Anda di halaman 1dari 5

Geokronologi Pb 210

Sandy Hardian.S.H.
Program Studi Meteorologi,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
Institut Teknologi Bandung,
sandyherho@ymail.com

I. PENDAHULUAN
Geokronologi Pb 210 merupakan suatu metode isotopik
untuk menghitung umur berdasarkan peluruhan radioaktif hasil
peluruhan 222 . Sejak pertamakali digunakan, penggunaan
metode 210 telah banyak berkembang, baik dari segi teknik
dasar, pemodelan, dan asumsi. Kepercayaan para ahli
menggunakan teknik ini dapat dilihat melalui semakin
meningkatnya keberhasilan penelltian, dan publikasi dengan
menggunakan teknik ini. Karena waktu paruh 210 relatif
singkat (sekitar 22 tahun), penelitian menngunakan metode ini
umumnya dilakukan pada studi yang berkaitan dengan
sedimentasi dalam jangka abad abad terakhir. Metode
geokronologi 210 juga dapat diterapkan pada studi
paleoseismik dengan melakukan dating pada organic rich
sediment yang dapat mengukur umur peristiwa alam yang
terekam di sedimen dalam kurun waktu 150 tahun terakhir, yang
mana umumnya diakui sebagai periode yang cukup sulit untuk
dideteksi dengan metode radiokarbon.
Metode geokronologi 210 kini secara luas digunakan
untuk menghitung laju sedimentasi lingkungan pengendapan
lakustrin, dan marin. Penelitian palinologi umumnya bergantung
pada metode geokronologi 210 , dengan tujuan menghitung
rerata laju sedimentasi dalam skala abad, untuk menggunakan
rekaman palinologi tersebut dalam mendeteksi kondisi
lingkungan pada kala holosen tengah, atau holosen awal.
Manfaat penggunaan metode geokronologi 210 menjadi
maksimal jika digunakan bersamaan dengan metode dating
lainnya, sebagai contoh dengan metode kronometri 137 .
II. TEORI PELURUHAN Pb 210
Metode penghitungan umur geokronologi Pb 210
didasarkan pada prinsip peluruhan radioaktif. Pb 210
diproduksi dari rantai peluruhan 238 , yang mana didalamnya
meliputi unsur unsur seperti, radium (226 ), radon (222 ),
timbal ( 210 ), bismuth ( 210 ), dan akhirnya isotop timbal
yang stabil ( 206 ) sebagai daugther elements. Yang membuat
metode geokronologi Pb 210 penting dalam studi
geokronologi kuarter, antara lain,
- 210 memiliki waktu paruh yang cukup singkat (22,3
tahun) (Hohndorf, 1969),

210 diproduksi secara luas, baik pada permukaan


bumi, maupun pada atmosfer,
- 210 ditemukan di seluruh sedimen,
- rata rata lingkungan pengendapan dapat dimodelkan
sebagai sistem tertutup dengan menggunakan metode
geokronologi 210 .
Keberadaan 210 di atmosfer erat kaitannya dengan gas
radon, khususnya isotop 222 , yang memiliki waktu paruh 3,8
hari. Radon 222 dihasilkan dari bumi, lalu dilepaskan ke
atmosfer, dimana Radon 222 meluruh seiring dengan waktu.
Radon 222 meluruh, menghasilkan empat buah daughter
elements dengan waktu paruh berkisar antara milisekon hingga
27 menit, hingga akhirnya menghasilkan isotop 210 .
Perubahan fasa gas ke fasa padat pada peluruhan 222 menjadi
210 merupakan perubahan yang sangat cepat jika dipandang
dari segi geologi. Pb 210 lalu melayang di atmosfer, hingga
akhirnya turun bersamaan dengan presipitasi, dan turut
mengendap di lingkungan pengendapan danau, laut, juga tanah
bersaman dengan turunnya air hujan. Ketika terperangkap dalam
sedimen, 210 diasumsikan tidak bergerak, dan secara berkala
meluruh menjadi 210 . 210 yang dihasilkan oleh proses ini
dikenal dengan istilah supported 210 (Goldberg, 1963).
-

Gambar 1. Paruh terakhir dari rantai peluruhan U-238


digunakan pada metode geokronologi Pb-210, diawali
dengan Ra-226 melalui rentetan peluruhan alpha dan beta,
diakhiri dengan pembentukan isotop stabil Pb-206
Sumber:
http://www.nist.gov/pml/general/curie/images/radondecay_1.gi
f
Diakses pada 04/11/2015 pukul 11.46 WIB
210

Sementara itu,
yang dihasilkan oleh peluruhan insitu
dari 222 , yang mana juga merupakan salah satu daughter
elements dari peluruhan 226 . Kejadian peluruhan utuh seperti
ini umumnya terjadi pada lingkungan pengendapan terestrial,
seperti pada batuan di dalam bumi. 210 yang dihasilkan oleh
proses ini dikenal dengan istilah unsupported 210 (Goldberg,
1963).
III. PRINSIP PENGHITUNGAN UMUR
1.

Pemodelan untuk dating 210

Secara umum, proses fisis yang dialami isotop unsupported


210 dalam sedimen adalah terakumulasi dalam sedimen, lalu
seiring dengan berjalannya waktu akan meluruh. Dalam situasi
ideal, dimana sedimentasi terjadi secara konstan, dan tidak
terganggu, konsentrasi unsupported 210 dalam fungsi
kedalaman dapat digambarkan oleh persamaan,

() = 0 exp ( ) (1)

, dimana 0 adalah konsentrasi unsupported 210 pada


permukaan pada waktu, t = 0, adalah konstanta peluruhan
210 (0,03114 1 ), dan V adalah laju sedimentasi yang
didasarkan pada kesesuaian eksponensial untuk pengukuran
210 , P(x) adalah konsentrasi unsupported 210 pada
kedalaman x (Carroll et al., 1995). Terdapat dua model
tradisional yang dikenal untuk penentuan umur dengan metode
geokronologi 210 , yaitu, model Constant Rate of Supply
(CRS), dan model Constant Initial Concentration (CIC)
(Goldberg, 1963; Appleby, Oldfield, 1978). Model CRS, dan
model CIC pada beberapa literatur asing juga dikenal sebagai
berturut turut, model Constant Flux, dan model Constant
Specific Activity (Robbins, 1978; Carrol et al., 1995). Pemodelan
umur dengan menggunakan isotop 210 , antara lain, model
Sediment Isotope Tomography (Liu et al., 1991; Carrol et al.,
1995), dan 210 excess technique (Geyh, Schleicher, 1990).
Meskipun demikian, model CRS merupakan model dating
210 yang paling banyak digunakan.
A. Model Constant Rate of Supply (CRS)
Model CRS didasarkan pada asumsi, (1) 210 disuplai
secara konstan pada sedimen sepanjang waktu, (2) 210
merupakan faktor tetap dari sedimentasi, (3) Suplai sedimen
merupakan faktor tetap terhadap waktu (Goldberg, 1963; Crozaz
et al., 1964; Appleby, Oldfield, 1978). Pada awal model ini
diperkenalkan oleh Goldberg, 1963, model ini terlihat dapat

menghitung umur di setiap kedalaman setiap kolom sedimen.


Untuk dapat melakukannya, aktivitas unsupported 210 pada
beberapa bagian kedalaman pada kolom sedimen harus dihitung.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung
konsentrasi 210 [0 ()] pada sedimen dengan umur t tahun
harus sesuai dengan penyataan,
0 () () = (2)
, dimana () ( 2 1 ) adalah laju sedimentasi yang
didapat dari penghitungan massa sedimen kering pada waktu t
(Appleby, Oldfield, 1978). Langkah kedua adalah penghitungan
aktivitas radioaktif 210 pada beberapa
kedalaman tertentu (x) dengan menggunakan persamaan,
= 0 (3)
, dimana adalah konstanta peluruhan 210.
Dari persamaan (3), Appleby, Oldefield (1978) membangun
solusi untuk menentukan umur dari endapan pada kedalaman x,
melalui persamaan,

ln( 0 )

=
(4)

, dimana 0 adalah aktivitas radioaktif total dari 210 pada


kolom sedimen mula mula, sedangkan adalah aktivitas
radioaktif total unsupported 210 pada kolom sedimen dengan
kedalaman x.
B. Model Constant Initial Concentration (CIC)
Model CIC, didasarkan pada asumsi, (1) konsentrasi (aktivitas
radioaktif) awal yang konstan dari unsupported 210 pada
contoh sedimen, (2) laju sedimentasi yang konstan dari suplai
sedimen (Goldberg, 1963; Crozaz et.al, 1964; Appleby,
Oldfield, 1978), penyelesaian dari persamaan (4) dengan
menggunakan metode CIC, adalah

ln( 0 )

=
(5)

Model ini mengandaikan tetapnya laju sedimentasi terhadap


waktu, yang mana hal ini sulit diterapkan pada sebagian besar
sistem lingkungan pengendapan. Karenanya, model CIC jarang
digunakan, hanya terkadang digunakan untuk mendukung hasil
model CRS.
C. Model Sediment Isotope Tomography
Liu et al. (1991) mengajukan model dating 210 yang lebih
canggih (lebih realistik) dalam rangka menyelesaikan masalah
ketika laju sedimentasi bergantung pada waktu, dan adanya
campuran material lain dalam proses sedimentasi. Model ini
menghubungkan aktivitas radioaktif unsupported 210 pada
kedalaman x, melalui persamaan berikut,
() = 0 exp( + + ) (6)

Istilah Sedimentation, dan Source tidak dijelaskan secara


mendetail dalam kajian kali ini, secara umum kedua istilah
tersebut merupakan nilai dari variabilitas laju sedimentasi.
Penghitungan
ini
membutuhkan
penyelesaian
suku
Sedimentation, dan Source secara iteratif, sampai mencapai
suatu ukuran tertentu yang dianggap menghasilkan hasil yang
sesuai. Hasil pengukuran dengan metode ini cukup memuaskan
untuk mengoreksi profil umur terhadap kedalaman, khususnya
ketika penanda kedalaman (contohnya, 137 )
digunakan (Carrol et al., 1995).
D. Model 210
Dengan menggunakan model 231 , Geyh,
Schileicher (1990) mengajukan model 210 untuk
mengestimasi umur kolom sedimen . Pada penelitiannya, umur
suatu kolom sedimentasi diestimasikan dengan menggunakan
aktivitas spesifik total dari unsupported 210 (excess) pada
kolom sedimen ( 2 1 ) yang merupakan fungsi dari
umur, melalui persamaan,

210
= [
] = 210 (7)
=1

, dengan n bagian kolom yang dapat berubah ubah, dan


adalah fluks tahunan unsupported 210 yang diukur di
permukaan ( 2 1 ). Model ini mengasumsikan
fluks tahunan modern (resen) yang konstan di sepanjang kolom.
E. Asumsi Asumsi
Asumsi asumsi yang digunakan sebagai dasar dari seluruh
pemodelan umur menggunakan isotop 210 , antara lain:
- 210 dengan cepat hilang dari atmosfer, dan air, dan
dengan mudah terisolasi pada endapan sedimen.
- 210 tidak bergerak ketika terendapkan (anggapan
sedimen induk sebagai sistem tertutup).
- Unsupported 210 dianggap tidak berpindah ke kolom
sedimentasi.
- Supported 210 dianggap berkeseimbangan sekular
dengan unsur grandparent nya (226 ).
- Unsupported 210 independen terhadap kedalaman.
Model model tersebut juga mengasumsikan
keterhubungan antara aktivitas saat ini dengan fluks dari
unsupported 210 untuk setiap unit massa sedimen per tahun.
Sampai saat ini, asumsi asumsi yang mendasari beberapa
model ini masih dianggap valid. Penelitian yang dilakukan
untuk mendeteksi waktu tinggal 210 , menunjukkan bahwa
waktu tinggalnya memang singkat, sekitar 10 hari an
(Monaghan, 1989). Penyesuaian metode geokronologi 210 ,
pada lingkungan pengendapan air tawar, dan marin yang
berubah dengan cepat telah diusulkan oleh McCaffrey,
Thompson (1980), dan Smith, Walton (1980).

2.

Kondisi Geologi

Lingkungan pengendapan yang sesuai akan memudahkan


akumulasi isotop 210 . Lingkungan pengendapan yang sesuai
untuk akumulasi 210 , meliputi endapan sedimen organik di
lingkungan pengendapan marin (Koide et al., 1972; Koide et al.,
1973), lakustrin (Koide et al., 1973), aluvial dan koluvial, glasier
(Crozaz et al., 1964). Karena model ini bergantung pada
akumulasi unsupported 210 (yang mana terendapkan akibat
presipitasi), maka metode ini hanya cocok diterapkan pada
lingkungan pengendapan yang mempunyai pengaruh klimat
yang cukup besar.
3.

Rentang Waktu Penerapan

Metode geokronologi Pb 210 secara teoretis dapat


digunakan untuk sedimen yang berumur lebih muda dari 250
tahun. Untuk mendapatkan hasil optimal, umumnya metode ini
digunakan pada rentang waktu 5 100 tahun, meskipun metode
ini pernah diterapkan pada sedimen berumur 200 an tahun, dan
terbukti berhasil (McCaffrey, Thompson, 1980).
IV. METODOLOGI
Metode geokronologi Pb 210 relatif tidak rumit,
umumnya
membutuhkan
waktu seminggu untuk
mengestimasikan umur. Metode ini merupakan proses
sederhana yang diawali dengan mengumpulkan contoh yang
representatif, kemudian contoh tersebut dianalisis kandungan
210 nya. Disarankan untuk melakukan penambahan
analisis dengan metode 137 , yang akan digunakan untuk
mengalibrasi kronologi 210 , yang nantinya membantu
mereduksi ketidakpastian hasil. Cesium 137 adalah nuklida
berumur singkat yang diproduksi dari hasil ledakan bom yang
mengalami puncaknya pada tahun 1964 (Olsson, 1986).
Kebanyakan penelitian, menggunakan isokron 137 sebagai
titik kalibrasi pada rekaman 210 (Robbins, Edgington,
1975; Oldfield et al., 1978; Chanton et al., 1984; Durham,
Joshi, 1984). Sementara peneliti lainnya mengalibrasi dating
210 dengan beberapa peristiwa, seperti banjir historis, dan
awal mula lingkungan yang terkontaminasi, yang
menyediakan korelasi dengan keuntungan yang sama (Carroll
et al., 1995). Dengan penanda umur pada titik titik tertentu,
maka umur dari hasil dating 210 dapat dipercaya.

Teknik menganalisis 210 saat ini mengalami sedikit variasi


jika dibandingkan teknik awalnya yang diperkenalkan oleh
Goldberg (1963). Kebanyakan variansi nya terletak pada
penggunaan detektor (jenis dari peluruhannya), dan nuklida
mana yang menjadi sasaran analisis. counting, dan
counting adalah teknik analisis 210 yang saat ini umum
digunakan.

Pb 210 meluruh menjadi 210 dengan


mengemisikan partikel . Teknik yang digunakan
untuk menghitung emisi , adalah sebagai berikut
(Goldberg, 1963; Krishnaswamy et al., 1971;
McCaffrey, Thompson, 1980),
Larutkan sedimen organik ke dalam HCl 6 N,
Pisahkan Pb dari larutan dengan cara pertukaran ion
dengan kehadiran pembawa isotop Pb stabil,
Presipitasikan Pb menjadi 4 , atau 4 ;
Susun presipitor yang mengandung Pb tersebut di atas
piringan perak,
Lakukan penghitungan lewat dalam aliran gas
proporsional pada interval 20 30 hari, selama masa
pertumbuhan unsur daughter 210 ,
Koreksi background dibuat dengan mengekstrapolasi
waktu pertumbuhan ke waktu nol.

Gambar 2. Pemodelan umur kolom sedimen


dengan menggunakan model CRS
( Appleby, Oldfield, 1978 )
A. Pengumpulan Contoh
Tidak ada metode pengumpulan contoh yang spesifik
yang dibutuhkan untuk dating 210 . Kebanyakan
penelitian sebelumnya mengumpulkan data dari hasi coring
dari danau, bawah laut, dan es. Tanah, dan endapan aluvial
dapat dikumpulkan dari singkapan dengan teknik grab
sampling (Goldberg, 1963; Monaghan, 1989). Massa
sedimen rata rata yang dibutuhkan dalam analisis
geokronologi Pb 210 berkisar antara 1 10 g, bergantung
pada jumlah 210 yang diharapkan. Sedimen lanau halus,
dan lempungan merupakan karier utama dari 210
(Chanton et al., 1983; He, Walling, 1996). Pemisahan contoh
berdasarkan ukuran sedimen juga dilakukan jika diperlukan
untuk kepentingan penelitian.

counting
Polonium 210, merupakan unsur granddaughter dari
210 yang meluruhkan partikel hingga menjadi
206 yang merupakan isotop stabil hasil akhir reaksi
rantai 238 . 210 diukur dengan menggunakan
detektor . Teknik ini mengasumsikan: (1) waktu
paruh 210 (138 hari) tidaklah signifikan jika
dibandingkan dengan waktu paruh 210 (22,3 tahun),
(2) kesetimbangan sekular antara 210 dan 210 .

B. Analisis 210
Teknik yang digunakan dalam menganalisis 210
bergantung pada metode langsung, atau metode tidak langsung
dalam menghitung kadar supported, dan unsupported 210 .
Total aktivitas radioaktif 210 (jumlah dari supported, dan
unsupported 210 ) dihitung dengan menggunakan metode
langsung. Supported 210 dihitung melalui salah satu dari tiga
cara ini: (1) menghitung peluruhan 210 pada bagian bawah
sedimen untuk didating, (2) menghitung peluruhan 226
dengan mengasumsikan kesetimbangan sekular dengan
210 sebagai unsur granddaughter nya (dengan kata lain
aktivitas radioaktif 210 sama dengan peluruhan 226 ), (3)
menghitung peluruhan polonium ( 210 ) yang mana
merupakan unsur granddaughter dari 210 , dengan
mengasumsikan bahwa aktivitas peluruhan 210 sama dengan
aktivitas radioaktif 210 (kesetimbangan sekuler). Sementara
itu, aktivitas radioaktif dari unsupported 210 dihitung dengan
metode tidak langsung, yaitu dengan menghitung perbedaan
antara aktivitas radioaktif total 210 dengan aktivitas radioaktif
supported 210 .

counting

Analisis 226 merupakan syarat umum dari model


CIC. Teknik analisis 226 yang digunakan oleh
McCaffrey, Thompson (1980), adalah sebagai berikut,
-

Larutkan 5 g sedimen organik ke dalam HCl 6 N,


Tempatkan larutan di dalam sebuan bejana tertutup
dengan waktu minimal 10 hari,
Lakukan penghitungan sintilasi pada gas 222 dari
bejana,
Ulangi langkah pertama sampai dengan ketiga minimal
dua kali,
Jalankan ekstraksi hampa sebagai background
V. BATASAN PENERAPAN

Metode geokronologi 210 dapat digunakan secara


maksimal untuk menghitung umur sedimen organik berbutir
halus pada lingkungan pengendapan yang tenang sepanjang

periode 150 tahun kebelakang. 210 menyediakan data


estimasi umur yang kuat, dan dapat dipercaya pada studi
palinologi, dan pemodelan lingkungan pengendapan dengan
umur yang tidak terlampau tua. Metode ini juga baik untuk
digunakan dalam mengestimasikan data time series dalam
studi perubahan iklim global yang terjadi sepanjang akhir kala
holosen.
Sementara itu terdapat permasalahan pada pengetahuan kita
tentang siklus alami 210 yang masih minim. Pertanyaan
seperti, Adakah 210 betul betul terendapkan secara luas di
berbagai lingkungan pengendapan? Apa mekanisme lanjut
210 paska terendapkan di dalam sedimen? Bagaimana
perilaku alami difusi 210 dalam kolom pengendapan,
khususnya dibawah kondisi lingkungan yang kini semakin
memburuk? Beberapa pertanyaan ini hingga kini belum
terjawab secara memuaskan, memberikan celah kekurangan
penggunaan metode geokronologi 210 dalam pemodelan
umur sedimen resen.
VI. KEPERCAYAAN
Kepercayaan para peneliti untuk menggunakan metode
geokronologi 210 telah teruji melalui pelbagai macam
publikasi yang mewarnai sepanjang beberapa dekade terakhir
sejak penemuan metode ini untuk pertama kali oleh Goldberg
(1963). Akan tetapi, terdapat beberapa unsur unsur kritik dari
peneliti yang menggunakan metode ini, antara lain,
- Penggunaan metode ini harus mengasumsikan, bahwa
laju sedimentasi, dan laju fluks masuk 210 dianggap
konstan,
- Pengukuran background aktivitas radioaktif 210 ,
- Kesesuaian kondisi geologi dengan metode ini,
- Pengukuran instrumen, dan implikasinya,
- Teknik sampling,
- Besarnya kesalahan (error) pengukuran.
Pengukuran error merupakan hal yang sangat penting dalam
metode geokronologi 210 . Hingga kini, jangkauan ketepatan
hanya bergantung pada jenis detektor yang digunakan, dan error
pada operator. Perlu adanya standarisasi internasional tentang
pengukuran umur dengan metode 210 ini.

REFERENSI
[1] Appleby, P.G., Oldfield,F., 1978, The calculation of lead 210
dates assuming a constant rate of supply of unsupported 210 to
the sediments: Catena, v. 5, p.1 8.
[2] Carroll, J.L., Lerche, I., Abraham, J.D., Cisar, D.J., 1995, Model
determined sediment ages from 210 profiles in unmixed
sediment: Nuclear Geophysics, v. 9, p. 553 565.

[3] Chanton, J.P., Martens, C.S., Kipphut, G.W., 1983, Laed 210
geochronology in a changing coastal environment: Geochimica et
Comsochimica Acta, v. 47, p. 1791 1804.
[4] Crozaz, G., Picciotto, E., De Breuck, W., 1964, Antartic snow
chrnology with 210 : Journal of Geophysical Research, v. 69, p.
2587 2604.
[5] Durham, R.W., Joshi, S.R., 1984, Lead 210 dating of sediments
from some northern Ontario lakes: in W.C. Mahaney, ed.,
Quarternary dating methods: Toronto, El Sevier, p. 75 85.
[6] Geyh, M.A., Schleicher, H., 1990, Absolute Age Determination:
Berlin, Springer Verlag, 246 p.
[7] Goldberg, E.D., 1963, Geochronology with 210 : Radioactive
Dating, Conference Proceedings, November 19 23, 1962,
Athens, IAEA, Vienna, p. 121 131.
[8] He, Q., Walling, D.E., 1996, Interpreting particle size effects in
absorption of Cs 137 and unsupported Pb 210 by mineral soils
and sediments: Journal of Environmental Radioactivity, v. 30, p.
117 137.
[9] Honhndorf, A., 1969, Bestimmung der Halbwertszeit von 210 :
Zeitschrift fr Naturforsch, v. 24 A, p. 612 615.
[10] Koide, M., Soutar, A., Goldberg, E.D., 1972, Marine
geochronology with 210 : Earth and Planetary Science Letters,
v. 14, p. 442 446.
[11] Koide, M., Bruland, K.W., Goldberg, E.D., 1973, Th 228/Th
232 and Pb 210 geochronologies in marine and lake sediments:
Geochimica et Cosmochimica Acta, v. 37, p. 1171 1187.
[12] Krishnaswamy, S., Lal, D., Martin, J.M., Meybeck, M., 1971,
Geochronology of lake sediments, Earth and Planetary Science
Letters, v. 11, p. 407 411.
[13] Liu, J., Carroll, J.L., Lerche, I., 1991, A technique for
disentangling temporal source and sediment variations from
radioactive measurements with depth: Nuclear Geophysics, v. 5,
p. 31 45.
[14] McCaffrey, R.J., Thompson, J., 1980, A record of the
accumulation of sediment and trace metals in a Connecticut salt
marsh: Advances in Geophysics, v. 22, p. 165 236.
[15] Monaghan, M.C., 1989, Lead 210 in surface air and soils from
California: Implications for the behaviour of trace constituents in
the planetary boundary layer: Journal of Geophysical Research,
v. 94D, p. 6449 6456.
[16] Olsson, I.U., 1986, Radiometric dating , in B.E. Berglund,
Handbook of Holocene palaeoecology and palaeohydrology :
New York, John Wiley and Sons, p. 298 312.
[17] Robbins, J.A., Edgington, D.N., 1975, Determination of recent
sedimentation rates in Lake Michigan using Pb 210 and Cs
137: Geochimica et Cosmochimica Acta, v. 39, p. 285 304.
[18] Robbins, J.A., 1978, Geochemical and geophysical applications
of radioactive leads isotope, in J.P. Nriago, ed., Biogeochemistry
of Lead : Amsterdam, North Holland, p. 285 293.
[19] Smith, J.N., Walton, A., 1980, Sediment accumulation rates and
geochrologies measured in Sageunay Fjord using the Pb 210
dating method: Geochimica et Comsochimica Acta, v. 44, p. 225
240.
[20] http://www.nist.gov/pml/general/curie/images/radondecay_1.gif

Anda mungkin juga menyukai