PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)
Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
(5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu
Penelitian, (8) Biaya Penelitian, (9) Pelaksanaan Penelitian.
1.1. Latar Belakang Penelitian
Tahu merupakan suatu makanan olahan dari kedelai yang digumpalkan
dan mengandung protein. Kata Tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau
teu- hu. Tao atau teu berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi
bubur. Di Jepang, tahu dikenal dengan nama tohu sedangkan dalam bahasa inggris
disebut soybean curd atau juga Tofu. Dalam perkembangannya, tahu memiliki
banyak nama dan mempunyai ciri khas seperti tahu sumedang, tahu cina, tahu
kuning dan tahu sutera.
Keberadaan usaha tahu di Kabupaten Sumedang dipelopori oleh Ong
Bung Keng (Tahu Bungkeng) sejak tahun 1917, telah mampu menciptakan
peluang usaha yang serupa dan menyerap banyak tenaga kerja. Pada saat ini
industri tahu sudah berkembang, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah
pengusaha
tahu
di
Kabupaten
Sumedang.
Berdasarkan
laporan
Dinas
yang banyak dan masih menggunakan teknologi yang sederhana dalam proses
produksinya
Tahu menjadi produk yang potensial untuk dikembangkan karena
konsumen tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya
dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, akan tetapi juga
kelas atas. Ini terlihat dengan telah masuknya produk tahu di pasar swalayan.
Selain itu, tahu dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur
termasuk mereka yang mengalami gangguan pencernaan. Tahu juga dapat diolah
menjadi aneka masakan siap saji. Tahu seringkali disebut sebagai daging tak
bertulang karena kandungan gizinya yang setara dengan daging hewan. Peranan
tahu sebagai makanan yang menyehatkan dan mengandung zat-zat yang
dibutuhkan untuk memperbaiki gizi masyarakat, maka diperlukan usaha
pengembangan industri tersebut. Usaha tersebut harus didukung oleh pemerintah
daerah sehingga industri tersebut makin bermanfaat, tidak hanya berguna bagi
konsumen tetapi juga memberikan keuntungan bagi para pengusaha tahu. Begitu
halnya dengan industri tahu di Kabupaten Sumedang yang bermanfaat bagi
masyarakatnya.
Kendala yang dihadapi pada industri pembuatan tahu sumedang adalah
penggunaan minyak goreng berulang kali sehingga menurunkan kandungan gizi
yang terdapat pada tahu. Industri tahu goreng sumedang pada umumnya
menggunakan minyak goreng > 3 kali untuk menggoreng bawang goreng.
Menurut Nazrun dkk. (2007) biasanya, minyak goreng yang digunakan berulang
kali menggoreng makanan untuk menghemat biaya hingga minyak berubah
warna, bau, rasa atau konsistensi. Frekuensi pemakaian minyak goreng termasuk
salah satu variabel pengolahan yang dapat mempengaruhi mutu makanan
gorengan. Menurut Hojjatoleslamy dan Sedaghat (2012) pemakaian minyak
goreng berulang-ulang dapat menyebabkan penurunan lightness dan tekstur potato
chips serta meningkatkan indeks konsistensi minyak goreng dan bilangan
peroksida. Onigbogi dkk. (2011) menjelaskan bahwa frekuensi pemakaian dan
jenis minyak goreng yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
sifat sensoris keripik ubi jalar. Selain itu, perubahan komposisi asam lemak sangat
banyak pabrik pembuat tahu baik dalam bentuk usaha kecil maupun usaha
menengah yang masih menggunakan cara konvensional(Lihannoor, 2010).
Tahu menurut standar industri Indonesia, adalah makanan padat yang
dicetak dari susu kedelai dengan proses pengendapan protein pada titik
isoelektriknya tanpa atau dengan penambahan bahan lain yang diijinkan
( Anonim, 1990; Liu 1999; Markley 1985; Metussin 1992; Shurtleff 1984).
Menurut (Sitepoe M, 2008) minyak goreng adalah minyak yang berasal
dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu
kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan.
Tabel 1. Komposisi Beberapa Asam Lemak dalam Tiga Minyak Nabati
Asam Lemak
Jumlah Atom C
Minyak
Sawit (%)
Minyak Inti
(%)
Minyak
Kelapa (%)
1
1-2
32-47
4-10
2-4
3-7
41-55
14-19
6-10
1-4
8
7
48
17
9
2
38-50
5-14
1
10-20
1-5
1-5
6
3
-
Oktanoat
Dekanoat
Laurat
Miristat
Palmitat
Stearat
mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng dengan menggunakan minyak yang
telah rusak akan mempunyai struktur dan penampakan yang kurang menarik serta
citra rasa dan bau yang kurang enak (Trubusagrisarana, 2005).
Kerusakan minyak akan mempengaruhi kualitas dan nilai gizi makanan
yang digoreng. Pemanasan minyak goreng dengan suhu yang sangat tinggi akan
menyebabkan sebagian minyak teroksidasi. Minyak yang rusak akibat proses
oksidasi akan menghasilkan makanan berwarna kurang menarik dan rasa yang
tidak enak, serta kerusakan beberapa vitamin dan asam lemak esensial di dalam
minyak. Proses oksidasi tersebut terjadi saat minyak tersebut mengalami kontak
dengan sejumlah oksigen. Reaksi oksidasi juga akan menimbulkan bau tengik
pada minyak dan lemak (Ketaren, 1986). Selain menimbulkan bau tengik, radikal
bebas juga dapat terbentuk akibat oksidasi yang mempunyai dampak merusak sel
dan jaringan tubuh. Hal ini disebabkan radikal bebas bersifat sangat reaktif
(Retno, 1995).
1.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan minyak goreng berulang kali akan menyebabkan perubahan sifat
fisik-kimia dan organoleptik terhadap bahan yang di goreng.
1.7. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan,
Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung.
Waktu Penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2016.
1.8. Biaya Penelitian
Biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah
sekitar Rp. 2.000.000
1.9. Pelaksanaan Perlakuan
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti (Mega Perdana NZ) dan
laboran Laboratorium Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Hojjatoleslamy, M. dan Sedaghat, L. (2012). The effect of frying on the chemical
and rheological properties of frying oil and physical properties of
produced potato chips. Annual Transactions of The Nordic
Rheology Society
Kastyanto, W., (1992). Membuat Tahu, Seri Industri Kecil, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press), Jakarta.1986
Nazrun, A., Chew, C.M., Norazlina, M., Kamsiah, J. dan Ima, N. (2007). The
effects of repeatedly heated frying oil and high cholesterol diet on
the bone in ovariectomised rats. Malaysian Journal of Nutrition.
Onigbogi, I.O., Olatunji, T.O., Nupo, S.S. dan Bello, T.K. (2011). Effect of
repeated frying operations on the quality attributes of frying oil
and aceptability of sweet potato chips. Journal of Sciences and
MultidisciplinaryResearch
Retno, G,(1995). Radikal bebas-sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel, Cermin Dunia Kedokteran.
PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH FREKUENSI PEMAKAIAN MINYAK GORENG
TERHADAP SIFAT FISIK-KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TAHU
SUMEDANG
Oleh :
Mega Perdana Nurul Zakiyah
133020118