Anda di halaman 1dari 8

PIK Mahasiswa Genre dan PUP 2013

PIK Mahasiswa Sebagai Wadah Sosialisasi Dan Promosi Program Genre,


Khususnya Pendewasaan Usia Perkawinan ( PUP )
PENDAHULUAN
Masa dewasa awal adalah salah satu tahapan perkembangan manusia yang memiliki masa
terpanjang rentang kehidupan seseorang. Pada masa dewasa awal individu telah dianggap siap
menghadapi suatu perkawinan, seperti yang dikemukakan oleh Havigurst bahwa lima dari tugas
seorang dewasa awal merupakan kegiatan-kegiatan pokok yang bersangkutan dengan kehidupan
berkeluarga (Papalia dan Olds,1986).
Perkawinan bukanlah hal yang mudah, banyak terdapat konsekuensi yang akan dihadapi
sebagai bentuk tahapan kehidupan baru seorang individu dewasa dan pergantian statusnya dari
seorang lajang menjadi istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang
perkawinan (Hurlock,1993). Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani perkawinan akan
lebih mudah menerima dan menghadapi segala konsekuensi persoalan yang timbul dalam
perkawinan (Landis and Landis, 1963). Sebaliknya, individu yang tidak memiliki kesiapan
menuju kehidupan perkawinan belum disebut layak untuk melakukan perkawinan, sehingga
mereka dianjurkan untuk melakukan Penundaan Usia Perkawinan (PUP).
Penundaan usia perkawinan di Indonesia umumnya banyak dijumpai di kota besar
dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan individu dan remaja di kota besar lebih
berkonsentrasi pada kemajuan prestasi dalam karir dan pendidikan. Survey membuktikan bahwa
seseorang yang cenderung sibuk untuk pendidikan dan karirnya akan menunda perkawinannya.
Penundaan Usia Perkawinan sampai pada usia dewasa dianggap memberikan keuntungan bagi

seorang individu. Perkawinan di usia dewasakan akan menjamin kesehatan usia reproduksi ideal
bagi kaum ibu sehingga kematian ibu melahirkan dapat dihindari selain itu perkawinan di usia
dewasa juga akan memberikan kesiapan mental, psikologis dan sosial ekonomi.
Lebih dari itu laporan dari Badan Survei Kesuburan Dunia dan Survei Demografi
Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa rata-rata usia perkawinan wanita masih sangat rendah
yang sangat berpengaruh terhadap fertilisasi (Maholtra,1997). Selain itu wanita yang menikah
pada usia muda cenderung akan memiliki anak yang lebih banyak. Hal ini akan semakin
meningkatkan jumlah penduduk yang mana Indonesia Negara yang memiliki jumlah penduduk
terpadat ke 5 di dunia.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peran PIK mahasiswa sangat diperlukan sebagai
agen sosialisasi tetapi juga wadah untuk memberikan informasi dan penjelasan terkait
permasalahan yang ada. Sehingga program Penundaan Usia Perkawinan dapat diterima tetapi
juga diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

PIK Mahasiswa Sebagai Wadah Sosialisasi Dan Promosi Program Genre,


Khususnya Pendewasaan Usia Perkawinan ( PUP )
Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia 233 juta jiwa (Proyeksi
Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS, UNFPA). Indonesia menghadapi
banyak masalah berkaitan dengan bidang kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi
masalah besar dalam pembangunan apabila tidak ditangani dengan baik. Sejalan dengan cita-cita
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka sudah selayaknya kependudukan menjadi
titik pusat dan awal dalam perencanaan pembangunan Salah satu program pembangunan

yang berkaitan dengan kependudukan adalah Program Keluarga Berencana yang

bertujuan mengendalikan jumlah penduduk diantaranya melalui program


Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan bertujuan
untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar di dalam
merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek
berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, ditinjau dari aspek kesehatan, ekonomi,
psikologi dan agama.
Tujuan PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia perkawinan yang lebih
dewasa sehingga berdampak pada penurunan Total Fertility Rate (TFR). Program Pendewasaan
Usia Perkawinan di dalam pelaksanaannya telah diintegrasikan dengan program Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) yang merupakan salah satu program pokok
Pembangunan Nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM
2010-2014).
Arah kebijakan Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja adalah mewujudkan
Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mencapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
Tidak dapat dipungkiri, perkawinan di usia dini, hingga sekarang ini masih banyak terjadi
di masyarakat. Bahkan dari waktu ke waktu dan dari masa ke masa, perkawinan usia dini terus
mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sekarang ini paling tidak ada
47,79 persen perempuan di kawasan pedesaan kawin pada usia dibawah 16 tahun, sementara di
perkotaan besarannya sekitar 21,75 persen. Perkawinan usia dini ini umumnya terjadi di daerah
pantai utara, pantai selatan dan pegunungan.
Mahasiswa suatu taraf dimana seseorang suatu jenjang dimana seseorang mengenyam
pendidikan pada suatu perguruan tinggi baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Mahasiswa juga dikatakan suatu tahap transisi dimana seorang pelajar akan beralih kedunia kerja
yang diharapakan mampu bersaing dan maju untuk nantinya dapat memajukan hidupnya di
tengah perkembangan arus globalisasi yang terus berkembang. Mahasiswa sebagai bagian dari
elemen masyarakat yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa
diharapkan mampu untuk dapat memperhatikan dan juga turut berperan serta dalam membantu
pemerintah melanjutkan program-program yang telah ada untuk kesejahteraan masyarkat pada
umumnya. Mahasiswa tidak hanya mendapat dan menjalankan rutinitas perkuliahan secara
formal saja di dalam ruang kuliah tetapi juga harus mampu untuk bersosialisasi dengan
masyarakat, membina kekerabatan dengan teman dan juga mampu untuk memimpin suatu
organisasi. Dengan adanya kegiatan ekstrakulikuler diluar waktu formal kuliah mahasiswa
diharapkan mampu untuk dapat berinteraksi dan membagi apa yang dirasakan perlu untuk
sesame teman maupun masyarakat. Salah satu wadah yang paling mudah untuk di jumpai adalah
melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Melalui UKM Pusat Informasi Dan Komunikasi
(PIK), mahasiswa berperan sebagai fasilitator tetapi juga sebagai narasumber yang baik untuk
mensosialisasikan tetapi juga mempromosikan program Genre (Generasi Berencana) kepada
masyarakat luas pada umumnya tetapi secara khusus sesama rekan mahasiswa.
PIK mahasiswa sekarang ini diharapkan mampu memfasilitasi terwujudnya Tegar
Remaja yakni remaja yang tidak saja berperilaku sehat dan terhindar dari resiko Triad KRR
(Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS) tetapi juga remaja yang mau menunda usia perkawinannya
hingga mencapai kedewasaan penuh, bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(KKBS), serta mampu menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman
sebayanya. PIK mahasiswa akan menjadi wadah sosialisasi yang baik dan fleksibel yang akan
memberikan masukan tetapi juga arahan bagaimana remaja dan mahasiswa yang lainnya mengisi

masa-masa remajanya dengan kegiatan positif yang berguna sebagai bekal kelak jika sudah
berkeluarga.
Pertanyaannya, mampukah PIK Mahasiswa yang dikembangkan oleh BKKBN merubah
sikap dan pandangan para remaja dan mahasiswa kita bahwa menunda usia perkawinan adalah
lebih baik dari pada terburu-buru untuk kawin? Guna menjawab pertanyaan tersebut, kita harus
merunut apa sebenarnya PIK Mahasiswa itu, tujuan, sasaran, dan hasil akhir yang diharapkan
serta kiprah yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh kelompok PIK mahasiswa yang ada
selama ini. PIK mahasiswa pada prinsipnya adalah suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan
untuk mahasiswa dalam memberikan informasi dan konseling Kesehatan Reproduksi Remaja )
serta penyiapan kehidupan berkeluarga.
Dengan demikian kegiatannya yang utama selain memberikan informasi tentang KRR
kepada para remaja. Juga memberikan pelayanan konseling serta rujukan KRR bagi remaja yang
mempunyai masalah dan sulit untuk memecahkannya. Tetapi fokus utama yang lebih dari itu,
PIK Mahasiswa fokus untuk memberikan pendidikan ketrampilan/kecakapan hidup (life skill)
dalam rangka pemberdayaan sosial ekonomi. Adapun tujuan dibentuknya PIK mahasiswa adalah
untuk mewadahi aktivitas remaja yang selama ini dianggap kelebihan energi, agar mengarah ke
hal yang positif sehingga perilaku negatif dapat diminimalisir, dikurangi atau bahkan jika
memungkinkan dihilangkan. Dan salah satu fokus utamanya adalah memberikan padangan dan
penjelasan untuk program Penundaan Usia Perkawinan.
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) merupakan upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap baik dipandang dari
sisi kesehatan maupun perkembangan emosional untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP

bukan sekedar menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga mengusahakan
agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa. Apabila seseorang gagal
mendewasakan usia perkawinannya, maka diupayakan adanya penundaan kelahiran anak
pertama. Penundaan kehamilan dan kelahiran anak pertama ini dalam istilah KIE disebut sebagai
anjuran untuk mengubah bulan madu menjadi tahun madu. Pendewasaan Usia Perkawinan
merupakan bagian dari program Keluarga Berencana Nasional. Program PUP akan memberikan
dampak terhadap peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total
Fertility Rate (TFR). Tujuan Program Pendewasaan Usia Perkawinan adalah memberikan
pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat
mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik,
mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
Saat mahasiswa mampu untuk menunda usia perkawinan, dan mengutamakan pendidikan
mahasiswa tersebut dapat menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman
sebayanya. BKKBN mengistilahkan remaja yang tegar ini sebagai Generasi Berencana (Genre).
Sasaran PIK mahasiswa adalah seluruh mahasiswa yang ada di lingkungan kampus tanpa
memandang jenis kelamin, agama yang dianut, tingkat pendidikan maupun status sosial
ekonominya.
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan diatas antara lain:

Hendakknya ada kesadaran dari para remaja untuk dapat menunda usia perkawinan karena
banyaknya resiko yang akan diterima jika melakukan perkawinan di usia muda.

Mahasiswa sebagai kaum intelektual turut serta untuk mensosialisasikan program PUP karena

umumnya pendekatan yang dilakukan lebih mudah dan diterima remaja.


Program sosialisasi dimulai dari lingkungan kecil kemudian lingkungan yang lebih luas, mulai
dari lingkungan keluarga, sekolah, kampus dan kemudian masyarakat.
2. Saran

Pemerintah dalam hal ini instansi bersangkutan perlu melakukan program-program penyuluhan

yang intensif sehingga dapat mensukseskan program dimaksud.


Mencari duta-duta prpgram PUP baik tingkat sekolah maupun kampus sehingga memudahkan

program ini dikembangkan tetapi juga disalurkan pada para remaja.


Memberikan pelatihan dan bimbingan tetapi juga konseling kepada pasangan muda yang ada.

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN ( P U P )


Sesuai dengan situasi dan kondisi remaja di desa kami. Banyaknya para remaja
yang menikah diusia dini karena faktor-faktor yang tidak masuk akal yang di jadikan
alasan mereka melangsungkan pernikahan diusia dini. Ini yang menjadikan kami
terketuk hati ingin secara detail memberikan penyuluhan tentang : Dampak/Resiko
melangsungkan pernikahan di usia dini. Materi ini di sosialisasikan PIK-REMAJA "
BINA LINDUNG " ke pada para remaja di desa sindangkerta. Adapun uraian singkat
materinya adalah sebagai berikut :
Di ambil dari sudut pandang hukum agama dan negara yang mengatur tentang
masalah pernikahan di usia dini.
Pernikahan Dini menurut Negara
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undangundang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini
tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar
kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.
Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik
bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi

sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan
oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum
matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai
banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan
diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
Pernikahan Dini menurut Islam
Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap
agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal Islam ini, satu
diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab
itu, Syekh Ibrahim dalam bukunya al Bajuri menuturkan bahwa agar jalur nasab
tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama harus melalui
pernikahan. Seandainya agama tidak mensyariatkan pernikahan, niscaya geneologi
(jalur keturunan) akan semakin kabur.
Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini.
Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang Perkawinan,
secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara
dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah
pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.
Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat
tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke
permukaan. Hal ini tampak dari betapa dahsyatnya benturan ide yang terjadi antara
para sarjana Islam klasik dalam merespons kasus tersebut.
Demikian tadi sekelumit materi pernikahan di usia dini yang kami sosialisasikan ke
para remaja di desa kami tercinta semoga bermanfaat dan kedepanya remaja kami
bisa menimbang baik dan buruknya,dampak,resiko banyakan mana dengan
manfaatnya kalau menikah di usia dini. (By. Yasin WW)

Anda mungkin juga menyukai