

EPIDEMIOLOGI
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya
dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak mungkin terutama penting
dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan subtropics,
walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria
local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang
datang dari daerah endemis.
Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta,
jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari
pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat
bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal.
Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias
malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan


menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang
disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada
anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai

di bawah normal. Setelah itu

biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita


merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 10 jam, biasanya dialami
oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama
kali menderita malaria.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.2

2. Pemeriksaan fisik

Demam (pengukuran dengan termometer 37,5C)

Konjungtiva atau telapak tangan pucat

Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran hati (hepatomegali).

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan:
o Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
o Spesies dan stadium plasmodium
o Kepadatan parasit
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6
jam sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es
tetapi tidak dalam freezer pendingin.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks

5) Analisis cairan serebrospinalis


6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.

PENCEGAHAN
a. Berbasis masyarakat
Meningkatkan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) dengan memberikan
penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan dan kampanye PSN
(pemberantasan sarang nyamuk)
Menemukan dan mengobati penderita sedini untuk mencegah penularan
Melakukan fogging
b. Berbasis individu
Pencegahan gigitan nyamuk :
Tidak keluar rumah saat senja atau malam hari, apabila terpaksa maka

memakai baju panjang dan cerah


Menggunakan anti nyamuk
Memasang kasa anti nyamuk di ventilasi rumah
Kelambu insektisida
Menyemprot kamar dengan obat anti nyamuk
Pengobatan profilaksis
Sensitif klorokuin :
Klorokuin basa 300 mg
Klorokuin fosfat 500 mg
Diberikan satu minggu sebelum pergi ke tempat endemik sampai 4
minggu setelah pergi dari tempat endemik
Resisten klorokuin :
Meflokuin 5 mg/ kg BB/ minggu
Doksisiklin 100 mg
Sulfadoksin 500 mg

Pengobatan profilaksis untuk ibu hamil


Sensitif klorokuin :
Klorokuin 5 mg/ kg BB/ minggu
Proguanil 3 mg/ kg BB/ hari
Resisten klorokuin :
Meflokuin 5 mg/ kb BB/ minggu
Diberikan pada bulan ke-empat kehamilan

Dapus :
Dorland, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai