Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct
Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini
menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah
dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak AB akan menyebabkan aliran arus
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Sedangkan dua elektroda
potensial yang berada di dalam konfigurasi digunakan untuk mengukur beda
potensialnya (Ismi,2015).
Pengukuran geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke
bumi, kemudian mengamati pengaruhnya dipermukaan bumi Pengukuran
geolistrik ini menggunakan metode resistivitas. Pada metode resisitivitas, arus
yang masuk dapat diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis. Asumsi tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa pada saat melakukan pengukuran, besaran
resistivitas menunjukkan besaran resistivitas yang tidak bergantung pada jarak
elektroda potensial yang dipakai. Pengukuran tersebut tidak berlaku pada kondisi
bumi yang sesungguhnya, pada kondisi bumi yang sesungguhnya bumi terdiri atas
lapisan-lapisan dengan resistivitas yang berbeda-beda, perbedaan lapisan bumi
tersebut menyebabkan resistivitas yang terukur bergantung pada jarak elektroda
potensial (Pujomiarto, 2011).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk :
1) Menentukan nilai resistivitas batuan yang diperoleh menggunakan metode
geolistrik konfigurasi schumberger 1 dimensi.
2) Merepresentasikan batuan yang ada di bawah permukaan bumi melalui
software Progress dan IPI2win.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geologi


Secara geografis kota Banjarbaru terletak antara 30 25 40 30 28 37
Lintang Selatan dan 1140 41 22 1140 54 25 Bujur Timur. Secara umum,
formasi batuan di Banjarbaru ada 2 yaitu :
a. Formasi Alluvium adalah formasi yang tersusun dari kerikil, pasir,
lanau, lempung dan lumpur.
b. Formasi Dahor adalah formasi yang tersusun dari batupasir kuarsa
kurang padu, konglomerat dan batu lempung lunak dengan sisipan
lignit (5 10 cm) kaolin (30 100 cm) dan limonit. Formasi ini
terendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi
diperkirakan 250 m. Umurnya diduga Plio-Plistosen.
(Heryanto, 1994).
2.2 Metode Geolistrik
Metode geolistrik merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah.
Salah satu metode geolistrik yang sering digunakan dalam pengukuran aliran
listrik dan untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan adalah
dengan metode tahanan jenis. Metode geolistrik merupakan metode yang
banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik yaitu untuk memperoleh
gambaran mengenai lapisan tanah dibawah permukaan dan kemungkinan
terdapatnya air tanah. Pendugaan geolistrik ini didasarkan padakenyataan bahwa
material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri
arus listrik (Wijaya, 2015).
Pada dasarnya metode geofisika digunakan untuk mengetahui
perubahan resistivitas lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang dialirkan ke bawah permukaan
tanah melalui kontak dua elektroda arus, kemudian distribusi potensial
yangdihasilkan diukur melalui dua elektroda potensial. Setelah besar arus dan
besar potensial yang dihasilkan terukur, maka resistivitas bawah permukaan
dapat dihitung. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan lebih dalam, maka
spasi masing-masing elektroda arus dan elektroda potensial ditambah secara
bertahap. Semakin besar spasi elektroda maka efekpenembusan arus ke
bawah semakin dalam (Telfrod, 1976).
Metode geolistrik tahanan jenis memiliki beberapa konfigurasi, yaitu
konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner, konfigurasi dipole-dipole dan
konfigurasi Square. Konfigurasi yang umumnya digunakan yaitu konfigurasi
Schlumberger dan konfigurasi Wenner. Setiap konfigurasi elektroda mempunyai
metode perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis
batuan di bawah permukaan. Nilai tahanan jenis semu tergantung pada geometri
konfigurasi elektroda yang digunakan, atau yang sering didefinisikan sebagai
faktor geometri (K). Susunan elektroda arus dan tegangan konfigurasi
Schlumberger seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Susunan elektroda arus dan tegangan konfigurasi Schlumberger


Susunan keempat elektroda tersebut merupakan susunan elektroda yang
biasanya dalam metode geolistrik resistivitas. Pada konfigurasi ini gar is-garis
aliran arus dan ekipotensial diubah oleh dekatnya kedua elektroda arus.
Perubahan darigaris-garis ekipotensial yang melingkar lebih jelas pada daerah
antara dua elektrodaarus sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Pola aliran arus dan bidang ekip otensial antara dua elektroda arus
dengan polaritas berlawanan
(Reynolds, 1997).
Asumsinya bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus
listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB atau lebih dikenal dengan AB/2,
sehingga dapat diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini akan
berbentuk setengah bola dengan jari-jari bola AB/2. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi
harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur. Pendeteksian di
atas permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus dan elektromagnetik
yang terjadi secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Dalam penelitian ini dikhususkan pada metode geolistrik tahanan jenis. Umumnya
metode resistivitas ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal, yaitu sekitar 100
meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, informasi yang diperoleh
kurang akurat, hal ini disebabkan karena melemahnya arus listrik untuk jarak
bentang yang semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk
eksplorasi dalam, sebagai contoh eksplorasi minyak. Metode resistivitas lebih
banyak digunakan dalam bidang enginering geology (seperti penentuan
kedalaman batuan dasar), pencarian reservoir air, pendeteksian intrusi air laut, dan
pencarian ladang geothermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda
potensial dan arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, antara
lain: Metoda Schlumberger, Metode Wenner, dan Metoda Dipole Sounding.
Berdasarkan tujuannya, cara pengukuran resistivitas terdiri dari dua yaitu:
1. Metode Resistivitas Sounding (Pendugaan secara Vertikal). Metode ini
bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara vertikal. Pada
prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) diperbesar secara bertahap
sesuai dengan konfigurasi elektroda yang digunakan. Semakin panjang
bentangan jarak elektrodanya, maka semakin dalam pula batuan yang dapat
diditeksi, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.
2. Metode Resistivitas Mapping (Pendugaan secara Horizontal). Metode ini
bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara horizontal.
Pada prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) dibuat sama untuk
semua titik di permukaan bumi. Hasil dari pengukuran ini biasa dijadikan
sebagai peta kontur berupa sebaran nilai resistivitasnya.
(Nurhidayah,2014).
Dua arus elektroda dengan polarisasi berlawanan di permukaan medium
homogen saat jarak diantara dua arus elektroda adalah terbatas potensial yang
dekat pada titik permukaan akan dipengaruhi oleh kedua arus elektroda tersebut.
Sehingga beda potensial pada elektroda P1 yang dipengaruhi oleh elektroda arus
C1 dan C2 adalah
I 1 1
V p 1= (
2 r1 r2 ) (2.1)

Dan beda potensial di elektroda P2 yang dipengaruhi oleh elektroda arus C1 dan
C2 adalah
I 1 1
V p 2= (
2 r3 r 4 ) (2.2)
Gambar 2.2 Perubahan bentuk pada bidang equipotensial dan garis aliran arus
untuk dua titik sisi vertikal
(Setiyawan, 2009).
Bila mediumnya tidak homogen isotrop, maka resistivitasnya disebut
resistivitas semu. Dengan mengunakan susunan elektroda tertentu, maka harga K
dapat diketahui. Beda potensial dan arus yang dialirkan ke dalam tanah dapat
diukur. Dengan demikian resistivitas semu dapat dihitung. Pada gambar 2.2
menunjukan adanya arus ekipotensial yang tegak lurus terhadap garis aliran arus
yang disebabkan oleh sumber arus ganda dipermukaan (Setiyawan, 2009).
Secara umum resistivitas semu (apparent resistivity, ) batuan dapat
dihitung menggunakan persamaan :
V
=K I ...(2.3)

V
denganadalah resistivitas semu, adalah beda potensial dan K adalah

faktor geometri yang tergantung pada konfigurasi bentangan elektroda serta I


adalah arus listrik. Untuk konfigurasi Schlumberger, faktor geometri (K) adalah
a2 +b2
K = 2 b

(2.4)
dengan a adalah jarak antar elektroda dengan satuan meter (m) (Pujomiarto,
2011).
Pada konfigurasi Schlumberger secara prinsip adalah mengubah jarak
elektroda arusnya. Namun semakin jauh elektroda arus dari elektroda potensialnya
maka potensial yang akan diterima oleh elektroda arus akan mengecil. Dengan hal
ini maka dapat dilakukan penjagaan sensitifitas pengukuran. Modifikasi tersebut
dilakukan dengan memperluas elektroda potensialnya. Dampak perubahan
tersebut hanya berpengaruh terhadap kurva perhitungan yang akan overlap.
Namun ini tidak akan berpengaruh terhadap kehomogenan dari resistivitas
materialnya. Kelemahan dari konfigurasi ini adalah pembacaan tegangan pada
elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC
yang sangat tinggi. Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan (Nurhidayah,2014).

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Mei 2017 pukul 9.00
10.00 WITA. Bertempat di samping lapangan tenis gedung 2 Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


1. Resistivity meter OYO McOHM 2119EL Jepang, sebagai penyaji data
berupa nilai hambatan, beda potensial dan arus.
2. Alat ukur berupa meteran, sebagai pengukur jarak C1, P1, C2 dan P2
3. Penjepit, sebagai penghubung kabel dengan elektroda.
4. Elektroda arus dan potensial, sebagai tahanan jenis.
5. Kabel, sebagai penghubung dengan resistivity.
6. Baterai, sebagai sumber tenaga listrik
7. Palu geologi, digunakan untuk membantu menancapkan elektroda ke
tanah.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1. Prosedur Pengukuran
Adapun prosedur percobaan kali iniadalah:
1. Membuat lubang untuk objek silinder berdiri.
2. Menentukan posisi rentang area yang akan dihitung tahanan jenisnya
dengan membentangkan meteran sepanjang 30 m ke kanan dan 30 meter
ke kiri.
3. Mengatur jarak antara arus dan beda potensial dengan menggunakan
metode konfigurasi sclumberger yaitu C1-P1-P2-C2
4. Menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah
ditentukan sesuai dengan konfigurasinya
5. Menjepit elektroda yang telah terhubung dengan kabel geolistrik.
6. Menghidupkan resistivitymeter, menekan tombol enter dan membaca nilai
R (ohm) dengan sebelumnya dihidupkan dengan aki.
7. Mencatat data hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.
8. Mengubah ubah jarak elektroda dan mencatat hasil pengamatan.
3.3.2. Prosedur Pengolahan Data
3.3.2.1 Pengolahan Data pada Software Progress
1. Memasukkan data resistivity yang didapat dari lapangan kedalam
window Observed Data, dimana 2 kolom yang diisi
adalah spacing dan observed data.
2. Menyimpan file tersebut, File > Save as
3. Mengubah konfigurasi bentangan data resistivity sesuai dengan
konfigurasi yang dilapangan yakni Schlumberger, kemudian selanjutnya
kita pindah ke window Forward Modeling,
4. Pada window Forward Modeling, Lakukan perkiraan ada berapakah
lapisan batuan berdasarkan kurva resistivity yang sudah diinput datanya,
kemudian perkiraan kedalaman dari masing masing lapisan tersebut
serta perkiraan nilai resistivitas semu lapisan lapisan tersebut
5. Memperkirakan ada berapa lapisan batuan kemudian mengklik Forward
Processing, hasilnya terdapat kurva warna kuning dan biru.
6. Setelah kita anggap hasil Forward Modeling yang di lakukan sudah
mendekati atau berhimpit dengan titik titik kurva resistivity lapangan,
langkah selanjutnya adalah mengklik Inverse Modeling.
7. Mengubah pada toolbar Max Iteration dengan angka 10.
8. Melakukan proses Inverses Processing dengan mengklik Inverse
Procesing beberapa kali.
9. Melakukan proses pengolahan data resistivity ini bisa di lihat
pada window Interpreted Data .
10. Menampilkan hasil 1 dimensi.

3.3.2.2 Pengolahan Data pada Software IPI2win


1. Menjalankan Program Ip2win
2. Setelah program terbuka pilih File >> New VES point
3. Pada lembar New VES point; pada colom AB/2 isikan niali s [jarak
antara titik pusat dan elektroda arus(C)], MN isikan nilai b*2 [jarak
antara elektroda potensial satu(P1) dengan elektroda potensial dua(p2)]
dan pada colom Ro_a masukkan nilai resistivitas semu yang tersimpan
dalam Notepad.
4. Mengklik tombol OK pada New VES point kemudian akan muncul
kotak Save As kemudian klik Save.
5. Kemudian pilih file >> Add file dan klik.
6. Mengklik open pada kotak open data file >> akan muncul kotak baru
dan klik Save >> akan keluar pernyataan dan pilih yes.
7. kemudian dilayar akan muncul kotak kemudian klik tombol Ok.
8. Jika semua proses sudah dilakukan maka pada layar akan ditampilkan
profil resistivitas.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan

AB/2 MN/2
No. R () k (m) (m)
(m) (m)
51.9578
1 0.5 0.03 40.706 8 2114.998
52.0723 1655.37
2 0.6 0.03 31.790 2 9
12.0769
3 0.6 0.12 31.854 2 384.70
12.3363 290.051
4 0.7 0.12 23.512 1 3
12.5075 254.565
5 0.8 0.12 20.353 4 9
12.6262
6 0.9 0.12 15.035 7 189.836
189.559
7 1 0.12 14.912 12.71188 6
12.8242
8 1.2 0.12 9.178 6 117.701
12.9169 100.054
9 1.5 0.12 7.746 3 6
4.83076 102.059
10 1.5 0.3 21.127 9 7
5.00301 65.3543
11 2 0.3 13.063 5 9
5.08475 55.4034
12 2.5 0.3 10.896 3 7
5.12970
13 3 0.3 7.272 3 37.3032
5.17478 22.8104
14 4 0.3 4.408 8 6
5.19578 9.61740
15 5 0.3 1.851 8 5
5.20723 6.30595
16 6 0.3 1.211 2 8
1.20769 5.29814
17 6 1.2 4.387 2 6
1.23363 4.15486
18 7 1.2 3.368 1 8
1.25075 3.49960
19 8 1.2 2.798 4 9
1.26262 2.97980
20 9 1.2 2.360 7 1
2.58178
21 10 1.2 2.031 1.271188 3
22 12 1.2 1.549 1.28242 1.98647
6 7
1.29169
23 15 1.2 0.865 3 1.117315
0.48307 1.07098
24 15 3 2.217 7 2
0.50030 0.44426
25 20 3 0.888 2 8
0.50847 0.25474
26 25 3 0.501 5 6
0.13234
27 30 3 0.258 0.51297 6

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan

AB/2 MN/2
(m)
(m) (m)
0.5 0.06 2114.998
0.6 0.06 1655.379
0.6 0.24 384.6983
0.7 0.24 290.0513
0.8 0.24 254.5659
0.9 0.24 189.836
1 0.24 189.5596
1.2 0.24 117.701
1.5 0.24 100.0546
1.5 0.6 102.0597
2 0.6 65.35439
2.5 0.6 55.40347
3 0.6 37.3032
4 0.6 22.81046
5 0.6 9.617405
6 0.6 6.305958
6 2.4 5.298146
7 2.4 4.154868
8 2.4 3.499609
9 2.4 2.979801
10 2.4 2.581783
12 2.4 1.986477
15 2.4 1.117315
15 6 1.070982
20 6 0.444268
25 6 0.254746
30 6 0.132346

Gambar 4.1 Nilai Resistivitas Batuan Tiap Lapisan Progress


Gambar 4.2 Hasil Pengolahan Data Menggunakan progress

Gambar 4.3 Hasil Pengamatan pada Software IPI2win


Gambar 4.4 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Software IPI2win

4.2 Pembahasan
Pengambilan data lapangan menggunakan metode geolistrik 2D
konfigurasi wenner memiliki tujuan untuk memperkirakan pola material di bawah
permukaan dengan konfigurasi wenner alpha. Lokasi pengambilan data terletak di
sampiing lapangan tenis di dekat gedung FMIPA. Data yang diperoleh merupakan
hasil dari arus dan tegangan yang diinjeksikan ke bawah permukaan bumi
sehingga diperoleh nilai resistivitas pada alat resistivitymeter.
Lintasan yang digunakan sepanjang 20 meter dengan jarak masing-masing
elektroda 0,5 meter. Data-data hasil pengukuran dilapangan dapat dikatakan
sebagai data resistivitas semu. Pengolahan data lapangan ini menggunakan
software Res2dinv. Sebelum menggunakan software Res2dinv data diolah terlebih
dahulu menggunakan microsoft excel untuk mencari nilai mid point yang akan
digunakan untuk menginterpretasi data lapangan menggunakan program
Res2dinv, yang meliputi langkahlangkah penginputan data, read data, inversi,
sampai pada pencetakan hasil inversi. Aktifkanlah Res2dinv dengan cara
melakukan double klik ikon Res2dinv, atau dengan cara klik start>All
program>Res2dinv, Read data file: klik file>read data. Kemudian akan muncul
jendela Input 2D resistivity data file. Pada combo box File of type pilih Data File
(*.dat). Buka folder tempat file data yang akan dibuka, selanjutnya klik nama file,
klik Open. Pada menu inversion, klik Choose logarithm of apparentresistivity
sehingga muncul kotak dialog Use logarithm of apparentresistivity kemudian pilih
Use apparent resistivity kemudian OK. Untuk memulai inversi data, klik
Inversion>Least squares inversion, sehingga diperoleh penampang resistivitas
model inverse. Jika model hasil inversi yang diperoleh belum memuaskan, maka
dapat dilakukan pengeditan data dengan langkahlangkah sebagai berikut. Klik
Edit>Exterminate bad datum points>OK. . Jika model yang dihasilkan sudah
memuaskan, citra resistivitas yang ditampilkan dapat disimpan dalam file gambar
(*.bmp) secara permanen. Klik menu Print>Save screen as bmp file. Kemudian
akan muncul jendela Output bmp file. Save, lalu klik OK. Pada kotak combo
Filename ketik nama file gambar yang diinginkan kemudian tekan OK. Pada
eksperimen survei geolistrik dengan menggunakan metode Schlumberger ini,
diperoleh data sebagaimana tampak pada gambar 4.2. Pada Gambar tersebut
tampak resistivitas lapisan tanah berkisar antara 107 sampai 1555 m, dengan
kesalahan 11,4%. Berdasarkan hasil eksperimen, diperoleh bahwa
lapisan tanah pada gedung 2 samping lapangan tenis fakultas
MIPA Universitas Lambung Mangkurat berupa tanah aluvium ( 10-
800 m ) dan lempung pada lapisan tanah bagian atas, dan
berbatu-batu kerikil kering pada lapisan tanah yang lebih dalam
(antara kedalaman 1,05 m sampai 1,66 m). Hasil ini memiliki
kesalahan iterasi yang cukup besar yakni 11,4 %. Kesalahan
iterasi disebabkan karena pengamatan dilakukan pada kondisi
tanah yang kering setelah cuaca panas sehingga ada
kemungkinan air hujan yang di tampung tanah sudah teresap
dengan sempurna, sehingga mempengaruhi tingkat resistivitas
yang terukur.

LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH LAPANGAN I
PERCOBAAN XI
GEOLISTRIK 1D KONFIGURASI SCHLUMBERGER
OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
NAMA : RASYID SIDIK (J1D111035)
TAJALIL JAMAL (J1D111036)
AHMAD AFRIZAL AZWAR (J1D114027)
MUHAMMAD ASPIYANOR (J1D114039)
MUNASIPAH (J1D114205)

ASISTEN : SAMSUL ANWAR

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU

2017

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN 1

Nama : Rasyid Sidik


Tajalil Jamal
Ahmad Afrizal Azwar
Muhammad Aspiyanor
Munasipah
Kelompok : II (Dua)
Judul Percobaan : Geolistrik 1D Konfigurasi Schlumberger
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Fisika
Asisten : Samsul Anwar

Nilai

Banjarbaru, 2017
Asisten

(Samsul Anwar)
DAFTAR PUSTAKA

Heryanto, R & N. Sikumbang. 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin,


Kalimantan. Bandung.

Ismi, L. 2015. Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Menggunakan Metode


Geolistrik Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Sungai Opak
Yogyakarta). Skripsi.Semarang.

Nurhidayah. 2014. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Pencemaran


Limbah di Sekitar Sungai di Daerah Genuk. Skripsi. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang.

Pujomiarto, D.W. 2011. Aplikasi metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi


Schlumberger untuk Mengidentifikasi Lapisan akuifer di Desa Slamparejo
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.Universitas Negeri Malang.
Malang.

Putra, I Ketut. 2012. Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi
dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Universitas Udayana.
Denpasar.

Reynolds, John.M.1997.An Introduction to Applied and Environmental


Geophysics. Reynolds Geo-Sciences Ltd, UK.

Setiyawan, Teguh, dkk. 2009. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Porong


Sidoarjo dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk
Mendapatkan Bidang patahan. FMIPA ITS. Surabaya

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E & Keys, D. D. 1988. Applied
Geophysics First Edition. Cambridge University Press. Cambridge.
New York.

Wijaya, S.A. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi


Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC
ITS Surabaya. FMIPA ITS. Surabaya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Terindikasikan bahwa jenis batuan yang ada di sekitar daerah gedung
2 samping lapangan tenis fakultas MIPA Universitas
Lambung Mangkurat berupa tanah aluvium dan lempung
pada lapisan tanah bagian atas dan berbatu-batu kerikil
kering.
2. Resistivitas dari Anomali batuan di daerah gedung 2 samping
lapangan tenis fakultas MIPA Universitas Lambung
Mangkurat adalah berkisar antara 107 sampai 1555 m.

5.2 Saran
Sebelum melakukan pengolahan data alangkah baiknya praktikan datang
lebih awal sehingga praktikum dapat dimulai lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai