Anda di halaman 1dari 11

Nama

NIM
Kelompok
Judul Praktikum

: Muhammad Aspiyanor
: J1D114039
: I (Satu)
: Batuan Beku

Batuan Beku
Pengertian Dasar
Batuan beku menurut Leet & Judson (1958) merupakan kempulan mineral silikat yang
terbentuk dari hasil proses pendinginan dan pemadatan magma, tersusun oleh Kristal yang saling
mengunci (interlocking) dalam suatu mineral atau campuran beberapa mineral silikat utama
diantara olivine, augit, hornblende, biotit, anortit, albit, ortoklas, muskovit, dan kuarsa.
Pengertian yang diberikan Turner dan Verhoogen (1960) menegaskan bahwa batuan beku
sebagai hasil pemadatan magma yang sebelumnya merupakan suatu massa batuan cair bersifat
mobil dan panas. Apabila magma dapat melalui suatu celah atau lubang pada permukaan bumi
akan disebut sebagai lava. Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku luar (ekstrusi) dan batuan beku dalam (intrusi). Hal ini nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing-masing batuan tersebut.

A. Batuan beku luar (Ekstrusi)


Batuan beku ekstrusi adalah batuan beku yang proses pemebekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Baik di darat maupun di bawah muka air laut. Akibat dari proses pembekuan
yang relative cepat, batuan yang terbentuk berukuran halus. Magma yang keluar ke permukaan
disebut lava. Ada 2 (dua) jenis lava yang terdapat di alam, yaitu; Lava Aa dan Lava Pahoehoe.

Jenis-Jenis lava yang terdapat di alam (Turner, 2006)

B. Batuan beku dalam (Intrusi)


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. Akibat dari proses pembekuan yang relativ lambat, batuan yang
terbentuk berukuran kasar.

Nama
NIM
Kelompok
Judul Praktikum

: Muhammad Aspiyanor
: J1D114039
: I (Satu)
: Batuan Beku

Jenis-jenis batuan beku dalam (Hamblin & Eric, 2003)


1. Sill adalah tubuh batuan intrusi benbentuk tabular yang menerobos tubuh batuan lain dengan
arah relatif sejajar terhadap pola struktur batuan seperti perlapisan atau foliasi.
2. Dike adalah tubuh batuan intrusi berbentuk tabularyang kedudukannya menerobos relatif
memotong terhadap tubuh batuan diatasnya.
3. Laccolith adalah bentuk pelamparan tubuh batuan intrusi dengan kedudukan bagian dasar
relatif datar dan bagian puncak membentuk mirip kubah.
4. Ring dike adalah semacam dike dengan bentuk pola terobosan melalui celah berbentuk tabung.
5. Batolith adalah tubuh intrusi besar dengan ukuran luas dapat mencapai ribuan mil persegi.

Magma
Magma menurut Gary et al (1972) didefinisakan sebagai material batuan leleh yang
terbentuk secara alamiah, berasal dari dalam bumi dan memiliki kapabilitas sebagai intrusi dan
ekstrusi; batuan beku dapat terbentuk melalui proses pembekuan dan proses-proses lain yang
berhubungan dengannya.
Definisi lain mengenai magma adalah merupakan cairan atau larutan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah bersifat mobil, memiliki suhu antara 900-1200 atau lebih dan berasal
dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (Turner & Verhoogen, 1960).
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine,
fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan nonvolatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan.

Differensiasi dan Asimilasi Magma


Differensiasi magma adalah semua proses magmatisme yang dapat menghasilkan
berbagai variasi / jenis perubahan komposisi magma atau batuan. Proses ini dapat membentuk
perubahan komposisi dalam satu atau lebih fasa kristalisasi, namun melalui proses segregasi atau

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
fraksionasi susunan kimianya, laju perubahan sifat kimia magma/batuan tersebut tetap terjaga
secara konstan. Sedangkan asimilasi adalah semua proses magmatisme yang juga menghasilkan
sifat dan komposisi magma atau batuan baru, melalui interaksinya dengan batuan dinding.
Proses differensiasi dan asimilasi tidak lepas dari proses fraksionasi komposisi kimia larutan
magma. Proses fraksionasi adalah pemisahan antara bagian yang leleh (liquid) dengan bagian
yang telah mengkristal (solid) dalam larutan magma, sehingga menyisakan material leleh kritis
dalam beberapa persen.
Selain itu, pencampuran magma (magma mixing) juga mempengaruhi magma di dalam
perjalannya sehinga menjadikan komposisi magma bervariasi. Proses asimilasi menyebabkan
percampuran massa magma dengan fragmen-fragmen batuan dinding membentuk xenolith dan
atau xenokris, oleh proses difusi magma terhadap batuan dinding.

Ilustrasi proses differensiasi dan asimilasi pada magma (Hamblin & Eric, 2003)
Berikut merupakan proses-proses yang terjadi pada saat magma mulai mendingin, yang termasuk
dalam diferensiasi magma antara lain:
1. Fragsinasi adalah pemisahan kristal dari larutan magma,karena proses kristalisasi berjalan
tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak dapat mengikuti
perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
2. Crystal Settling/Gravitational Settling adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristalkristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk. Disini
mineral silikat berat akan terletak dibawah mineral silikat ringan
3. Liquid Immisibility adalah larutan magma yang mem punyai suhu rendah akan pecah menjadi
larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
4. Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium (Na) dan potassium (K)
yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.

Nama
NIM
Kelompok
Judul Praktikum

: Muhammad Aspiyanor
: J1D114039
: I (Satu)
: Batuan Beku

Differensiasi magma (Anonim, 2010)


5. Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2, SO2,
S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-gelembung gas dan
membawa serta komponen volatile Sodium (Na) dan Potasium(K).
6. Difussion adalah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam waduk magma secara
lateral.

Klasifikasi Batuan Beku


Jenis batuan beku dapat dibedakan berdasarkan; 1. Berdasarkan tekstur dan komposisi
mineralnya, 2. Berdasarkan kandungan kimiawinya.
A. Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya , batuan beku dapat dibagi menjadi tiga
yaitu Batuan beku volkanik, Batuan beku korok (hypabisal) dan Batuan beku plutonik.
1. Batuan beku vulkanik
Batuan beku vulkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan
bumi (intrusi dangkal). Menurut (Williams, 1983), batuan beku yang berukuran kristal kurang
dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama kehadiran masa gelas.
2. Batuan beku korok (hypabisal)
Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api.
Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat, sehingga batuannya terdiri atas kristalkristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur
porfiritik.
3. Batuan beku plutonik
Batuan beku plutonik adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.
Memiliki ukuran Kristal lebih dari 1 mm.

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
B. Klasifikasi berdasarkan kandungan kimianya
Menurut Hughes (1962), batuan beku dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
kandungan kimianya (SiO2), yaitu:
1. Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contoh: Granit dan Riolit.
2. Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contoh: Diorit dan
Andesit.
3. Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contoh: Gabro dan Basalt.
4. Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contoh: Peridotit dan
Dunit.

Struktur dan Tekstur


Struktur dan tekstur merupakan kunci untuk mengerti tentang sejarah batuan beku
maupun batuan yang lainnya. Struktur dan tekstur dari batuan beku yang kita amati akan member
tahu kita bagaimana magma berpindah, bagaimana proses kristalisasinya, pelepasan gas, apakah
batuan terbentuk saat letusan gunung api, sebagai aliran lava, atau jauh di bawah permukaan
bumi.
A. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang
jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku yang hanya dapat dilihat dilapangan, yaitu:
1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
2. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara
teratur tegak lurus arah aliran seperti columnar joint (kekar tiang) dan sheeting joint (kekar
berlembar).
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample),
yaitu:
1. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan
adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
tubuh batuan beku.
2. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
3. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur.
4. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
5. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang
masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Jenis-jenis struktur pada batuan beku (Hamblin & Eric, 2003)


B. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang
penting, yaitu:
A. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dari
suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Drajat kristalisasi dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang berbentuk gelas,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1. Holokristalin, yaitu apabila batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri
dari massa kristal.

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
3. Holohialin, yaitu apabila batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar kristal (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran kristal, yaitu:
1. Fanerik/Fanerokristalin
Batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh kristal yang berukuran kasar. Besar
kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata
biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
Halus (fine), ukuran diameter kristal < 1 mm.

Sedang (medium), ukuran diameter kristal antara 1 5 mm.

Kasar (coarse), ukuran diameter kristal antara 5 30 mm.

Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter Kristal > 30 mm.

2. Afanitik
Batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh kristal yang berukuran halus. Besar
kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang sehingga
diperlukan bantuan mikroskop/loupe.

Granularitas pada batuan beku (Hamblin & Eric, 2003)


C. Bentuk kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
1. Euhedral, apabila batas dari mineral merupakan bentuk asli dari bidang kristal.
2. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
3. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Nama
NIM
Kelompok
Judul Praktikum

: Muhammad Aspiyanor
: J1D114039
: I (Satu)
: Batuan Beku

Bentuk kristal dari pandangan dua dimensi (Owen et al, 2011)


D. Hubungan antar kristal/relasi
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat
dibagi menjadi dua:
1. Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran mineral yang membentuk batuan berukuran sama
besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang subhedral.

Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang anhedral.

2. Inequigranular
Yaitu apabila ukuran mineral yang membentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang
besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral
atau gelas, antara lain terdiri dari:
Porfiritik, yaitu apabila mineral besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar mineral
yang lebih halus.

Vitroverik, yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa gelas

Hubungan/relasi antar Kristal pada batuan beku (Lutgens et al, 2012)

Nama
NIM
Kelompok
Judul Praktikum

: Muhammad Aspiyanor
: J1D114039
: I (Satu)
: Batuan Beku

Komposisi
Mineral-mineral penyusun batuan beku sebagian besar adalah mineral silikat. Pada
umumnya mineral-mineral silikat ini dikelompokkan menjadi dua: mineral silikat berwarna
cerah, atau mineral-mineral asam (Felsik); dan mineral silikat berwarna gelap, atau mineralmmineral basa (Mafic). Fel pada felsic mengacu untuk feldspar; dan si pada felsic
mengindikasikan kandungan silika (SiO2) yang tinggi pada mineral-mineral asam, dimana
miskin akan besi (iron) sebagai penyebab pewarnaan gelap. Mineral-mineral asam pada batuan
beku umumnya adalah plagioklas feldspar, alkali feldspar, kuarsa, dan beberapa muskovit.
Mineral-mineral basa (mafic) kaya akan besi dan magnesium. M pada mafic mengacu
pada magnesium, dan f mengacu pada besi (iron, symbol kimia Fe). Besi cenderung untuk
menggelapkan warna keseluruhan dari mineral dan batuan yang mengandung besi. Mineralmineral basa pada batuan beku pada umumnya adalah olivine, piroksen, hornblende, dan biotit.
Sedangkan menurut Huang (1962) dan Blatt, et al (2006), komposisi mineral penyusun batuan
beku dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
A. Mineral Utama (Primary minerals)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat
menentukan dalam penamaan batuan. Adapun yang termasuk mineral utama adalah mineral asam
(felsic) dan mineral basa (mafic).
B. Mineral sekunder (Secondary minerals)
Mineral-mineral ini merupakan ubahan dari mineral utama dan tidak ada hubungannya
dengan pembekuan magma (non pirogenetik). Bisa terbentuk dari hasil pelapukan, hidrotermal
maupun metamorfisma terhadap mineral utama. Adapun yang termasuk mineral sekunder adalah
kalsit, serpentin, klorit, serisit, dan kaolin.
C. Mineral tambahan (Accessorys mineral)
Mineral-mineral ini merupakan mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, umunya
dalam jumlah sedikit (kehadiran mineral ini 5%). Adapun yang termasuk mineral tambahan
adalah hematit, magmatit, kromit, apatit, zikron, rutil, dan ilmenit.

Deskripsi atau Pemerian


Dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam melakukan deskripsi pada contoh batuan
yang akan diamati. Salam dalam pendeskripsian akan berpengaruh pada penentuan jenisa dan
nama batuannya. Berikut ini merupakan bagan alir sederhana yang menunjukkan tahapan dan
langkah-langkah dalam melakukan pendeskripsian pada batuan beku secara megaskopis.
Dimulai dari penentuan warna. Warna pada batuan beku sebagai indikasi komposisi
mineral utama penyusun batuan. Warna terang mencerminkan batuan beku asam, warna abu-abu
mencerminkan batuan beku intermediet, dan warna gelap mencerminkan batuan beku basaultrasbasa. Sedangkan struktur dan tekstur akan mencerminkan lingkungan pembentukan batuan
beku dan proses-proses yang terjadi selama pembentukan batuan beku.
Sebagai contoh, batuan beku yang terbentuk di dalam bumi pada umumnya akan
memiliki struktur masif, dengan tekstur fanerik. Hal tersebut bisa terjadi karena pembekuan

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
magma di dalam bumi relatif lebih lambat dibandingkan dengan pembekuan lava di atas
permukaan, akibatnya pertumbuhan kristal mineral akan semakin sempurna dan besar-besar.
Dengan demikian, jika dalam pendeskripsian kita menemukan batuan dengan struktur massif dan
tekstur fanerik, maka batuan tersebut termasuk batuan beku dalam (intrusive igneous rocks).
Jenis-jenis batuan beku dapat dilihat pada gambar berikut.

Jenis-jenis batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisinya (Hamblin & Eric, 2003)

Bagan alir penamaan batuan beku secara umum

Nama
: Muhammad Aspiyanor
NIM
: J1D114039
Kelompok
: I (Satu)
Judul Praktikum
: Batuan Beku
Tesktur afanitik mewakili batuan beku luar (extrusive) seperti riolit, andesit, basal, dan
komatit. Sedangkan tekstur fanerik mewakili batuan beku dalam (intrusive) seperti granit,
diorite, gabro, dan peridoti. Adapun berdasarkan komposisinya dibagi menjadi 4, yaitu; batuan
beku asam, intermediet, basa, dan ultrabasa.
Contoh deskripsi batuan beku
Jenis batuan : Batuan beku

Warna : Putih kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur :
Drajat kristalisasi : Holokristalin

Granularitas : Fanerik

Bentuk kristal : Euhedral

Hubungan kristal : Equigranular (Panidiomorfik granular)


Komposisi : - Kuarsa
- Plagioklas
- Biotit
- Hornblende
Nama : Granit

Hal-hal yang perlu diingat dalam pendeskripsi batuan beku


1. Tentukan terlebih dahulu jenis batuannya (seperti cara di atas)
2. Tentukan kelompok batuannya berdasarkan proporsi mineral-mineral asam dan basa.
3. Tentukan relasinya, kemudian menentukan nama batuan.
4. Penulisan komposisi mineral pada batuan beku, tulislah mineral yang paling melimpah
terlebuh dahulu. Terakhir mineral yang paling sedikit yang ditulis.
5. Jika pada saat pendeskripsian menemukan bataun yang memiliki hubungan kristal porfiritik,
maka setelah nama batuan ditambahkan kata porfiri, contoh; Granit porfiri.

Anda mungkin juga menyukai