Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR


MODUL
: Titrasi Argentometri
PEMBIMBING
: Ari Marlina, MSi

Praktikum : 3 Juni 2014


Penyerahan : 10 Juni 2014
(Laporan)

Oleh :
Kelompok
Nama

Kelas

:I
: 1. Apriyanti Ekatama
2. Bella Yashinta
3. Beriyanti Kawantary
4. Citra Pranata Niaga
: 1A

.131431002
.131431003
.131431004
.131431005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

TITRASI ARGENTOMETRI
A. Tanggal Praktikum
: 3 Juni 2014
B. Tanggal Penyerahan Laporan
: 10 Juni 2014
C. Tujuan
:
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui beberapa metoda titrasi pengendapan.
2. Menentukan kadar halide secara titrasi Argentometri.
D. Dasar Teori

Titrasi pengendapan adalah metode volumetric yang berdasarkan pada


pembentukan endapan yang sedikit larut. Endapan yang terbentuk tidak dipisahkan dan
diperlukan endapan murni selama pengotor tersebut tidak bereaksi dengan titran.
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan
ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah
dengan volumetri (Day & Underwood, 2001).
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion
halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk
titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang
dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus
yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan
titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk
titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari
reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(Skoog et al.,1996)
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati,
2010).

A. Metode Mohr ( Pembentukan Endapan Berwarna )


Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida.Suatu
larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3,maka akan terjadi :
Ag+ + Cl-

AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)

Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K 2CrO4 dengan ion Ag+
berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO4. Kelebihan dari AgCl yang
berwarna putih mulai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Titrasi ini harus
dilakukan dalam suasana netral agar dapat diperoleh dalam keadaan murni. Sebagai
larutan baku primer mempunyai bobot equivalen yang tinggi.
B. Metoda Volhard (pembentukan larutan berwarna)
Metoda ini menggunakan larutan ammonium atau kalium tiosianat yang bebas
asam nitrat. Indicator titrasi ini adalah larutan ferri nitrat atau ferri ammonium alum.
Penambahan larutan tiosianat pertama kali menghasilkan endapan perak tiosianat,
setelah tiosianat agak berlebih terbentuk larutan berwarna coklat kemerahan, karena
terbentuk senyawa kompleks [FeSCN]2+. Metoda ini digunakan untuk penentuan
klorida, iodide, dan bromide dalam suasana asam.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah
sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN- AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
Titrasi dengan cara ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi kembali. Mol
analit diperoleh dari pengurangan mol perak mula-mula yang ditambahkan dengan
mol larutan standard tiosianat. Karena perbandingan mol dari reaksi adalah 1:1 semua
maka semua hasil diatas dapat langsung dikurangi.
Mol analit = mol Ag+ total mol SCN
C. Metode Fajans (Penggunaan Indikator Adsorpsi)
Metoda ini menggunakan indicator yang diserap oleh endapan dan membentuk
senyawa yang berbeda warna oleh karena itu sering diistilahkan indictor adsorpsi.
Senyawa yang dapat digunakan adalah zat warna asam seperti fluorescein, eosin,

rose Bengal, diklorofluorescein, dan di-iodo-dimetil-fluorescein; atauzat warna basa


seperti rhodamin.
Beberapa indicator adsorpsi dan penggunaannya.
-

Fluorescein dapat digunakan untuk titrasi halide, pH optimum antara 7 dan 10


Dikloro fluorescein; merupakan asam kuat dan dapat digunakan dalam sedikit
asam pada pH lebih besar dari 4,4. Indicator ini sangat menguntungkan bila
digunakan dalam keadaan sangat encer.
Eosin (tetrabromo fluorescein); adalah asam yang paling kuat dapat digunakan
untuk pH dibawah 1,2. Perubahan warna sangat tajam dalam asam asetat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1
2
3
4
5
6

Endapan sedapat mungkin berupa koloid


Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak harus dihindarkan
karena mempunyai daya mengkoagulasi
Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk akan sedikit
sekali sehingga perubahan warna indicator tidak jelas
Ion indicator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap
Ion indicator harus segera teradsorpsi kuat setelah tercapai titik ekivalen
Ion indicator tidak boleh teradsorpsi sangat kuat karena akan menyebabkan
teradsorpsi sebelum titik ekivalen, contoh : titrasi klorida dengan indicator
eosin.

E. Alat dan Bahan

Alat
Pipet volume 25 mL
Pipet ukur 5 mL
Labu Erlenmeyer 250 mL
Corong gelas
Gelas kimia 100 mL dan
250 mL
Buret 50 mL
Pipet tetes
Kaca arloji
Batang pengaduk
Labu ukur 100 mL
Spatula
Botol semprot
Statif dan klem
F. Langkah Kerja

Pembakuan Larutan AgNO3

Bahan
AgNO3 0,1 N
Padatan NaCl p.a
Sampel Garam Dapur
Sampel Air Selokan

Pembakuan Larutan AgNO3


Timbang teliti NaCl p.a kering 0,24 g dalam
erlenmeyer

+ 50 aquades dan
kocok

+ 25 ml larutan baku

+ 2 ml K2Cr2O4 0,1
M

Titrasi dengan AgNO3 sampai ada endapan


merah ( triplo )

Titrasi Blanko

+ 25 ml aquadest dalam
erlenmeyer

+ 2 ml K2Cr2O4
0,1 M

Titrasi dengan AgNO3 sampai ada


endapan merah

Titrasi Sampel Garam Dapur

Timbang teliti 0,2 g garam dapur di

+ 50 aquades dan

+ 2 ml K2Cr2O4
0,1 M

Titrasi dengan AgNO3 sampai ada endapan


merah ( duplo )

Titrasi Air Selokan

Pipet 10 ml air masukkan dalam

+ 2 ml K2Cr2O4
0,1 M

Titrasi dengan AgNO3 sampai ada endapan


merah ( duplo )

G. Data Pengamatan

Titrasi Pembakuan Larutan AgNO3


Berat NaCl
Volume Labu Takar
No
1
2
3
4

Volume NaCl
(ml)
10,00
10,00
10,00
10,00

= 0,2398 gram
= 100 ml
Awal
0,00
0,00
0,00
0,00
VAgNO3

Titrasi Blanko

Volume AgNO3 (ml)


Akhir
Yang Diperlukan
4,32
4,32
4,30
4,30
4,30
4,30
4,40
4,40

4,30

VAgNO3 = 0,00 ml
Titrasi Sampel Garam Dapur
Berat garam dapur
Volume Labu Ukur
No
1
2

= 0,5850 gram
= 100 ml

Volume
Sampel (ml)
10,00
10,00

Awal
0,00
0,00

Volume AgNO3 (ml)


Akhir
Yang Diperlukan
10,30
10,30
10,32
10,32

10,31

VAgNO3
Titrasi Sampel Air Selokan

No
1
2

Volume
Sampel (ml)
10,00
10,00

Awal
0,00
0,00

Volume AgNO3 (ml)


Akhir
Yang Diperlukan
0,00
0,00
0,00
0,00

0,00

VAgNO3
H. Pengolahan Data

Pembakuan Larutan AgNO3


Konsentrasi NaCl
m
= 0,2398 g
v
= 100 ml
Mr
= 58,5 g/mol BE
m. 1000
N NaCl =
BE .V
N NaCl =

= 58,5 g/mek

0,2398 g .1000
58,5 g /mek . 100 ml

N NaCl =0,0410 N
Konsentrasi AgNO3
VAgNO3 = 4,30 ml
VNaCl

= 10,00 ml

NNaCl

= 0,0410 N

N AgNO 3 .V AgNO 3 =N NaCl .V NaCl


N AgNO 3=

N NaCl .V NaCl
V AgNO 3

N AgNO 3=

0,0410 N .10,00 ml
4,30 ml

N AgNO 3=0,0953 N
Kadar NaCl dan Cl- dalam Sampel Garam Dapur
Berat Sampel
Volume Labu Takar
Vsampel
FP
BE NaCl
Ar Cl
VAgNO3
NAgNO3

= 0,5850 g
= 100 ml
= 10,00 ml
= VLabu Takar / Vsampel = 100 ml/10,00 ml = 10
= 58,5 g/mek
= 35,5 g/mol
= 10,31 ml
= 0,0953 N

Kadar ( ) NaCl=

V AgNO 3 . N AgNO 3 . BE NaCl . FP


x 100
Berat sampel .1000

Kadar ( ) NaCl=

10,31 ml . 0,0953 N . 58,5 g/mek . 10


x 100
0,5850 g .1000

Kadar ( ) NaCl=0,9825 x 100


Kadar ( ) NaCl=98,25

Kadar ( ) Cl=

V AgNO3 . N AgNO 3 . Ar Cl . FP
x 100
Berat sampel . 1000

Kadar ( ) Cl=

10,31 ml . 0,0953 N . 35,5 g /mol .10


x 100
0,5850 g . 1000

Kadar ( ) Cl=0,5962 x 100


Kadar ( ) Cl=59,25

Kadar Cl- dalam Air Selokan

VAgNO3
NAgNO3 = MAgNO3
VSampel
Cl =

Cl =

= 0,00 ml
= 0,0953 M
= 10,00 ml

V AgNO 3 . M AgNO 3
V Sampel
M
0,00 ml . 0,0953 M
10,00 ml
M

Cl =0
M

I. Pembahasan
I.

Apriyanti Ekatama (131431002)


Percobaan kali ini dilakukan Titrasi Argentometri dengan Metoda
Mohr. Prinsip dari metoda Mohr yaitu AgNO 3 akan bereaksi dengan NaCl
membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl - sudah habis
bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi
dengan CrO42- dari indikator K2Cr2O4 yang ditambahkan, ini berarti Titik Akhir
Titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan
Ag2CrO4.
Pembakuan Larutan AgNO3 oleh larutan standar primer yaitu NaCl p.a.
kemudian di tambahkan Indikator K2Cr2O4 5 % Timbul endapan putih mejadi
endapan kemerahan. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana
netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak
kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi pada saat pembakuan
larutan AgNO3 yaitu :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) (endapan putih) + NaNO3 (aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis bereaksi dengan ion Ag + . maka
kelebihan ion perak sedikit saja akan bereaksi dengan indikator. Reaksi yang
terjadi yaitu :
K2CrO4 ( indikator ) + AgNO3 Ag2CrO4(s) (endapan merah) + KNO3

Dengan timbulnya endapan merah bata tersebut maka proses Titrasi di


hentikan, itu menandakan bahwa Titik Akhir Titrasi sudah tercapai.
Titrasi Blanko dilakukan untuk mencegah pada saat terjadi kelebihan
indikator yang berwarna kuning karena akan mengganggu warna. Pada titrasi
ini tidak terjadi perubahan warna karena blanko berwarna merah bata sehingga
blanko tidak terdapat ion Cl-. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi
AgNO3 dan NaCl yaitu 0.0410 N & 0.0953 N.

Penentuan kadar Cl dalam sampel

Pada percobaan penentuan kadar sample garam dapur ini, sampel


garam dapur dilarutkan dalam aquades sebelum dititrasi dengan perak
nitrat.
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Seperti halnya pada titrasi pembakuan perak nitrat, pada titrasi penentuan
kadar Cl ini pun digunakan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya endapan merah bata perak kromat.
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Dari hasil titrasi dan perhitungan kadar NaCl pada sampel garam dapur
sebesar 98.25 %. Dan kadar Cl- dalam NaCl adalah 59,25

Penentuan kadar Cl dalam sample air selokan

Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah air selokan


dititrasi dengan AgNO3. Namun sebelum dititrasi air ledeng ini
ditambahkan K2CrO4 sebagai indikator larutan sampel sudah berwarna
merah bata, sehingga tidak dapat dititrasi atau dapat dinyatakan bahwa
dalam sampel air solokan tidak ada Cl- .
II.

Bella Yashinta (131431003)


Pada percobaan kali ini dilakukan titrasi argentometri untuk
mengetahui kadar Cl- dalam suatu sampel. Untuk mengetahui kadar Cl - dalam
suatu sampel digunakan metode Mohr, dimana sampel yang mengandung Cl dan ditambahkan larutan K2CrO4 sebagai indicator, dititrasi dengan larutan
AgNO3 yang akan menghasilkan endapan putih berupa AgCl dan saat ion Cl dalam sampel habis berekasi denagn Ag+ maka Ag+ akan bereaksi dengan ion
CrO42- membentuk endapan coklat kemerahan yang merupakan Ag 2CrO4.

Terbentuknya endapan Ag2CrO4 merupakan titik akhir titrasi dari titrasi


Argentometri metode Mohr.
AgNO3 (aq) + Cl- (aq) AgCl (s) (endapan putih) + NO3- (aq)
AgNO3 (aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (endapan cokelat kemerahan)
Pada titrasi Argentometri metode Mohr ini juga harus diperhatikan pH
larutannya. pH saat titrasi harus diusahakan dalam keadaan netral karena jika
pH terlalu tinggi akan menghasilkan endapan AgOH dan jika terlalu rendah
ion CrO42- akan berubah menjadi ion Cr2O72- yang akan mengganggu
pengamatan saat titik akhir titrasi tercapai.
Seperti halnya titrasi lain, sebelum melakukan titrasi untuk
menentukan kadar Cl- dalam sampel perlu dilakukan standarisasi dari larutan
AgNO3. Standarisasi dilakukan dengan mentitrasi larutan NaCl primer
menggunakan larutan AgNO3 yang akan dibakukan hingga terbentuk endapan
coklat kemerahan. Reaksi yang terjadi adalah :
NaCl (aq) + AgNO3(aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)
AgNO3 (aq) + K2CrO42-(aq) Ag2CrO4(s)
Volume yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi kemudian dilakukan
perhitungan sehingga dapat diketahui bahwa larutan AgNO3 yang digunakan
memiliki normalitas sebesar 0,0953 N. Pada standarisasi larutan AgNO3 ini
juga diperlukan titrasi blanko yang berguna untuk mengetahui pengaruh
pelarut dari NaCl yang dalam percobaan kali ini adalah aquadest. Dari
percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa aquadest tidak mengandung
ion Cl- sehingga tidak mempengaruhi nilai dari konsentrasiAgNO3.
Setelah mengetahui konsentrasi dari larutan AgNO3 dilakukan titrasi
untuk mengetahui kadar Cl- yang terdapat dalam sampel yaitu garam dapur
dan air selokan. Pada garam dapur, terlebih dahulu garam dapur dilarutkan
dalam air baru kemudian dilakukan titrasi secara Argentometri metoda Mohr.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa garam dapur memiliki
kandungan Cl- sebesar 59,25 %.
Sedangkan pada sampel air selokan, hasil titrasi menujukkan tidak
adanya ion Cl-. Hal ini terlihat dari percobaan, saat dimana sampel air selokan
yang telah ditambahkan indicator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3
sampel langsung berubah warna menjadi warna merah bata tanpa terbentuk
adanya endapan.

III.

Beriyanti Kawantary (131431004)

Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat


yang didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji
dengan titran larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak
memegang peranan penting dalam pembentukan endapan, cara ini dipakai
untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat membentuk endapan
garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Metoda yang digunakan adalah metode mohr dimana digunakan
indikator K2Cr2O4, tujuannya adalah memperjelas perubahan warna agar
mempermudah penentuan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan
timbulnya endapan cokelat kemerahan dari senyawa perak kromat dan
didapatkan volume AgNO3 yang diperlukan adalah 4,30 ml. Reaksi yang
terjadi adalah
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Kemudian dilakukan titrasi blanko untuk menentukan komponen lain
yang bukan merupakan bagian dari larutan tersebut. Maka, volume AgNO3
hasil titrasi pembakuan harus dikurangi dengan volume AgNO 3 hasil dari
titrasi blanko untuk mendapatkan volume perak nitrat sesungguhnya. Karena
hasil titrasi blanko adalah 0 ml maka, volume perak nitrat sesungguhnya sama
dengan volume AgNO3 hasil titrasi pembakuan.
Dari data hasil titrasi yang didapat dan dari hasil perhitungan
didapatkan konsentrasi AgNO3 sebesar 0,0953 N.
Dalam penentuan kadar Cl- dalam sampel, sampel yang digunakan
adalah garam dapur dan air selokan. Keduanya menggunakan indikator
K2Cr2O4, dan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna kemerahan
dari perak kromat.
Reaksi yang terjadi pada garam dapur :
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Dan pada titik akhir titrasi :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Volume AgNO3 dalam titrasi dengan garam dapur yang didapat adalah
10,31 ml sedangkan dengan air selokan adalah 0 ml yang menandakan air
selokan tidak mengandung ion Cl.
Berdasarkan hasil perhitungan kadar Cl- dalam garam dapur adalah
98,25 % dan kadar (%) Cl- dalam air selokan adalah 0.
IV.

Citra Pranata Niaga (131431005

Pada percobaan kali ini dilakukan titrasi penentuan kadar Cl dalam


sampel garam dapur dan air selokan metode argentometri. Titrasi ini
melibatkan larutan AgNO3 sebagai larutan standar yang harus ditentukan
terlebih dahulu konsentrasinya. AgNO3 bersifat peka terhadap cahaya, ia akan
terurai bila terkena cahaya langsung sehingga harus diletakkan dalam botol
coklat. Sifat inilah yang menyebabkan larutan AgNO 3 menjadi larutan standar
sekunder karena tidak stabil pada suhu ruang. Untuk menentukan kadar ion
Ag+ dengan titrasi terhadap larutan baku X- (biasanya larutan baku
yangdigunakan adalah larutan NaCl atau KSCN.
Titrasi argentometri padaprinsipnya adalah penggabungan ion yang
hasil perkalian ion-ion yang akan bergabung (dipangkatkan koefisien pada
reaksi kesetimbangan plarutnya) lebih besar dari harga Ksp senyawa yang
terbentuk. Titrasi ini menggunakan metode Mohr dengan menggunakan
K2CrO4 sebagai indikator. Pada larutan sampel Cl- ditambahkan beberapa tetes
K2CrO4, campuran ini kemudian dititrasi oleh larutan AgNO3 yang akan
ditentukan konsentrasinya. Setelah Cl- habis maka ion Ag+ akan bereaksi
dengan CrO42- menghasilkan endapan Ag2CrO4 berwarna merah coklat yang
menunjukkan bahwa TA telah tercapai. Reaksi yang terjadi:
NaCl +
K2CrO4

AgNO3
+ AgNO3

AgCl (s)
+
NaNO3
Ag2CrO4(s) + 2KNO3

Penggunaan K2CrO4 harus dalam konsentrasi kecil karena pada


konsentrasi lebih dari 10-2 M warna kromat cukup kuat dan dapat mengganggu
pengamatan pembentukan endapan. Titrasi ini harus berlangsung dalam
suasana netral atau sedikit basa, karena bila pH terlalu basa maka akan
terbentuk endapan AgOH yang akan terurai menjadi Ag2O sehingga volume
AgNO3 yang digunakan akan lebih banyak sehingga titrasi tidak kuantitatif.
Reaksi yang terjadi:
Ag+ + OH-

AgOH (s)

Sedangkan bila titrasi dilakukan dalam suasana asam maka ion CrO 42akan berubah menjadi Cr2O72- yang berwarna jingga sehingga konsentrasi
indikator akan berkurang yang menyebabkan titik akhir titrasi sukar diamati.
Reaksi yang terjadi:
2H+ + 2CrO42-

Cr2O72- + H2O

Dari volume titrasi penentuan konsentrasi AgNO3 diperoleh 4,30mL sehingga


dapat diketahui konsentrasi AgNO3 sebesar 0,0953 N.
Prinsip titrasi ini sama halnya pada penentuan konsentrasi NaCl dalam
garam dapur dan air selokan. Dari hasil percobaan diperoleh kadar NaCl

dalam garam dapur sebesar 98,25 %. Sedangkan kadar Cl- dalam air selokan
sebesar 0 %.
J. Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh:


1. Konsentrasi AgNO3 sebesar 0,0953 N.
2. Konsentrasi NaCl dalam garam dapur sebesar 98,25 % , dan kadar Cl- dalam
garam dapur tersebut adalah 59,25 %.
3. Konsentrasi Cl- dalam air selokan sebesar 0 %.
K. Daftar Pustaka

1. Day, R.A, Jr & Underwood, A.L. 1981. Quantitative Analysis. New Delhi:
Prentice Hall of India
2. ---.
Metoda
Titrasi
Argentometri.
http://kimiaanalis.web.id/metodatitrasi,Argentometri. 10 Mei 2010
3. ---. Titrasi pengendapan. http://comunity.um.ac.id/showthread.php/72420-TitrasiPengendapan. 10 Mei 2010
4. http://siskaapriyoannita.wordpress.com/2012/06/12/titrasi-pengendapan/

Anda mungkin juga menyukai