EBM PROGNOSIS
(1102012248)
(1102012316)
SKENARIO:
Tuan toni 70 tahun mendadak jatuh ketika ingin bangun dari kursi meja makannya.
Bicaranya pelo dan tidak dapat menggerakan tangan dan kaki kirinya. Istrinya langsung
membawanya ke UGD Rumah Sakit terdekat dengan rumahnya. Pada pemeriksaan CTScan tidak ditemukan tanda-tanda hemorrhagic. Tekanan darahnya 170/100 mm Hg.
Setelah dilakukan konsultasi dengan ahli neuro, tuan toni didiagnosis strok iskemik akut
sehingga dokter menyarankan pemberian terapi tissue plasminogen activator (t-PA)
secara intravena.
PERTANYAAN KLINIS:
Pada penderita strok iskemik akut dan mendapat terapi t-PA secara intravena, apakah
memiliki out come yang lebih baik jika dibandingkan pemberian t-PA yang
dikombinasi dengan terapi trombolitik intraarterial?
KOMPONEN PICO:
Patient /Population/Problem : Tuan toni 70 tahun dengan strok iskemik akut
Intervention/ Indicator
: terapi t-PA secara intravena
Comparison/Control
: t-PA yang dikombinasi dengan terapi trombolitik
intraarterial
Objective/Outcome
: pemberian terapi untuk penyembuhan strok iskemik
akut yang lebih baik
KATA KUNCI:
acute ischemic stroke AND intravenous tissue plasminogen activator OR intraarterial
thrombolysis with recombinant tissue plasminogen activator AND future out come
PEMILIHAN SITUS:
http://www.nejm.org/
LIMITASI :
5 tahun terakhir
HASIL PENCARIAN
8 artikel
1. JUDUL :
Endovascular Treatment for Acute Ischemic Stroke
2. LAMPIRAN JURNAL :
RINGKASAN JURNAL
LATAR BELAKANG
Pada pasien strok iskemik pemberian terapi endovascular , yaitu kombinasi terapi trombolitik
intraarterial dengan recombinant tissue plasminogen activator (t-PA), memiliki efek yang
lebih baik dalam rekanalisasi pada arteri cerebral jika dibandingkan dengan pemberian terapi
trombolitik intravena secara tunggal.
METODE
362 pasien yang mengalami strok iskemik akut dilakukan pengacakan setelah onset 4,5 jam
membentuk dua kelompok dalam pemberian terapi nya, satu kelompok diberi terapi
endovascular dan kelompok lainnya diberikan terapi trombolitik intravena. Terapinya
diberikan sesegera mungkin setelah pengacakan. Hasil utama nya adalah kelangsungan hidup
yang bebas dari kecacatan (yang ddidefinisikan dengan skala 0-1 dari 0-6, dengan scala 0 =
tanpa gejala, dan 1= gejala tanpa tanda klinis yang signifikan, 6 yang berarti kematian) dalam
3 bulan.
HASIL
181 pasien diberikan terapi endovascular dan 181 lain-nya diberikan terapi t-PA intravenous.
Waktu rata2 dari onset sampai dengan pemberian terapi endovascular 2.75 jam sedangkan
intravenous t-PA 3.75 jam. Dalam 3 bulan, sebanyak 55 pasien dalam group terapi
endovascular (30.4%) and 63 dalam group terapi t-PA intravenous (34.8%) hidup tanpa
kecacatan (rasio odds yang disesuaikan dengan usia , jenis kelamin , tingkat keparahan
stroke, dan status fibrilasi atrium pada awal, 0,71 ; 95 % interval kepercayaan 0,44-1,14 ; P =
0,16). Gejala perdarahan intrakranial fatal atau nonfatal dalam waktu 7 hari terjadi pada 6 %
dari pasien dalam setiap kelompok , dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok dalam tingkat efek samping yang serius atau angka kematian.
KESIMPULAN
Hasil uji coba ini pada pasien dengan stroke iskemik akut menunjukkan bahwa terapi
endovascular tidak lebih unggul dari pada t PA.