PENDAHULUAN
Payudara itu tidak selalu sama besar, selalu ada perbedaan sedikit.
tidak perlu dikhawatirkan sebagai suatu hal yang patologik. Payudara pada wanita
menonjol mulai dari iga ke II / III sampai ke VI/VII dan dari dekat pinggir sternum
sampai garis axillaris anterior. Tetapi jaringan payudara yang sebenarnya lebih
luas lagi, ia bisa sampai klavikula sebagai suatu lapisan jaringan tipis dan ke
dokter adalah berupa adanya benjolan (78 persen hingga 80 persen), rasa nyeri atau
sakit (10 persen hingga 12 persen), adanya cairan keluar dari puting susu (4 persen
hingga 6 persen). Ada beberapa anomali yang terjadi pada mamma, yaitu : Amastia,
bentuk abnormal dari payudara. Mamma Aberrans merupakan hasil dari kegagalan
regresi jaringan payudara selama embriogenesis. Hal ini dapat hadir di mana saja
sekitar 1% dalam suatu populasi. Mamma Abberans tanpa kehadiran puting terletak
1
di luar pinggiran kelenjar didefinisikan sebagai jaringan payudara menyimpang dan
sering misdiagosed sebagai, subkutan lesion. Sehingga sebagai dokter umum untuk
nyeri menahun. Dalam anastesi dibagi beberapa macam jenis anastesi diantaranya
Salah satu anastesi yang sering digunakan adalah generaal anastesi. General
anastesi adalah blokade nyeri dari seluruh tubuh yang mengakibatkan depresi nervus
saraf pusat yang reversible dengan menggunakan obat-obatan secara IV, inhalasi,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Embriologi
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral
band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia,
penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva. Pada minggu kesembilan,
milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di daerah pectoralis dan mulai tampak
tunas putting susu (primordium payudara). Pada minggu ke dua belas tunas putting
simetris dibawah kulit tunas puting susu. Ductulus mamma berkembang sebagai
pertumbuhan ke dalam ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus
susu primer dan berakhir dalam tunas lobulus. Tunas putting susu akan terbuka
puting susu.1
3
Gambar 2.1 milk lines
a. Anatomi Payudara
Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada
pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi
seperti pada wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta
terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana.
Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas
membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan
mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan
oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara
lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
4
payudara. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot
Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri
besar bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih
75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial
dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis.Untuk lebih jelas dari anatomi
5
Fisiologi Payudara Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai
epitelial. Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,
antara lain:
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus,
6
2.2 Definisi Mamma Aberrans
lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi
kebanyakan di axilla.3
insidensi anomali ini 1-2 % pada wanita kulit putih. Tetapi penduduk Asia
agaknya lebih banyak. Iwai menemukan 1,88 % pada pria dan 5,19 % pada wanita.
Taheya menemukan 3,8 % pada pria Tionghoa. Menurut Haagensen mamma aberrans
ditemukan 2 kali lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, yang ditemukan di
7
2.4 Patofisiologi Mamma Aberrans
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral
band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia,
penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva. Pada minggu kesembilan,
mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali di daerah pectoralis. Disepanjang milk
pengaruh hormonal baik pada masa pubertas ataupun kehamilan. Hasil kegagalan
regresi mammary ridges pada mamma aberrans memiliki berbagai tingkat ekspresi
klinis termasuk jaringan payudara dengan puting tanpa memiliki areola, jaringan
kelenjar dengan areola tapi tanpa puting, atau hanya dengan jaringan payudara bukan
b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,
e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan (jaringan
8
f. polythelia (Adanya puting saja);
mungkin memiliki sistem duktal yang terorganisir pada kulit eksternal, sedangkan
ectopic breast tissue sendiri tidak memiliki perkembangan duktus tersebut dan tidak
dan dapat menjadi klinis yang jelas saat perempuan memasuki masa puber atau
selama kehamilan.4
meningkat dan iritasi lokal. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa jaringan
Hubungan polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat tetapi sangat didukung
oleh beberapa studi. Sebuah studi dari Israel melaporkan 40% dari anak-anak
dengan polythelia memiliki anomali ginjal obstruktif atau duplikasi dari sistem
9
klinisi anomali ginjal. Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi
wanita dengan sisi kiri polythelia dan ginjal kanan ektopik. Kakaknya memiliki
sisi kirinya.4
Untuk mendiagnosis suatu benjolan / massa, baik itu yang terdapat di regio
aksilaris ataupun regio mammaria, ada beberapa hal yang harus kita pikirkan.
merupakan suatu infeksi baik itu spesifik maupun non spesifik. Hal tersebut
penunjang jika dibutuhkan. Untuk suatu benjolan atau massa apapun, diagnosis
jaringan diperlukan.3
jaringan awal karena diagnosis klinis tidak dapat diandalkan. Jika ditemani oleh
aberrans berisiko untuk menjadi jinak ataupun ganas. Diagnosa dilaporkan termasuk
carcinoma (79%), diikuti oleh meduler dan karsinoma lobular (9,5%). Satu studi
10
tentang mamma aberrans didiagnosis dengan aspirasi jarum halus hanya ditemukan 2
kasus kemungkinan kanker dari 69 kasus, dan sebuah studi terpisah dari jaringan
susu atau bahkan adanya kekuatiran bila terjadi karsinoma yang tidak mudah
Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya dengan narkose
agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara yang dimaksud, bukan
patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma aberrans dengan
perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan fibroadenoma), dan karsinoma
ketiak, mungkin pada pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening
yang membesar. Sejumlah kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan
11
tantangan untuk kedua dokter dan ahli patologi dalam membuat diagnosis yang
benar.7
2.2 ANESTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Kata anestesi diperkenalkan oleh
Oliver Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar
yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan
hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat
12
Pada bayi dan anak-anak
Pembedahan pada orang dewasa di mana anestesi umum lebih disukai oleh
Operasi besar
memuaskan
a. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
b. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan
13
inhalasi atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia regional untuk
1. Anamnesis
penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian
khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat
intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu
tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua
3. Pemeriksaan laboratorium
14
4. Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah
terbatas
saat
IIE.
2.2.3 Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi diantaranya:
15
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Menciptakan amnesia
yang tidak pasti. Membina hubungan baik dengan pasien dapat membangun
kepercayaan dan menentramkan hati pasien. Obat pereda kecemasan bisa digunakan
diazepam peroral 10-15 mg beberapa jam sebelum induksi anestesi. Jika disertai nyeri
misalnya simetidin 600 mg atau oral ranitidin 150 mg 1-2 jam sebelum jadwal
16
dikarenakan obat ini mempunyai efek menstimulasi asetilkolin pada otot polos
berhubungan dengan spasme otot polos (seperti kolik bilier atau ureter, kram uterus,
dll). Selain itu metokloperamide juga berefek memblok receptor Dopamine pada
chemoreceptor trigger zone pada sistem saraf pusat sehingga sangat berguna untuk
dikarenakan obat ini mempunyai fungsi sebagai anti reseptor H2 sehingga dapat
Analgetik opium :
Sedatif :
17
Vagolitik antisialogog :
maksimal 0,5 mg
Antasida :
Ranitidine 150 mg per oral setiap 12 jam dan 2 jam sebelum operasi
untuk pemeriksaan ulang ini berada pada ahli bedah dan ahli anatesi. Periksalah
apakah pasien sudah dipersiapkan untuk operasi dan tidak makan/minum sekurang-
dipuasakan 3 jam (untuk induksi anastesi pada operasi darurat, lambung mungkin
penuh). Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien relaks sebisa mungkin.
Pemeriksaan Alat
karena keselamatan pasien tergantung pada hal ini. Kita harus mempunyai daftar hal-
hal yang harus diperiksa dan gantungkan pada alat anastesi yang sering digunakan.
Pertama yakinlah bahwa alat yang akan dipergunakan bekerja dengan baik. Jika kita
18
menggunakan gas kompresi, periksalah tekanan pada silinder yang digunakan dan
silinder cadangan. Periksalah apakah vaporizer sudah disambung dengan tepat tanpa
ada yang bocor, hilang atau terlepas, sistem pernapasan dan aliran gas ke pasien
berjalan dengan baik dan aman. Jika kita tidak yakin dengan sistem pernapasan,
cobalah pada diri kita (gas anastesi dimatikan). Periksalah fungsi alat resusitasi (harus
selalu ada untuk persiapan bila terjadi kesalahan aliran gas), laringoskop, pipa dan
alat penghisap. Kita juga harus yakin bahwa pasien berbaring pada meja atau kereta
dorong yang dapat diatur dengan cepat ke dalam posisi kepala dibawah, bila terjadi
hipotensi mendadak atau muntah. Persiapkan obat yang akan digunakan dalam spuit
yang diberi label, dan yakinkan bahwa obat itu masih baik kondisinya. Sebelum
indwelling atau kanula dalam vena besar, untuk operasi besar infus dengan cairan
1. Induksi Anestesi
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi
memulai induksi anestesi, selayaknya disiapkan peralatan dan obat- obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih
cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata
STATICS12:
19
S = Scope
bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup
terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
A = Airway
tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk
T = Tape
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
C = Connector
S = Suction
20
Induksi intravena
terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenangkan. Induksi intravena hendaknya
dikerjakan dengan hati-hati, perlahan-lahan lembut dan terkendali. Obat induksi bolus
disuntikkan dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan
pasien, nadi dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan oksigen. Induksi
cara ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif. Tiopental (tiopenton, pentotal)
diberikan secara intravena dengan kepekatan 2,5% dan dosis antara 3-7 mg/kgBB.17
Keluar vena menyebabkan nyeri. Pada anak dan manula digunakan dosis rendah dan
dewasa muda sehat dosis tinggi. Propofol (recofol, diprivan) intravena dengan
dianjurkan pada pasien dengan tekanan darah tinggi (tekanan darah >160 mmHg).
Induksi Intamuskular
dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.11
21
Induksi inhalasi
Teknik ini merupakan pilihan bila jalan napas pasien sulit ditangani. Jika
induksi intravena, pada pasien seperti itu dapat menimbulkan kematian akibat
hipoksia jika kita tidak dapat mengembangkan paru. Sebaliknya, induksi inhalasi
hanya dapat dilakukan apabila jalan napas bersih sehingga obat anestesi dapat masuk.
Jika jalan napas tersumbat, maka obat anestesi tidak dapat masuk dan anestesi
didistribusikan ke seluruh tubuh sehingga anestesi akan dangkal. Jika hal ini terjadi,
bersihkan jalan napas. Induksi inhalasi juga digunakan untuk anak-anak yang takut
pada jarum.11
Intubasi Endotrakeal
pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan
22
Indikasi intubasi endotrakeal12 :
5. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan
Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang
cukup
23
Alat-alat yang digunakan dalam intubasi endotrakeal :
a. Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat
milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda,
penampang melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat
sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa
cuff dan untuk anak besar dan dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Pipa
b. Laringoskop
Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat
yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan
24
pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop
11
:
Penilaian Mallampati
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu
didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial. Klasifikasi tampakan faring
pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut
Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat
Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
25
Abnormalitas pada daerah servikal
Strech injury
Stenosis trakea
I. Gas Anestesi
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek
Mekanisme kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih menjadi
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya :
26
Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:
1. N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar, dan pemberian anestesi dengan N2O harus disertai oksigen
minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir
anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,
menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.
2. Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas,
maka sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan
merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan
anestesi dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik
dihentikan. Pada napas spontan rumatan anestesi sekitar 1-2 vol % dan pada napas
kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan klinis pasien. 11
3. Isofluran
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi
menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai
dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk
tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi denyut
27
jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak terhadap oksigen, tetapi
4. Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser
khusus untuk desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi.Desfluran bersifat kali
lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi17 kali lebih poten dibanding
N2O.11
5. Sevofluran
Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk
induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi
inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai
dalam 1-3 menit. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
28
A. Hipnosis
Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat
(30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya habis,
seperti zat anestesi inhalasi, barbiturat ini menyebabkan kehilangan kesadaran dengan
Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai
2. Benzodiazepin
obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak
pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
Diazepam : induksi 0,2 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV.
3. Propofol
putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1 ml= 10 mg). Suntikan intravena
29
sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya diberikan lidokain 1-
2 mg/kgBB intravena. Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kgBB, dosis rumatan
untuk anestesi intravena total 4-12 mg/kgBB/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0.2 mg/kgBB. Pengenceran propofol hanya boleh dengan dekstrosa 5%. Pada
manula dosis harus dikurangi, pada anak < 3 thn dan pada wanita hamil tidak
dianjurkan.
4. Ketamin
nalgesiknya angat uat ntuk istem omatik, tetapi lemah untuk sistem viseral.
sedikit meninggi. Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
Anestesi dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik
pertama, kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai anestesi disosiatif.
Disosiasi ini sering disertai keadaan kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi,
segera pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan
30
B. Analgetik
1. Morfin
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni
tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi),
penglihatan dan pendengaran ; bahkan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah
mekanisme12 ;
b. Morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri
dari thalamus
c. Morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2
mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang
2. Fentanyl
Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik
dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanyl banyak
digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih
31
singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan
3. Meridipin
keadaan klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek
dengan morfin, meperidin kurang karena menyebabkan depresi nafas pada janin.
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50
mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg
BB.
Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien
secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari
otot tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga cukup lama berada di celah sipnatik,
sehingga terjadilah depolarisasi ditandai oleh fasikulasi yang disusul relaksasi otot
32
lurik. Yang termasuk golongan ini adalah suksinilkolin, dengan dosis 1-2 mg/kgBB
IV.11
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low molecular
weight (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga
mengandung zat-zat high molecular weight seperti protein atau glukosa polimer
33
besar. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian
Cairan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan. Untuk
kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan cairan hipotonik, juga
disebut cairan jenis maintenance. Jika kehilangan melibatkan baik air dan elektrolit,
penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut cairan jenis replacement.12
jenis replacement yang umumnya digunakan. Cairan yang paling umum digunakan
adalah larutan Ringer laktat. Meskipun sedikit hipotonik, menyediakan sekitar 100
mL free water per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium serum 130 mEq/L,
Ringer laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit pada komposisi cairan
ekstraseluler dan merupakan menjadi cairan yang paling fisiologis ketika volume
cairan RL sebanyak 3 hingga empat kali jumlah volume darah yang hilang.12
memperkirakan darah pada spons atau lap yang terendam darah. Untuk 1 spon ukuran
4x4 cm dapat menyerap darah 10 cc sedangkan untuk lap dapat menyerap 100-150 cc
darah. Pengukuran tersebut menjadi lebih akurat jika spons atau lap tersebut
34
2.2.6 Monitoring
adalah12:
palpebra)
2.2.7 Postoperatif
unit(PACU), biasa disebut dengan recovery room. Di tempat ini, pasien akan
diobservasi dengan ketat, termasuk vital sign dan level nyerinya. Pemindahan pasien
Pertimbangan ini di antaranya ialah letak insisi bedah. Letak insisi bedah harus selalu
dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operasi dipindahkan. Banyak luka ditutup
dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah
regangan sutura yang lebih lanjut. Selain itu, pasien diposisikan sehingga tidak
35
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu
posisi ke posisi yang lain. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianestesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah vaskular juga. Untuk itu pasien harus
brankard atau tempat tidur, pakaian pasien yang basah (karena darah atau cairan
lainnya) harus segera diganti dengan pakaian yang kering untuk menghindari
Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat
berfungsi dengan optimal. Pasien ditransportasikan dari kamar operasi ke PACU. Jika
PACU terletak jauh dari kamar operasi, atau jika kondisi umum pasien jelek,
jawab untuk memastikan bahwa proses transfer tersebut berjalan dengan lancar.12
Recovery dari anestesi terjadi ketika efek obat-obatan anestesi hilang dan
fungsi tubuh mulai kembali. Perlu beberapa waktu sebelum efek anestesi benar-benar
hilang. Setelah anestesi, sejumlah kecil obat masih terdapat dalam tubuh pasien,
Waktu recovery dari anestesi bergantung pada jenis anestesi, usia pasien, jenis
operasi, durasi operasi, pre-existing disease, dan sensitivitas individu terhadap obat-
obatan. Perkiraan waktu recovery yang tepat dapat ditentukan jika semua spesifikasi
36
Observasi ketat harus terus dipertahankan hingga pasien benar-benar pulih
dari anestesia. Observasi klinis harus dilakukan dengan pemantauan seperangkat alat
berikut :
a. Pulse oximeter
c. Elektokardiograf
d. Nerve stimulator
e. Pengukur suhu.
g. Nyeri minimal
discharge digunakan secara luas. Sebagian besar kriteria yang dinilai adalah SpO2
(atau warna kulit), kesadaran, sirkulasi, respirasi, dan aktivitas motorik. Sebagian
37
besar pasien memenuhi kriteria discharge dalam waktu 60 menit di PACU. Sebagai
tambahan dari kriteria diatas, pasien dengan general anestesi seharusnya juga
terjadi setelah prosedur general anestesi, terjadi pada sekitar 20-30% pasien. Bahkan,
PONV bisa terjadi ketika pasien di rumah 24 jam setelah discharge (postdischarge
dengan emesis.
dari kamar operasi. Di RSUP Dr. Kariadi memakai Aldrette Score yaitu penlaian
yang didasarkan atas respirasi, kesadaran, sirkulasi, akfititas dan warna kulit. Hasil
dapat tidaknya penderita dipindahkan. Penderita dengan nilai Aldrette Score 8, dapat
38
39
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
No RM : 24.00.87
2. ANAMNESA
Telaah : Terdapat benjolan di bawah ketiak kanan, sejak 2 tahun yang lalu.
Penderita mengaku teraba benjolan di bawah ketiak kanan sebesar telur puyuh,
benjolan dapat digerakkan, nyeri (-), merah (-). Sejak 1 bulan penderita
mengaku benjolan semakin membesar, nyeri (+), merah (-), mengeluarkan cairan (-).
mensturasi.
40
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak ada
Tidak ada
Riwayat Alergi :
Riwayat Pengobatan:
- Tidak ada
Riwayat Psikososial
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Vital Sign
Nadi : 83x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 360C
41
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 55 kg
Pemeriksaan Umum
Kepala - Leher
Kepala : Normocephali
Thorax
Pulmo :
Cor :
42
Perkusi : batas atas : ICS II
Abdomen
Extremitas Atas-Axilla
2. Deformitas (-)
Extremitas Bawah
2. Deformitas (-)
43
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Darah Rutin
Eosinofil : 2% (1-3 %)
Basofil : 0% (0-1 %)
N. Stab : 0% (2-6 %)
Monosit : 8% (4-8 %)
Metabolik
Fungsi Ginjal
44
Asam urat : tidak dilakukan pemeriksaan (3,4 7,0 mg/dl)
Fungsi Hati
5. RENCANA TINDAKAN
Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA :1
Posisi : Supinasi
Pernapasan :Ventilator
Pre operatif
B1 (Breath)
Airway : Clear
RR : 20x/menit
SP : Vesikuler ka=ki
B2 (Blood)
45
Akral : Hangat
TD : 100/70 mmHg
HR : 60x/menit
B3 (Brain)
RC : (+)/(+)
B4 (Bladder)
Urine Output : -
B5 (Bowel)
Abdomen : Soepel
Mual/Muntah : (-)/(-)
B6 (Bone)
Oedem : (-)
Intravena
Propofol : 100mg
46
Fentanyl : 200 mcg
Atracurium : 25 mg
Midazolam : 2 mg
Maintenance
Sevofluran 2%
Jumlah Cairan
PO : RL 400 cc
DO : RL 500 cc
Produksi Urin :-
Perdarahan
Kasa Basah : = -
Suction : = -
Jumlah : 15 cc
EBV : 65 x 55 = 3575 cc
EBL 10 % = 357,5 cc
20 % = 715 cc
30 % = 1078,5 cc
Durasi Operatif
47
Lama Operasi = 10.45 11.15 WIB
8. POST OPERASI
o Pergerakan :2
o Pernapasan :2
o Warna kulit :2
o Tekanan darah :2
o Kesadaran :2
pasien pulih dari anestesi dan keadaan umum, kesadaran serta vital sign stabil,
48
9. TERAPI POST OPERASI
IVFD RL 32 gtt/menit
49
DAFTAR PUSTAKA
MD, 1985.
3. Bafaker, S.S & Bafana N. S., 2010. Breast Disease in Southern Yemen.
vulva: a case report and critical reviewof the literature. Int J Gynecol
5. Shin SJ, Sheikh FS, Allenby PA, Rosen PP: Invasive secretory (juvenile)
carcinoma arising in ectopic breast tissue of the axilla. Arch Pathol Lab Med,
adenocarcinoma of ectopic breast tissue of the vulva. Arch Pathol Lab Med,
50
9. Zebua, J., 2011. Gambaran Hispatologi Tumor Payudara Di Instalasi Patologi
Anatomi RSU H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2010. Skripsi FKM USU
10. Eveline, P., 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. EGC. Jakarta
51