Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dan belum

ditemukan obat yang memulihkannya hingga saat ini. Secara fisiologi HIV

menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Jika ditambah dengan stress

psikologis-spritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan

mempercepat terjadinya HIV bahkan meningkatkan angkakematian. Jika stress

mencapai tahap kelelahan, maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi sistem

imun yang memperarah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS.

Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuro imonologis.

Stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pads sistem

limbic berefek pada hipotalamus, sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF

(Corticotropin Releasing Factor) (Nursalam, 2007)

Virus HIV pertama kali ditemukan di Amerika Serikat, Haiti dari Afrika pada

tahun 1977-1978. Para ahli menduga virus ini berasal dari simpanse yang

kemudian menular pada manusia. Penularan ini diduga melalui kontak darah

ketika berburu atau mengikuti primata itu. Kemudian, pada tahun 1979, para

dokter di Amerika Serikat melaporkan terjadinya tipe langka penyakit pneumonia,

kanker, dan lainnya. Para dokter tersebut menyatakan penyakit- penyakit itu tidak

1
ditemukan pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. (Gaby

Wandoyo, 2007) Sejak ditemukan kasus AIDS di Amerika Serikat (AS) pads tahun

1981 hingga saat ini penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran maupun

masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh penyakit baru ini menyebabkan angka

kematian yang tinggi, jumlah penderita yang meningkatkan dalam waktu singkat,

dan sampai sekarang di pelajari, disamping masih banyak yang belum jelas. Sekitar

170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS.

Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan

pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai

2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa

menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat

terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung

dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan

hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari

kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53%

melalui penggunaan obat terlarang.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud HIV/AIDS ?

2. Bagaimana asal mula munculnya penyakit HIV/AIDS ?

3. Sebutkan dan jelaskan factor penyebab dari penyakit HIV/AIDS ?

4. Bagaimana Proses perkembangan virus HIV dari infeksi menjadi penyakit

AIDS ?

5. Triad Epidemiologi Penyakit HIV/AIDS ?

6. Bagaimana tingkat Fr ekuensi pengidap HIV/AIDS di Indonesia ?

7. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyaki HIV/AIDS ?

C. TUJUAN

1. Menjelaskan Apa yang di maksud HIV/AIDS

2. Menjelaskan asal mula munculnya penyakit HIV/AIDS

3. Menjelaskan factor penyebab dari penyakit HIV/AIDS

4. Menjelaskan Proses perkembangan virus HIV dari infeksi menjadi penyakit

AIDS

5. Menjelaskan Triad Epidemiologi Penyakit HIV/AIDS

6. Menjelaskan tingkat Fr ekuensi pengidap HIV/AIDS di Indonesia

7. Menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan penyaki HIV/AIDS

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. Disebut human

(manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia immunodeficiency

karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. HIV

terdapat didalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti didalam

darah, air mani, atau cairan vagina (Gunung,2002). Sebelum HIV berubah

menjadi AIDS, tidak ada perbedaan antara orang yang menderita HIV dengan

yang normal. Penderita akan terlihat sehat- sehat saja pada kurun waktu kira- kira

5-10 tahun. Walaupun tampak sehat, meraka dapat menularkan HIV kepada

orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, transfusi darah atau

pemakaian jarum suntik secara bergantian (IDU/ Injection Drug User). Virus ini

tidak mampu memproduksi diri sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh

virus HIV menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan turunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Virus ini merupakan

penyebab penyakit AIDS. AIDS merupakan singkatan dari acquired immuno

deficiency syndrome. Acquired berarti didapat, immnuno berarti sistem kekebalan

tubuh, deficiency berarti kekurangan, dan syndrome berarti kumpulan gejala.

AIDS disebabkan virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh. Itu sebabnya,

4
tubuh menjadi mudah terserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal,

misalnya infeksi cacing, jamur, protozoa, dan basil. Pada tubuh orang yang sistem

kekebalan ormal, penyakit tersebut tidak menyebabkan gangguan yang berarti.

Penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS

menjadi sangat bervariasi (Gaby, Wandoyo, 2007). HIV/AIDS merupakan

penyakit yang belum dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang dapat

memulihkan hingga saat ini (Nursalam, 2007). HIV adalah human

imonodeficiency virus. HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam lentivirus.

HIV disebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. HIV

ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma vagina dan

ASI. HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien

rentan terhadap serangan infeksi oportunistikl (Nursalam, 2007).

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala

dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh. Selain

itu AIDS juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit

paru-paru, saluran pencernaan, saraf dan kejiwaan, tumor ganas (malignan) dan

infeksi oportunistik lainnya (Sunaryati, 2011).

B. Asal mula munculnya penyakit HIV/AIDS

Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981,

ketika itu untuk pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention

dilaporkan bahwa ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan

sebelumnya dimana ditemukan penyakit Pneumocystis Carinii Pneumonia

5
(infeksi paru-paru yang mematikan) yang mengenai 5 orang homosexual di Los

Angeles, kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang

menyerang sejumlah 26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles.

Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba

suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi darah.

Sesuai perkembangan pola epidemiologi penyakit ini, semakin jelaslah bahwa

penyebab proses penularan yang paling sering adalah melalui kontak sexual,

darah dan produk darah serta cairan tubuh lainnya.

Pada tahun 1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun

1984 HIV dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired

Immunodeficiency Syndrom (AIDS).

C. Factor penyebab dari penyakit hiv/aids

Secara umum penyebab penyakit AIDS hanya dibagi dalam 4 kategori umum,

yaitu :

1) Penggunaan Jarum Suntik yang tidak Steril

Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong

seseorang terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang

saling bertukar jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena

penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada

tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat).

2) Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman

6
Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman

adalah peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS,

transmisi atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam

hubungan seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi

kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin. Hubungan

seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung

(Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang

tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih

besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti

bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.

3) Penyakit Menurun

Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan penyakitnya pada

janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada

masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan pada saat

kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan persalinan

yaitu sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat dirutunkan

oleh sang ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiku

penulaan HIV AIDS sebesar 4%.

4) Tranfusi darah yang tidak steril

Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga

dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan

penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan

7
penyakit AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di

negara-negara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan

dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat.

Perlu diketahui AIDS tidak menular karena :

1. Hidup serumah dengan penderita AIDS (Asal tidak berhubungan seksual)

2. Bersentuhan dengan penderita.

3. Berjabat tangan.

4. Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.

5. Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.

6. Berciuman pipi dengan penderita.

7. Melalui alat makan dan minum.

8. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.

9. Bersama-sama berenang di kolam.

D. Proses perkembangan virus HIV dari infeksi menjadi penyakit AIDS

a. Masa Inkubasi dan Klinis :

Bervariasi untuk setiap penderita. Tidak semuanya penderita HIV akan

berkembang menjadi AIDS. Diperkirakan hanya 10-30% yang terinfeksi HIV

akan menderita AIDS. Walaupun waktu dari penularan hingga berkembang atau

terdeteksinya antibodi, biasanya 1 – 3 bulan (window period) , namun waktu dari

tertular HIV hingga terdiagnosa sebagai AIDS sekitar < 1 tahun hingga 15 tahun

atau lebih. Infeksi HIV pada manusia mempunyai masa inkubasi yang lama (5-10

tahun) dan menyebabkan gejala penyakit yang bervariasi mulai dari tanpa gejala

8
sampai dengan gejala yang berat sehingga menyebabkan kematian. Gejala AIDS

yang umum adalah rasa lelah berkelanjutan, pembengkakan kelenjar getah bening

(Lymphadenotpathy) tidak ada nafsu makan berat badan tubuh lebih 10%

perbulan, demam lebih 38°C keringat. malam yang berlebihan. diare kronis

sampai terjadi infeksi oportunistik. Tanpa pengobatan anti-HIV yang efektif,

sekitar 50 % dari orang dewasa yang terinfeksi akan terkena AIDS dalam 10

tahun sesudah terinfeksi.

Dalam proses perkembangan virus Hiv dari infeksi menjadi penyakit Aids di bagi

4 fase yaitu :

1. Fase ini di mulai tepat setelah infeksi, dan berlangsung selama bebrapa

minggu. Fase pertama ini di tandai dengan tidak enak badan seperti flue,

meski pada 20 % penderita mengalami flue yang parah, namun tes HIV yang

di lakukan pada fase ini tidak menunjukkan penederita tidak terinfeksi virus

HIV.

2. Fase kedua ini merupakan fase terpanjang diantaranya fase yang lain , bahkan

dapat berlangsung 10 tahun . Pada fase ini gejala pada penderita hampir tidak

terlihat , padahal pada fase inilah virus sedang berkembang . Secara perlahan

virus Hiv ini menghancurkan sel sel Cd-4 yang berjumlah banyak untuk

melawan penyakit , dengan sedikitnya sel sel Cd-4 yang penderita miliki,

sistem kekebalan tubuh penderita akan menurun , walaupun tubuh akan

mengganti sel Cd-4 yang rusak sebanyak mungkin namun tetap saja sel Cd-4

akan kalah dengan perkembangan viru Hiv yang berkembangan sangat cepat.

9
3. Fase yang ketiga adalah ketika sel Cd-4 dalam tubuh penderita sudah di

kuasai oleh virus Hiv ini , ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal penyakit

penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh penderita dan ironisnya penyakit

ini mengendalikan tubuh penderita dan berbagai penyakit pun berkembang.

Pada awalnya terjadi gejala gejala ringan seperti lelah, diare, infeksi jamur,

demam, berikatan pada malam hari, berat badan terus menurun. Tetapi

seiring dengan melehmahnya sistem kekebalan tubuh, gejala gejala ini akan

parah.

4. Pada fase ini , ketika gejala gejala penyakit Tuberclosis, kanker akan menjadi

semakin parah , selanjutnya penderitadidiagnosisi menderita AIDS.

E. Triad Epidemiologi Penyakit HIV/AIDS


a. Faktor Agent (Penyebab)
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut

Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali di isolasi oleh

Montagnier dan kawan– kaa i Prancis pada tahun 1983 dengan nama

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika

Serikat pada Tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas ksepakatan

internasional padaTahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV. Human

Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam Bentukny

yang asli merupakan partikel yang inert, tidak apat berkembang atau Melukai

sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit

T,Karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4.

10
Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang

lain, dapat tetap Hidup lama dalam sel dengan keadaan in aktif. Walaupun

demikian virus dalam tubuh Pengidap HIV selalu dianggap infectious yang

setiap saat dapat aktif dan dapat Ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan

Bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua

untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa

jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan

gp 120).Gp 120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan.

Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV

termasuk virus sensitif terhadap Pengaruh lingkungan seperti air mendidih,

sinar matahari dan mudah dimatikan Dengan berbagai disinfektan seperti eter

, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan Sebagainya, tetapi telatif resisten

terhadap radiasi dan sinar ultraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila,

sem en, air mata dan mudah mati diluar Tubuh. HIV dapat juga ditemukan

dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

b. Faktor Host ( Penjamu )

kerentanan wanita pada infeksi hiv : Wanita lebih rentan terhadap penularan

HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.Kondisi

anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi

“menampung”, dan alat reproduksi wanita sifatnya “masuk kedalam”

dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini

11
menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs.

Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.Mukosa

(lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah

mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga

memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan

dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan).

Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya

pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus

kedalam pelacuran sebagai strategi survival.

Status yang rawan terjangkit HIV ;

1) Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV

2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda, karena maraknya

pergaulan bebas.

3) PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya

4) TKI/TKW

5) Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan.

c. Faktor Environment ( Lingkungan )

Kondisi lingkungan dapat pula menjadi faktor penyebab penularan HIV.

Kondisi lingkungan yang selau berubah dapat menurunkan kondisi fisik

manusia sehingga dia rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang

berubah sehingga agent dapat berkembang biak dengan pesat pada lingkungan

tersebut yang menyebabkan timbulnya penyakit. Seseorang yang tinggal

12
dengan lingkungan orang-orang yang terjangkit HIV akan beresiko lebih

tinggi untuk tertular Virus HIV.

F. Tingkat Frekuensi pengidap HIVAIDS di Indonesia

Sejak tahun 1987 hingga bulan Juni 2013, dilaporkan dalam Laporan

Triwulan II Tahun 2013 Kementerian Kesehatan, secara kumulatif tercatat

sebanyak 108.600 orang terinfeksi HIV dan 43.667 sudah pada tahap AIDS yang

tersebar di 348 (70%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia. Dari

jumlah tersebut, 55,4% di antaranya adalah pria dan 28,8% wanita. Kasus HIV

terbanyak ditemukan di DKI Jakarta sebanyak 6.299 orang, sementara kasus

AIDS tertinggitercatat di Papua sebanyak 7.795 orang. Dari seluruh kasus yang

dilaporkan, jumlah AIDS tertinggi adalah pada

wiraswasta/petani/peternak/nelayan (5.131 orang), diikuti ibu rumah tangga

(13.061 orang),pekerja seks (1.712 orang), dan anak sekolah/mahasiswa (1.089

orang), dengan faktor risiko terbanyak melalui heteroseksual (60%), penasun

(20%), diikuti penularan melalui perinatal (3%) dan homoseksual (3%). Dari

seluruh kasus, kurang lebih 80% risiko penularan HIV dan AIDS di Indonesia

disebabkan oleh transmisi seksual tidak aman atau berganti-ganti pasangan

seksual tanpa menggunakan kondom. Berdasarkan data Estimasi Populasi Rawan

Tertular HIV Tahun 2012 Kemenkes, sebanyak 6.7 juta laki-laki membeli seks (2-

20% dari laki-laki dewasa). Dengan tingginya angka penularan HIV melalui

transmisi seksual, KPA Nasional mengembangkan Program Pencegahan HIV

Melalui Transmisi Seksual atau Program PMTS dengan pendekatan 4 pilar

13
komponen, yaitu: (1) Peningkatan Peran Positif Pemangku Kepentingan: dimana

KPA di tingkat nasional, provinsi kabupaten/kota terus mendorong keterlibatan

aktif seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat nasional maupun di daerah;

(2) Komunikasi Perubahan Perilaku: dimana KPA Nasionalmendorong LSM dan

petugas penjangkau untuk memberikan penyuluhan bagi sesamanya (peer

educator); (3) Manajemen Pasokan Kondom dan Pelicin: dalam hal ini, KPAN

menyediakan kondom sejumlah 10-15% saja dari seluruh kebutuhan, sekaligus

melakukan distribusi ke lokalisasi dan/atau hotspot (setting tertutup) melalui KPA

Prov/Kab/Kota; (4) Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan

Voluntarily, Counselling and Testing (VCT): dimana dilakukan penatalaksanaan

mekanisme pemeriksaan HIV dan IMS oleh petugas kesehatan.

Setelah 3 tahun berturut-turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan

jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami

peningkatan secara signifikan. Perkembangan HIV positif sampai tahun 2014

disajikan pada Gambar berikut :

14
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF
SAMPAI TAHUN 2014

G. Cara pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS

1. Upaya Promotif

Program pencegahan HIV/ AIDS harus difokuskan pada pembentukan

perilaku individu untuk tidak terpapar pada rantai penularan HIV/ AIDS,

antara lain melalui kontak seksual dan kontak jarum suntik. Bentuk

kegiatannya akan banyak berupa pendidikan kerja (Workers Education) untuk

meningkatkan kesadaran akan resiko HIV/AIDS dan adopsi perilaku aman

untuk mencegah kontak dengan rantai penularan HIV/AID. Upaya promotif

yang bias dilakukan antara lain :

1) Pelayanan promotif : meningkatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi

(KIE) tentang HIV/ AIDS.

15
2) Promosi Perilaku Seksual Aman (Promoting Safer Sexual Behavior).

3) Promosi dan disteribusi kondom (Promoting and Distributing Condom).

4) Norma Sehat di tempat kerja : tiadak merokok, tidak mengonsumsi

Napza.

5) Menggunakan alat suntik yang aman (Promoting and Safer Drug Injection

Behavior).

2. Upaya Preventif

Upaya pencegahan penyakit ini merupakan cara yang terbaik untuk menekan

terus meningkatnya kejadian penyakit dan kematian akibat AIDS. Untuk

mencegah HIV/AIDS, konsling merupakan satu- satunya cara untuk

mempromosikan berbagai perubahan perilaku masyarakat. Untuk jangka

panjang diharapkan masyarakat akan mau mengadopsi perubahan perilaku

yang berisiko. Konseling sangat mutlak diperlukan pada saat seseorang mulai

diketahui mengidap HIV. Penderita akan merasa kehilangan harapan hidup

dan tidak mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab tentang

hidupnya.

3. Upaya Kuratif

Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati ODHA (Orang

Dengan HIV/AIDS). Pada saat ini terapi HIV/AID yang dilakukan adalah

secara kimia (Chemotherapy) yang menggunakan obat Anti Retroviral Virus

(ARV) yang berfungsi menekan perkembangbiakan virus HIV. Dalam terapi

dengan menggunakan ARV ini umumnya dilakukan dengan cara kombinasi

16
dengan beberapa jenis obat yang lain. Upaya kuratif dapat dilakukan dengan

car sebagai berikut (Depkes, 2004) :

1) Mencegah dan mengobati IMS (Infeksi Menular Seksual)

2) Menyediakan dan Tranfusi darah yang aman

3) Mencegah komplikasi dan penularan terhadap keluarga dan teman

sekerjanya

4) Dukungan social ekonomi ODHA

Pencegahan dan pendidikan HIV meliputi:

1. Meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap hak anak dan anggota

keluarga yang hidup atau terkena dampak HIV.

2. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa dengan HIV yang hidup atau terkena

dampak HIV mempunyai hak sama dengan orang lain terhadap pendidikan,

pelayanan kesehatan, perumahan, dan pencitraan yang benar dalam media.

Mereka juga harus memiliki akses dan perlakuan yang adil dan setara dalam

sistem hukum.

3. Memastikan agar semua anak dan kaum muda mengerti risiko HIV dan tahu

bahwa mereka tidak akan tertular melalui hubungan sosial biasa dengan

ODHA.

4. Anak-anak dan kaum muda perlu diberi informasi bahwa HIV belum dapat

disembuhkan dan belum ada vaksinnya, tetapi ODHA dapat hidup sehat dan

produktif dengan pengobatan ARV. Penting untuk dimengerti bagaimana

17
mencegah penularan HIV dan bagaimana melindungi diri dan orang-orang

terdekat.

5. Memberdayakan kaum muda untuk dapat mengambil keputusan kapan

berhubungan seks atau tidak dan perlunya menggunakan kondom.

6. Bicara dan mendengar pendapat kaum muda sangat penting untuk memahami

situasi mereka dan bagaimana sebaiknya membekali mereka dengan

perlindungan, perawatan, dan dukungan. Kadang-kadang aneh untuk orang

dewasa membicarakan isu-isu seks dengan anak-anak dan remaja. Salah satu

cara memulai diskusi dengan anak usia sekolah adalah bertanya kepada

mereka apa yang sudah mereka ketahui tentang HIV dan AIDS. Jika ada

informasi mereka yang salah maka itulah kesempatan memberi informasi

yang benar kepada mereka.

7. Menggali gagasan dan memberi pedoman bagaimana anak-anak, remaja, dan

kaum muda dapat menunjukkan kepedulian dan persahabatan dengan anak-

anak dan keluarga yang diketahui hidup dengan HIV atau terkena dampak

HIV.

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai HIV/AIDS yaitu HIV

merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. Disebut human

(manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia immunodeficiency

karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Dan

AIDS merupakan singkatan dari acquired immuno deficiency syndrome. Acquired

berarti didapat, immnuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency berarti

kekurangan, dan syndrome berarti kumpulan gejala. AIDS disebabkan virus HIV

yang merusak sistem kekebalan tubuh. Itu sebabnya, tubuh menjadi mudah

terserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal, misalnya infeksi

cacing, jamur, protozoa, dan basil. Pada tubuh orang yang sistem kekebalan

ormal, penyakit tersebut tidak menyebabkan gangguan yang berarti. Penderita

AIDS juga mudah terkena kanker

B. SARAN

1. Bagi penulis agar dapat menjadi bahan dasar pengetahuan mengenai materi

penyakit hiv/aids

2. Bagi pembaca agar dapat digunakan menjadi referensi untuk mengerjakan

materi mengenai HIV/AIDS

19
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015, Profil kesehatan Indonesia tahun


2014. http ://www.kemenkes.go.id. Di akses tanggal 2 maret 2016

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015, Pendekatan ‘Total Football’ dalam


Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. http
://www.kemenkes.go.id. Di akses tanggal 2 maret 2016

Suparyanto, Maret 2014, Epidemiologi HIV/AIDS. http ://dr. Suparyanto, M.Kes


EPIDEMIOLOGI HIV_AIDS.htm. Diakses pada tanggal 2 maret 2016

Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) republik Indonesia


2014,Hiv/Aids di Indoneia.http://www.Bkkbn.go.id di akses pada tanggal 2
maret 2016

20

Anda mungkin juga menyukai