PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pendengaran ialah salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan.
Saat ini, banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar.
Salah satunya adalah Otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat di
masyarakat dalam jumlah yang signifikan. Seperti yang telah diketahui, Beet Hoveen,
seorang komposer asal Jerman menderita Otosklerosis. Menjelang dari akhir karir
musiknya, ia bahkan tidak dapat mendengar karyanya sendiri.1
Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif pada orang
dewasa. Kelainan dapat disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang terjadi
pada wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala-gejala pada akhir usia belasan
atau awal dua puluhan. Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana
terbentuk daerah otospongiosis (tulang lunak) terutama didepan dan didekat kaki
stapes menjadi terfiksasi. Secara histologis, otosklerosis cukup lazim terjadi yaitu
hampir 10% populasi. Namun, hanya persentasi kecil yang kemudian bermanisfestasi
secara klinis sebagai gangguan pendengaran. Pasien perlu dinilai secara cermat, baik
dari pemeriksaan audiologi maupun dengan melalui pemeriksaan otologi.1
1.2 Sejarah Otosklerosis
1. 1735 Palasafa: menemukan kaki stapes yang terfiksasi ke jendela oval saat otopsi
jenazah yang tuli.
2. 1857- Toyn Bee : menyatakan setelah 1659 kali melakukan pembedahan pada
telinga akylosis tulang dari stapes pada jendela oval adalah salah satu penyebab dari
ketulian.
3. 1873- Schwatze : mendeskripsikan adanya gambaran merah pada membran
tympani, yang kemudian ditemukan berhubungan dengan peningkatan vaskuler dari
pembuluh koklear menjelang tingkat aktif dari otosklerosis. Dikemudian hari dikenal
1
dengan Schwatze sign dan terjadi pada sekitar 10% dari telinga yang mengalami
otosklerosis.
4. 1881- Von Trolstch: menggunakan kata sklerosis untuk keadaan fiksasi stapes. Ia
mengemukakan bahwa sklerosis dari ruang tympani menyebabkan terfiksasinya
stapes.
5. 1890- Catz : orang yang pertama menemukan bukti mikroskopik dari otosklerosis
yang dihasilkan dari fiksasi stapes.
6. 1893- Polit Zer : mempelajari struktur tulang temporal pada 16 pasien yang
diketahui semasa hidup terdapat fiksasi stapes dan mengemukakan bahwa adanya
fiksasi stapes adalah penyebab primar dari kapsul otic dari pada proses imflamasi
atau infeksi berulang.
7. 1908- Bezold : menjabarkan sejarah penemuan tipikal dan pisikal seperti halnya
penemuan dari audiometri dan otosklerosis.
8.1912- Siebenmann : menemukan bahwa struktur dari tulang otsklerosis adalah lebih
jarang dan kurang densitasnya dari pada kapsul otis yang normal dan menyarankan
bahwa penyakit ini lebih pantasa dinamai otospongiosis. Ia juga mengatakan bahwa
penyakit ini dapat menyebabkan sensorineural hearing loss.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari : daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus
akustikus eksternus sampai membran tympani). Daun telinga terdiri dari tulang rawan
elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk seperti huruf S dengan rangka tulang rawan
pada 1/3 luar dan 2/3 bagian dalam terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm
pada 1/3 luar banyak terdapat kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit terdapat
kelenjar telinga.2
2.1.2 Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dan terdiri dari tulang-tulang pendengaran
(maleus, incus, stapes) dengan batas-batas:
Batas luar
: membran tympani
Batas depan : Tuba Eustachius
Batas bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: Aditus ad antrum, kanalis, facialis, pars vertikalis.
Batas atas
: Tegmen Tympani (meningen atau otak).
Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis
horizintal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.2
skala vestibuli sebelah atas, skala tympani disebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya.2
Skala vestibuli dan skala tympani berisis perilimpa, sedangkan skala media
berisis endolimpa. Ion dan garam yang terdapat di perilimpa berbeda dengan
endolimpa hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis pada membran ini terdapat membran corti.2
Energi getar yang telah diaplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimpa skala vestibuli bergerak. Getaran
diteruskan melalui membrana reissners yang mendorong endolimpa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi streosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepskan neurotransmiter kedalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 sampai 40) dilobus temporalis.2
2.2 Otosklerosis
2.2.1 Definiisi
Otosklerosis, lebih tepat otospongiosis yang bersifat autosomal dominan
dengan penetrasi yang tidak sempurna diturunkan, merupakan gangguan yang
disebabkan oleh sebagian kapsul labirin yang berubah menjadi tulang spongiotik.
Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang-tulang pendengaran dan otic capsule.
Proses ini menghasilkan tulang yang lebih lunak dan berkurang densitasnya
(otospongiosis). Gangguan pendengaran disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari
spongy bone like tissue yang menghambat tulang-tulang ditelinga tengah, terutama
stapes untuk bergerak dengan baik. Pertumbuhan tulang yang abnormal ini sering
terjadi didepan dari jendela oval, yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam.
Normalnya, stapes yang merupakan tulang terkecil pada tubuh bergetar secara bebas
mengikuti transmisi suara ke telinga dalam. Ketika tulang ini menjadi terfiksasi pada
tulang sekitarnya, getaran suara akan dihambat menuju ke telinga dalam sehingga
fungsi pendegaran terganggu.1
Ras
Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis terjadi pada ras
caucasia. Sekitar setengahnya terjadi pada oriental populasi. Dan sangat
jarang pada suku negro dan suku indian. Populasi multi ras yang termasuk
caucasia memiliki resiko peningkatan insiden pada otosklerosis.4
Faktor Keturunan
keluarga.
Adanya phenocopies.
Adanya mutasi baru.
Adanya kasus yang jarang yang ditransmisikan pada pola pewarisan yang
0,6% individu yang berumur kurang dari 6 tahun. Pada pertengahan usia,
insiden ditemukannya 10% pada orang kulit putih dan sekitar 20% pada
wanita berkulit putih. Baik aktif maupun tidak fase penyakitnya, terjadi pada
semua umur, tetapi aktifitas yang lebih tinggi lebih sering terjadi pada mereka
yang berumur kurang dari 50 tahun. Dan aktifitas yang paling rendah biasanya
pada umur lebih dari 70 tahun. Onset klinika berkisar antar umur 15-35 tahun,
tetapi manifestasi penyakit itu sendiri dapat terjadi paling awal sekitar umur 6
2.5. Patofisiologi
Dari otosklerosi sangat kompleks. Kunci utama lesi dari otosklerosis adalah
adanya multifocal area sclerosis diantara tulang endocondral temporal. Ada 2 fase
patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu:1
1. Fase awal otospongiotik
Gambaran histologis: terdiri dari histosit, osteoblas, osteosit yang
merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pussat tulang
disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumen pembuluh
darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambran
kemerahan pada membran timpani. Schwartze sign berhubungan dengan
peningkatan vaskular dari lesi yang mencapai daerah periosteal. Dengan
keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya akan
substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan
menghasilkan pembentukan spongy bone. Penemuan ini dengan pewarnaan
Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of Manasse.
2. Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoclast secara perlahan diganti
oleh osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area resorpsi
sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan
fiksasi kaki stapes pada jendela oval sehingga pergerakan stapes terganggu
dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang. Hasil akhir nya adalah
terjadinya tuli konduktif.
Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes dan sebagian dari
annular ligment, hanya sedikit fiksasi yang terjadi. Hal seperti ini dinamakan
biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural pada otosklerosis dihubungkan
dengan kemungkinan dilepaskannya hasil metabolisme yang toksik dari luka
neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat, hubungan lagsung dengan lesi
otosklerotikke telinga dalam. Semuanya itu menyebabkan perubahan
konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal.
Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif atau
campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari otosklerosis itu sendiri
Anamnesa
Kehilangan pendengaran dan tinnitus adalah gejala yang utama.
Penurunan pendengaran berlangsung secara progressif dengan gejala kejadian
bervariasi, tanpa adanya penyebab trauma atau infeksi. Tinnitus merupakan
variasi tersering sebanyak 75% dan biasanya berlangsung menjadi lebih parah
seiring dengan derajat tingkat penurunan pendengaran.5
Umumnya, dizziness dapat terjadi. Pasien mungkin mendeskripsikan
seperti vertigo, pusing yang berputar, mual dan muntah. Dizziness yang hanya
disosiasikan dengan otosklerosis terkadang menunjukan proses otosklerosis
pada telinga dalam. Adanya dizziness ini sulit untuk dibedakan dengan cuaca
lain seperti sindrom Menieres. Pada 60% kasus, riwayat keluarga pasien yang
Willisi).
Pemeriksaan Penunjang
10
Amplifikasi
Alat bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan
terapi yang efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang
13
14
15
Yang akurat
Otitis eksterna atau perforasi
Fiksasi dini dengan kehilangan pendengaran kecil
Otosklerosis unilateral
Kelainan pendengaran pada salah satu telinga
Otosklerosis stapedius dan koklear dengan gap hantaran tulang dan hantaran
16
12. Stapedectomy sekunder, tetapi hal ini masih kontroversial karena resiko
lambat dan segera akan terjadinya tuli sensorineural dan dapat terjadi bilateral.
Kerusakan vertibular bersifat permanent
13. Pasien dewasa muda dengan penyebaran cepat otosklerosis stapedial dan
koklea dan schwarze sign positif, operasi harus ditunda sampai aktivitas
terkendali oleh florida
14. Stapedectomy dikontraindikasikan pada wanita hamil dan ditunda selama 12
bulan postpartus
15. Fungsi tuba eustachuis salah satu telinga buruk
16. Penerbang atau penerjun payung karena resiko untuk terjadinya fistula
perilimfe meningkat.
2.9 Komplikasi
1. Floating footplace : saat stapedectomy, footplace terkadang keluar dari ceruk
yang mengelilinginya (kaki stapes yang terapung). Sering terjadi saat usaha
pemindahan yang mendorong kaki stapes melewati vestibulum. Lubang yang
aman dibor ke dalam footplace saat permulaan prosedur akan membantu
pemindahan footplace tanpa floating. Sebagai alternative, sebuah lubang kecil
dapat dibor di perbatasan promontorium untuk membantu pemindahan dari
floating footplace.1
2. Biscuit footplace : ketika fokus otosklerotik dibatasi pada kaki stapes itu
sendiri, footplace menjadi menebal dan dikenal dengan biscuit footplace.
Manipulasi dari kasusu ini dapat menyebabkan floating footplace. Untuk
alasan ini, laser obliteration dari biscuit footplace sendiri sering digunakan1
3. Dehiscent facial nerve : pada kasus operasi perbaikan nervus 7 sering
terbenam dalam jaringan fibrous dalam ceruk oval window. Permanen
paralysis nervus 7 dapat dihasilkan bahkan dari tindakan yang hati hati
terhadap pemindahan jaringan fibrous ini. Adanya delayed facial palsy setelah
stapedectomy bisa berhubungan dengan oedem dan ssering diterapi dengan
steroid. Penyembuhan dari oedem mulai pada 1 atau beberapa minggu
biasanya kembali seperti semula.1
17
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang tulang pendengaran dan otic
capsule yang dapat menyebabkan progressive conductive hearing loss, tuli campur
atau tuli sensorineural. Penyakit ini secara histologis terdapat pada 8 % - 10 % dari
populasi kulit putih, tetapi hanya 12 % yang dengan perubahan histologis yang
memiliki gejala klinik. Pasien yang mengalami otosklerosis secara tipikal
menunjukan penurunan pendengaran yang perlahan dan progressive.1
Pengaruh keluarga dalam ketelibatan autosomal dominant sangat berarti dalam
menegakan diagnosis dan pemeriksaan fisik dari otosklerosis menujukan gambaran
schwartze sign. Pemeriksaan garputala Rinne hasil negative dan Weber lateralisasi ke
telinga sakit sehingga didapatkan kesan tuli kondutif. Kunci diagnosa utama adalah
audiogram yang menunjukan tanda khas Carhart notch dan gambaran refleks akustik
yang menunjukan on off fenomena. Timpanogram menunjukan tipe A atau As.
Terapi pembedahan merupakan terapi utama untuk mengatasi conductive hearing loss
karena otosklerosis.2
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Otosklerosis.Rachel,Waits.www.hubel.sfasu.edu/courseinfo/SL99/otosklerosis
.com. diakses tanggal 13 Oktober 2016.
2. Buku Ajaran Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
Ke 5 Cetakan Ke 2. 2002. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
3. Boies, L.R. Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III. 1997.
Jakarta : EGC.
4. Otosklerosis. www.emedicine.com . diakses tanggal 13 Oktober 2016.
5. Freenstra, L. Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung dan Telinga. Edisi 12. 2010.
Jakarta : EGC.
6. Otosklerosis. Dept of Otolarngology.UTMB.Grand Rounds.
www.submititright.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2016.
7. American Hearing Research Foundation. Otosklerosis. www.amaricanhearing.org . diakses tanggal 13 Oktober 2016.
20