Anda di halaman 1dari 8

KARMA YOGA

Oleh : Drs. I Ketut Nuasa, M.Ag

Karma Yoga adalah jalan untuk menuju Tuhan dengan sarana kerja (perbuatan) yang
tulus iklas tanpa pamrih. Dalam pandangan Vivekananda, hal ini berarti bekerja untuk kerja
itu sendiri, terlepas dari segala bentuk ikatan (egoisme) atau ikatan terhadap hasil kerja,
karena segala bentuk keakuan aku dan punyaku adalah penyebab segala kesusahan, segala
bentuk keakuan akan membuat manusia terikat kepada sesuatu dan manusia itu akan hidup
sebagai budak. Semakin sering seseorang mengatakan ini aku dan punyaku akan semakin
banyak belenggu yang yang mengikat dan semakin banyaklah perbudakan-perbudakan. Oleh
karena itu, menurut Vivekananda, Karma Yoga mengajarkan kepada manusia untuk
menikmati segala keindahan gambaran-ganbaran dunia, tetapi jangan mempersamakan diri
kita dengan salah satu diantaranya.
Jadi

menurut Vivekananda,

pertama-tama

yang

harus

dihancurkan

adalah

kecenderungan hati untuk menciptakan tunas-tunas keakuan ini. Apabila kekuatan untuk
mengekang telah dimiliki, maka jangan membiarkan pikiran memasuki jalan-jalan keakuan.
Setelah itu manusia boleh memasuki dunia dan bekerja sebanyak yang dapat dilakukannya.
Dalam hidupnya ini manusia tidak bisa lepas dari kegiatan kerja. Hal ini dejelaskan
dalam Bhagavadgita III.4 dan III.5:
III.4 Na karmanam anaranbhan
Naiskarmyam puruso snut
Na ca samnyasanad eva
Siddhim samadhigacchati
Artinya: orang tidak akan mencapai kebebasan karana diam tanpa kerja, juga takkan
mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja.

III.5 Na hi kascit ksanam api


Jatu tisthaty akarmakrit
Karyate hy avasah karma
Sarvah prakrtijair gunaih.
Artinya: tidak seorangpun tidak bekerja walaupun untuk sesaat jua, karena dengan tiada
berdaya manusia dibuat bertindak oleh hukum alam.
Jadi selama menjalani hidup didunia ini, manusia tidak bisa menghindarkan diri dari
tindakan kerja. Berpikir adalah merupakan suatu tindakan atau kerja. Berjalan, berbuat
sesuatu, dan sebagainya adalah suatu tindakan atau kerja, dan semua orang tidak dapat
menghindarinya.
Dalam pola pemikiran manusia purba, manusia bekerja untuk kepentingan diri sendiri
sehingga didalam bekerja, yang menjadi motivasinya adalah kepuasan diri. Kemudian seiring
dengan berkembangnya pola pikir manusia yang mulai mengenal kehidupan masyarakat,
motivasi kerja manusia mulai beralih demi kepentingan bersama.
Prinsip Karma Yoga dikembangkan dalam filsafat Hindu modern yang dipelopori
Svami Vivekananda. Prinsip ini mengoyak masyarakat untuk meninggalkan segala bentuk
praktik pragmatis untuk tujuan-tujuan sesat.
Didalam salah satu pidatonya, Svami Vivekananda pernah mengantakan, Kita telah
berbicara banyak seperti burung beo, tetapi tidak mempraktekkannya. Berbicara banyak
tetapi tidak bekerja, hal ini telah menjadikan kebiasaan buruk bagi kita. Apa sebab?
Kelemahan badan jasmani. Badan jasmani lemah, otak lemah, tidak dapat melaksanakan
suatu kerja yang besar. Pertama-tama jasmani harus kuat dulu, agama menyusul. Engkau
akan lebih dekat dengan surga dengan melatih diri dalam olah raga sepak bola dari pada
melalui pelajaran gita. Engkau akan mengerti gita dengan lebih baik apabila kedua lenganmu
lebih kuat dan otot-otot kaki yang keras.
Pandangan Vivekananda tersebut tentu saja sangan relevan dengan kehidipan kita
bahkan hingga saat ini. Didalam pernyataannya Vivekananda mengatakan bahwa kehidupan

spiritual itu dibangun dengan suatu tindakan kerja, dan untuk mewujudkan tindakan kerja
tersebut, seseorang harus memiliki badan fisik yang sehat dan kuat sehingga akan lebih
memudahkannya untuk membangun spiritualnya.
Karma Yoga dalam pandangan Vivekananda menunjukkan kepada manusia cara yang
terbaik untuk menolong manusia, melepaskan segala ikatan, sekalipun sangat berat. Bagi
mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, menurut Vivekananda, mereka hanya harus bekerja
atas kemauan sendiri, dengan tenaga, pikiran dan kemampuan membedakan sendiri.
Sedangkan mereka yang percaya kepada Tuhan ada jalan lain yang jauh lebih ringan yaitu
dengan menyerahkan hasil kerja mereka kepada Tuhan, bekerja dan tidak pernah terikat oleh
hasilnya.
Seorang Karma Yogi menurut pandangan Vivekananda bekerja karena memang itu
adalah sifatnya, karena ia merasa bahwa bekerja adalah baik baginya dan diluar itu ai tiada
mengandung maksud tertentu. Kedudukannya didalam dunia adalah sebagai pemberi dan
tidak meminta sesuatu apapun sebagai gantinya, dan karena itu ia dapat membebaskan diri
dari cengkraman derita.
Pandangan ini dalam implementasinya sangat sulit untuk diterapkan dalam kehidupan
seseorang. Setiap orang pasti memiliki suatu motif dalam melakukan tindakan kerja, hal ini
dikarenakan manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk menunjang hidupnya. Sehingga
sangant sulit untuk menemukan seorang Karma Yogi yang benar-benar bekerja tanpa
Menurut Vivekananda seorang Karma Yogi sejati ada pada pribadi Sidharta Gotama.
Hal ini diungkapkan dalam pernyataannya sebagai berikut:
Semua nabi didunia, kecuali sang Buddha telah memakai tenaga pendorong dari luar
untuk menggerakkan orang-orang bekerja tidak mengutamakan diri. Dari nabi-nabi besar
didunia, dengan perkecualian yang satu ini (Buddha) dapat dibagi menjadi dua golongan,
yang satu golongan mempertahankan bahwa mereka sebagai titisan Tuhan yang lahir ke dunia
ini dan golongan yang lain mengatakan bahwa mereka hanya pesuruh (pembawa pesan) dari
Tuhan. Kedua golongan tadi meskipun betapa luhur kata-kata kerohanian yang diucapkannya,
mereka mengambil pengaruh tenaga luag untuk bekerja. Namun Budhha adalah satu-satunya
nabi yang mengatakan bahwa beliau tidak tertarik untuk mengetahui berbagai teori tentang

Tuhan. Buddha menganjurkan seseorang untuk berbuat baik dan menjadi orang baik dan
inilah yang akan menuntun seseorang mencapai kebenaran dan kebebasan.
Seorang Karma Yogi dalam pandangan Vivekananda, tidak perlu harus percaya akan
doktrin manapun juga, bahkan boleh tidak perlu percaya kepada Tuhan. Setiap saat dalam
hidupnya adalah kesadaran yang harus dicapai melalui kerja, seperti seorang Jnanin dengan
akal dan ilmunya atau seorang Bakta dengan cintanya.
Pandangan ini tentu saja mendukung pernyataan bahwa seorang Karma Yogi terlepas
dari ikatan apapun atas tindakan atas tindakan kerja yang dilakukannya, tetapi dalam
pandangan seseorang yang mempercayai Tuhan tentu saja hal ini tidak dapat diterapkan
sepenuhnya, karena sebenarnya didalam Catur Marga Yoga, Karma Yoga merupakan salah
satu jalan untuk mencapai Tuhan melalui jalan kerja tanpa pamrih. Ini berarti bahwa kerja
yang dilakukan seorang Karma Yogi adalah untuk mencapai Tuhan, sehingga kerja yang
dilakukan merupakan suatu bentuk bhakti kepada Tuhan. Karena bekerja yang baik adalah
perintah Tuhan, maka seorang Karma Yoga yang mencintai pekerjaannya adalah seorang
yang mencintai Tuhan.

Tujuan Karma Yoga menurut Vivekananda


Menurut ajaran Vedanta, kita dapat menempuh berbagai jalan yang pada akhirnya
akan menuntun kita kepada tujuan yang sama. Jalan-jalan itu secara garis besar dibagi
menjadi empat : jalan bekerja (Karma Yoga), jalan cinta kasih (Bhakti Yoga), jalan
pengetahuan (Jnana Yoga) dan jalan meditasi (Raja Yoga).
Karma yoga adalah ajaran untuk mencapai ketidakmengutamakan diri melalui jalan
kerja, kebebasan akan tercapai dari semua sifat manusia. Setiap pekerjaan yang
mengutamakan diri, maka itu berarti langkah mundur bagi tercapainya tujuan. Definisi moral
tentang hakekat kerja itu adalah sebagai berikut : Perbuatan-perbuatan yang sifatnya
mengutamakan diri adalah asusila, perbuatan yang tidak mementingkan diri adalah susila.
Menurut Vivekananda, baik buruknya perbuatan yang dilakukan, kedua-duanya akan
mendatangkan akibat, pekerjaan-pekerjaan itu akan selalu menghasilkan Karma. Perbuatan
baik membawa kebaikan, perbuatan buruk mengakibatkan keburukan. Tetapi baik dan buruk

itu merupakan ikatan bagi jiwa manusia, bilaman kita tidak terikat pada suatu perbuatan,
maka perbuatan itu tidak dapat mengikat kita.
Dalam Bhagavadgita, Sri Krsna berkata Pandanglah kepadaKu Arjuna! Jika aku
berhenti bekerja meski sedetik saja, seluruh dunia ini akan musnah. Aku tidak ingin
mendapatkan seseatu dari pekerjaan ini. Aku adalah Tunggal. Tetapi mengapa aku harus
bekerja? Karena AKu mencintai dunia.
Menurut Vivekananda, seorang Karma Yogi, sekalipun berada pada titik-titik
kematiannya,ia harus menolong tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Andaikata kita ditipu
sejuta kalian jangan menyesal dan jangan bertanya mengapa kita harus mengalami hal-hal
demikian.
Karma yoga mengajarkan kita Tidak usah meninggalkan keduniawian, tahanlah
segala pengaruh-pengaruhnya sebanyak mungkin, tetapi jika itu hanya untuk kepentingan diri
sendiri, jangan dilakukan meski bagaimanapun. Penolakan Vivekananda terhadap orang
yang masih terikat oleh sifat keakuan dapat dilihat dari perkataan beliau Orang-orang bodoh
telah mengajarkan putra-putrinya untuk bersembahyang, Oh Tuhan Engkau telah
menciptakan matahari untuk saya, bulan dan bintang untuk saya dan menikmati indahnya
dunia ini. Seakan-akan Tuhan tiada bermaksud lain daripada menciptakan segala sesuatu
untuk bayi-bayi manusia ini, kata beliau.
Bila pernyataan tersebut digali lebih jauh bisa dianggap bahwa Vivekananda sangan
menentang eksploitasi alam secara berlebihan. Hanya orang-orang bodohlah yang
menganggap bahwa semua isi bumi ini adalah diciptakan untuk dirinya,hanya orang-orang
bodohlah yang mengatakan bahwa semua hewan-hewan, tumbuhan dan lain sebagainya
adalah diciptakan untuk dinikmati untuk kepuasan manusia.
Menurut Vivekananda, masing-masing Yoga sanggup untuk menunjukkan orang
mencapai kesempurnaan tanpa pertolongan yang lain-lain. Karena semua Yoga bertujuan
sama, semuanya mampu melayani langsung untuk mencapai kebahagiaan tertinggi (Moksha).
Hanya orang bodoh yang berpendapat bahwa pekerjaan dan filsafat adalah berlainan. Orang
yang berpengetahuan mengerti bahwa nampaknya dari luar seakan-akan berbeda antara

pekerjaan dan filsafat,tetapi keduanya berakhir pada tujuan yang sama yaitu mencapai
kesempurnaan.
Jadi tujuan hakiki dari Karma Yoga adalah mencapai Moksha dan Jagaditha[yaitu
dengan cara bekerja (karma). Adapun karma seperti apa yang dapat menuntun kita untuk
tujuan tertinggi itu menurut Vivekananda yaitu seperti apa yang tertera dalam Bhagavadgita
Bab III.19:
Tasmad asktah satatam
Karyam karma samacara
Asakto hy acaran karma
Param apnoti purusah.
Yang artinya: Oleh karena itu laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat
(pada hasilnya), sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang
itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.

Karma Yoga dalam Kehidupan Masa Kini


Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagi makhluk individu
manusia memiliki kepentingan pribadi yang orang lain tidak berhak untuk turut campur
didalamnya, dan sebagai makhluk sosial manusia perlu berinteraksi dengan masyarakat
disekitarnya.
Adalah sangat menarik untuk membahas bagaimana inplementasi dan seberapa
relevankah ajaran Karma Yoga menurut pandangan Vivekananda dengan situasi saat ini.
Dijaman modern yang serba canggil saat ini, mungkinkah kita bisa mengamalkan ajaran
Karma Yoga yang pada hakekatnya adalah melakukan kerja tanpa terikat? Adalah sudah
menjadi fakta umum bahwa seseorang bekerja itu memiliku tujuan yang ingin dicapainya.
Seorang buruh bekerja mengejar suatu ganjaran yang disebut dengan upah yang biasanya
berupa uang. Seorang atlet bekerja untuk mengejar prestasi, medali, kehormatan dan
kekayaan. Lantas pekerjaan yang bagaimanakah yang disebut dengan bekerja tanpa terikat?

Apakah seoarang buruh harus bersedia untuk diupah kecil atau bahkan tidak diupah sama
sekali untuk mengamalkan ajaran ketidakterikatan itu?
Vivekananda mengatakan bahwa keterikatan adalah sumber dari penderitaan. Bisakah
kita, yang bisa dibilang adalah makhluk kali yuga] membebaskan diri dari semua keterikatan
yang membelenggu?
Apabila seseorang mengetahui hakekat dari bekerja tanpa terikat maka jawabannya
adalah bisa. Seorang buruh misalnya, untuk mengamalkan ajaran karma Yoga, bukan berarti
dia harus mau bekerja tanpa upah atau bayaran yang tidak layak. Karena bayaran adalah hak
yang semestinya kita terima sebagai akibat dari kita melakukan kewajiban berupa bekerja,
maka hal itu bukan berarti kita terikat oleh hasil dari pekerjaan itu. Kerja itu adalah karma
dan upah yang didapat adalah pahalanya.
Bekerja dengan tenang dan iklas akan membuat seseorang dapat melakukan yang
terbaik yang bisa diperbuatnya. Mencintai pekerjaan juga dapat membuat seseorang merasa
bahagia. Bagi seorang Karma Yogi, mencintai pekerjaan sama artinya mencintai Tuhan. Apa
sebab? Karena sesungguhnya pekerjaan itu berasal dari Tuhan.
Akan sangat jarang ada seseorang yang benar-benar bisa bekerja tanpa keterikatan ini.
Semua yang bekerja hampir dipastikan memiliki suatu motif tertentu. Para pertapa sekalipun,
yang meninggalkan kehidupan duniawi yang penuh dengan kegiatan kerja, memiliki motif
atau tujuan tertentu dari pekerjaannya (bertapa) yaitu untuk mencapai kesadaran jiwa. Bagi
kita yang beragama, satu-satunya hal yang perlu dilakukan jika ingin menjadi Karma Yogi
yang baik adalah bekerja dengan rasa cinta dan menyerahkan semua hasilnya ( baik atau
buruk) kepada Tuhan. Dengan kata lain yang kita perlukan adalah selalu bersyukur akan apa
yang kita peroleh sebagai hasil dari kerja itu.
Menurut pandangan penulis, seandainya dijaman sekarang ini, khususnya di
Indonesia, masyarakatnya mengerti akan hakekat dari kerja tanpa terikat ini. Maka bisa
dijamin tidak akan ada politikus-politikus dan pejabat Negara yang berhati busuk yang
mengejar kekuasaan dengan tujuan hanya untuk menumpuk kekayaan pribadi. Maki tidak
akan ada pengusaha yang menghalalkan segala cara untuk mengeruk keuntungan sebesarbesarnya. Maka tidak akan ada petani atau nelayan yang menggunakan obat-obatan kimia
secara sembarangan hanya untuk memperoleh laba yang besar. Maka tidak akan ada guru

yang memberikan contekan kepada muridnya ketika ujian hanya demi menjaga nama baik
institusinya. Maka tidak akan ada kejahatan dan kecurangan dalam seluruh segi kehidupan.
Walaupun memang patut disadari juga bahwa ini adalah jaman kali dimana Dharma
hanya berdiri dengan satu kakinya, dan mungkin sudah demikianlah adanya, moral dan ahlak
manusia sudah sedemikian merosot, sehingga manusia semakin terikat oleh belenggu dan cita
rasa keduniawian. Hal ini jualah mungkin yang menyebabkan manusia semakin lupa akan
tujuan terluhur dari hidupnya sehingga kepuasan materi sematalah yang dikejarnya.

Kesimpulan
Hakekat dari ajaran Karma Yoga adalah bekerja tanpa terikat. Melakukan pekerjaan
dengan sepenuh hati, dengan kecintaan dan menyerahkan segala hasilnya kepada Tuhan
adalah cara terbaik seorang Karma Yogi untuk mencapai kebebasan.
Seorang Karma Yogi sejati yang pernah dilahirkan adalah sang Buddha, beliau telah
berbuat seumur hidupnya tanpa sedikitpun mementingkan diri sendiri. Sang Buddha adalah
seorang Karma Yogi yang melaksanakan pengabdiannya dengan sedemikian murni dan tanpa
motif apapun.
Manusia yang bekerja tanpa didorong oleh sesuatu, tidak oleh uang, kekayaan,
kemasyuran, tahta, kekuasaan dan tidak mementingkan diri sendiri serta tidak oleh motifmotif lainnya, adalah pekrja yang paling baik. Jika ada seseorang yang bisa melakukan hal
demikian maka dia adalah seorang Buddha, dan dari hati orang seperti inilah akan keluar
tenaga yang luar biasa yang dapat membuat perubahan dunia kearah yang lebih baik.
Manusia semacam inilah yang menjadi cita-cita tertinggi dari pelajaran Karma Yoga.
Demikian menurut Svami Vivekananda.

Anda mungkin juga menyukai