Munir
Email : Munirumpar01@gmail.com
Fakultas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan
Universitas Muhammadiyah Parepare
Jalan Jendral Ahmad Yani km.6 Bukit Harapan, Soreang,
Kota Parepare,Sulawesi selatan
Fitriani
Email : Fitrianisahidin.@gmail.com
Fakultas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan
Universitas Muhammadiyah Parepare
Jalan Jendral Ahmad Yani km.6 Bukit Harapan, Soreang,
Kota Parepare,Sulawesi selatan
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
ekstrak biji labu kuning dengan konsentrasi dan Lama perendaman yang
berbeda terhadap pH dan nilai susut masak daging itik petelur afkir
(cucurbita mochsata d). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei
hingga juli 2017 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak
Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas
Muhammadiyah Parepare. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 3 dengan 3 kali ulangan yang terdiri dari
2 faktor, faktor B yaitu konsentrasi ekstrak biji labu kuning, B1 (1%), B2
(3%), B3 (5%) dan faktor W yaitu waktu perendaman, W1 (15 menit), W2
(30 menit), dan W3(45 menit). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali
sehingga terdapat 36 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan B1 dengan konsentrasi 1% berpengaruh nyata (p<0,05)
terhadap pH dan susut masak daging itik petelur afkir. Perlakuan W3
dengan lama perendaman 45 menit berpengaruh sangat nyata (p<0,01)
terhadap pH dan berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap susut masak
daging itik petelur afkir.
PENDAHULUAN
Kebutuhan protein hewani masyarakat dari tahun ke tahun terus
meningkat sebanding dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi. Kebutuhan protein hewani
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi komoditas peternakan seperti
daging, telur dan susu. Daging unggas merupakan salah satu hewan
ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, karena
ternak tersebut mampu menghasilkan pangan dalam waktu yang singkat
dan harganya relatif murah. Unggas yang popular di masyarakat adalah
ayam, masih ada jenis unggas lain yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan sebagai penghasil daging, yaitu itik.
Daging itik sebagian besar mengandung serabut merah dan
sebagian kecil mengandung serabut putih. Dada itik mengandung
serabut merah sebanyak 84% dan serabut putih sebanyak 16%.
Perbedaan macam serabut otot penyusun daging tersebut akan
berpengaruh pada komposisi daging, sifat biokimiawi, karakteristik
sensori dan nilai ekonomis. Daging yang sebagian besar terdiri atas
serabut merah mempunyai kadar protein lebih rendah dan kadar
lemak lebih tinggi dibandingkan dengan daging yang tersusun serabut
putih (Soeparno, 2008).
Daging itik sangat dipengaruhi oleh nilai pH yang merupakan salah
satu kriteria dalam penentuan kualitas daging itik.Nilai pH daging pada
ternak itik yang masih hidup sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Penurunan nilai
pH akan terjadi setelah hewan ternak disembelih (post mortem) yaitu
pada saat jantung berhenti memompa darah, sehingga jaringan otot dan
jaringan Iainnya tidak lagi mendapat pasokan darah. Nilai pH diatas 4
(asam) maka dari itu daya ikat air juga sangat dipengaruhi oleh nilai pH
daging (Soeparno, 2008).
Susut masak merupakan indikator nilai nutrisi daging yang
berhubungan dengan kadar air daging, yaitu banyaknya air yang terikat
didalam dan di antara otot. Bahwa pada umumnya nilai susut masak
daging itik bervariasi antara 1,5 – 54,5% dengan kisaran 15 – 40%.
Daging bersusut masak rendah mempunyai kualitas yang relatif baik
dibandingkan dengan daging bersusut masak besar, karena resiko
kehilangan nutrisi selama pemasakan akan lebih sedikit. Daya ikat air
(DIA) yang rendah akan mengakibatkan nilai susut masak yang tinggi
(Soeparno, 2008).
Biji labu kuning mengandung biokatalisator berupa enzim proteolitik
yaitu trypsin (Miller, 2008). Aswar (2004) menyatakan bahwa didalam biji
labu kuning terdapat suatu jenis enzim yang tergolong protease. Enzim
tersebut lebih dikenal dengan nama trypsin. Trypsin pada hakekatnya
berfungsi untuk mengurai protein menjadi asam amino yang bersifat larut
dalam air.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui efektivitas penggunaan ekstrak biji labu kuning (cucurbita
moschata d) dengan konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda
terhadap pH dan nilai susut masak daging itik petelur afkir.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2017 di
Laboraturium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Fakultas Pertanian
Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare pada
Mei sampai Juli 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pisau, panci, kompor, baskom, saringan, timbangan digital dan pH meter
digital.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
faktorial 4 x 3 dengan 3 kali ulangan yang terdiri dari 2 faktor, faktor B
yaitu konsentrasi ekstrak biji labu kuning, B1 (1%), B2 (3%), B3 (5%) dan
faktor W yaitu waktu perendaman, W1 (15 menit), W2 (30 menit), dan W3
(45 menit). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat
36 unit percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian uji derajat keasaman (pH) daging itik petelur afkir
Tabel 1. Rata-rata nilai pH daging itik afkir petelur yang diberikan
perlakuan perendaman ekstrak biji labu kuning
FAKTOR W
FAKTOR B ULANGAN TOTAL RATA-RATA RATAAN
W1 W2 W3
1 6.80 6.30 6.20 19.30 6.43
B0 2 7.40 6.30 6.10 19.80 6.60 6.544444
3 7.50 6.20 6.10 19.80 6.60
SUB TOTAL 21.70 18.80 18.40 58.90
RATA-RATA 7.23 6.27 6.13
1 6.6 6 6 18.60 6.20
B1 2 6.6 6.1 5.8 18.50 6.17 6.244444
3 6.8 6.2 6.1 19.10 6.37
SUB TOTAL 20.00 18.30 17.90 56.20
RATA-RATA 6.67 6.10 5.97
1 6.20 6.00 6.2 18.40 6.13
B2 2 6.40 6.10 6.4 18.90 6.30 6.244444
3 6.40 6.10 6.4 18.90 6.30
SUB TOTAL 19.00 18.20 19.00 56.20
RATA-RATA 6.33 6.07 6.33
1 5.5 6.2 5.8 17.50 5.83
B3 2 6.7 6.2 6 18.90 6.30 6.144444
3 6.7 6.4 5.80 18.90 6.30
SUB TOTAL 18.90 18.80 17.60 55.30
RATA-RATA 6.30 6.27 5.87
TOTAL 79.60 74.10 72.90 226.60
RATAAN 6.63 6.18 6.08