ISOLASI SOSIAL
(KEPERAWATAN JIWA)
Dosen Pembimbing:
Abdul Ghofar, S.Kep, Ns.
Kelompok 5:
1. Ashabul Kahfi (7313058)
2. Nur Amiirotul Fikriyyah (7313070)
3. Rosmiyati Syarifudin (7313083)
4. Umi Asriatun (7313084)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini
dengan judul Isolasi Sosial . Adapun tujuan dari penulisan ASKEP ini adalah untuk
memenuhi salah satu Mata Ajar Keperawatan Jiwa.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1 .Bapak Prof. DR. H. Ach. Zahro, MA selaku Rektor UNIPDU JOMBANG.
2. Bapak H. AndiYudianto, S.Kep,Ns. M.Kes. Selaku Dekan FIK UNIPDU JOMBANG.
2. Bapak M. Rajin S.Kep. Ns. M. Kes Selaku Kaprodi S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG
3. Bapak Abdul Ghofar, S.Kep, Ns. M.Kes. selaku Penanggung Jawab Mata Ajar
Keperawatan Jiwa S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan berharap ASKEP ini
dapat bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia
.
Penyusun
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1................................................................................................ Latar Belakang
...................................................................................................................... 1
1.2.............................................................................................................. Tujuan
...................................................................................................................... 1
1.3............................................................................................ Rumusan Masalah
...................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 3
2.1 Pengertian.................................................................................................... 3
2.2 Rentang Respon Sosial.................................................................................4
2.3.............................................................................................. Faktor Penyebab
...................................................................................................................... 5
2.3.1
Faktor Predisposisi..............................................................................5
2.3.2
Faktor Presipitasi.................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun
komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus
mengembangkan
beradaptasi
strategi
(Sulistiawati,
koping
2005).
yang
efektif
Umumnya
agar
manusia
mampu
memiliki
1.2 Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi
dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau
suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat,
2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat,
2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006)
Respon Adaptif
Respon
Maladaptif
Solitut
Otonomi
Kesepian
Menarik diri
Manipulasi
Impulsif
Kebersamaan
Ketergantungan
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).
2.3
Faktor Penyebab
Faktor predisposisi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya
perceraian,
kematian,
perpisahan
kemiskinan,
konflik
sosial
budaya
untuk
mengatasinya,
misalnya
perasaan
cemas
yang
2.4
Tanda Gejala
a. Gejala Subyektif
orang lain.
Klien merasa tidak aman dengan orang lain.
Respon verbal kurang dan sangat singkat.
Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan
orang lain.
- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
- Klien merasa tidak berguna.
- Kilen tidak yakin dapat melasungkan hidup.
b. Gejala Objektif
- Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
- Tidak mengikuti kegiatan.
- Banyak berdiam diri di luar.
- Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
- Retensi Urin dan feses.
- Aktifitas Menurun.
- Ekspresi wajah kurang berseri
2.5
Penatalaksanaan
Bila sudah terbina hubungan saling percaya dan terjadinya
kontak mata untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap halhal yang praktis, misalnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien,
kebutuhan berinteraksi, baik di rumah maupun di luar rumah secara
bertahap didukung dengan pengobatan.
Adapun penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada klien
dengan
a.
Psikofarmaka
b.
yang
mengandung
gelombang
bekerja
(working
skills)(Laraia
2005).
Sebagai
suatu
2.6
Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan
yang
merupakan
suatu
kesepian
nyata
yang
peliharaan,
menggunakan
kreativitas
untuk
2.7
Pohon Masalah
Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi (Effect)
Isolasi Sosial :
Menarik Diri
(Core
Problem)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL
3.1 Pengkajian
Patricia A Potter l (1993) mengatakan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data,
yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder, seperti keluarga, teman
terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat
dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :
a.
Identitas klien
1).
2).
Usia
3).
4).
b.
c.
Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang lain, apakah
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak
menyenangkan.
8
d.
Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya keluhan
fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e.
Aspek psikososial
1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2). Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan singkat,
meliputi :
a).
Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b).
Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki-laki.
c).
Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam keluarga/kelompok,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.
b).
c).
4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
di rumah.
f.
Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
2). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
3). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau
tidak dapat memulai pembicaraan.
4). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan, agitasi,
tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau kompulsif.
5). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
6). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
7). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
8). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
9).
10). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing terhadap diri
sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien
terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada
dirinya), pikiran magis dan waham.
10
11). Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang.
12).Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat
jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
13).Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan,
tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
14).Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan kemampuan
penilaian bermakna.
15).Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita, menyalahkan
hal-hal di luar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di dalam
dan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan
keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data objektif dan
subjektif.Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif merupakan data yang disampaikan
oleh klien secara lisan dan keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga.
11
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien
12
13
3.3 Intervensi
Tg
l
No
Dx
1.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Klien dapat berinteraksi
Kriteria Evaluasi
Setelah di lakukan 1x interaksi,
dengan menujukan:
komunikasi terapeutik:
disukai klien
dihadapi
14
dasar klien
2. Klien dapat
menyebutkan penyebab
Menarik diri.
berasal dari:
tandanya:
a. Diri sendiri
b.Orang lain
siapa
c. Lingkungan
3. Klien dapat
menyebutkan
keuntungan dan
teman
kerugian berinteraksi
15
a. Banyak teman
b. Tidak sendiri
lain
c. Bisa diskusi,dll
16
4. Klien dapat
mendemonstrasikan interaksi
bertahap
orang lain.
a. Klien-perawat
b. Klien-perawat-perawat lain
berhubungan/berinteraksi dengan
c. Klien-perawat-perawat lain-
orang lain.
klien lain
d. Klien-
keluarga/kelompok/masyarakat
melalui tahap:
a. Klien-perawat
b. Kien-perawat-perawat lain
c. Klien-perawat-perawat lainklien lain
17
d. Klienkeluarga/komunitas/masyarakat
4. Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
5. Bantu klien untuk
mengevaluasi keuntungan
menjalin hubungan sosial
6. Dikusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang lain
7. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
8. Beri penguatan positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.
5. Klien dapat
mengungkapkan perasaanya
18
orang lain
a. Diri-sendiri
b. Orang lain
6. Klien dapat
6. Keluarga dapat:
memberdayakan system
dengan keluarga:
a. Salam,perkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan
c. Mendemonstrasikan cara
c. Buat kontrak
d. Berpartisipasi dalm
keluarga tentang:
a. Perilaku menarik diri
b. Penyebab perilaku menarik
diri
c. Akibat yang akan terjadi jika
19
2.
Rendah
yang positif
1. Pasien dapat membina
pasien menunjukan:
terapeutik:
20
soan
pasien
2. Pasien dapat
mengidentifikasi aspek
positif dan kemampuan yang
dimiliki
dapat menyebutkan:
pasien.
pasien
21
untuk dilaksanakan
dapat dilaksanakan
1. Dilaksanakan pasien
Diskusikan kemampuan pasien
yang akan dilanjutkan
pelaksanaanya
merencanakan
kegiatan harian
pasien
2. Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi pasien
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
3. Beri contoh cara pelaksanaan
22
dibuat
telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang
dilaksankan pasien
3. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan pasien
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
6. pasien dapat
memanfaatkan sistem
memanfaatkan system
perawat berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama
kesukaan pasien
d. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan pasien dan
masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
3.
Halusinasi
(Lihat/dengar/penghidu/raba/kecap)
kepada perawat:
komunikasi terapeutik:
pasien
24
dengan perawat
dapat menyebutkan:
halusinasinya
1. Jenis halusinasi
2. Isi
3. Waktu
4. Frekuensi
halusinasi
25
menyebutkan:
halusinasinya
halusinasi
26
halusinasinya
digunakan pasien:
halusinasinya
untuk mengendalikan
halusinasinya
cara tersebut
memutuskan/mengontrol
mengendalikan halusinasinaya
timbulnya halusinasi
5. pasien mengikutsertakan
27
mengontrol halusinasinya
dan topik)
keluarga/kunjungan rumah)
halusinasi
a. Pengertian halusinasi
b. Tanda dan gejala halusinasi
28
dapat menyebutkan:
1. Pasien dapat
baik
mendemonstrasikan
29
30
31
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang
berfungsi untuk menilai apakah tujaun dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
untuk melakukan tindak lanjut, adapun hal yang di evaluasi pada klien dengan
perilaku menarik diri adalah ;
a Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
b Harga diri klien meningkat.
c Kilen dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e Klien berinisiatif melakukan kom secara verbal.
f. ien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mengkaji dengan bahasa tubuh klien,
menggunakan pertanyaan terbuka, mempertahankan kontak mata, menggunakan
sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan .
g. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien atau one to
one hingga meningkatkan pada hubungan dengan pasien lain, perawat lainnya
dan kelompok.
h. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerti kebutuhan klien,
membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan proses
pengobatan
i. Terminasi, dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan, rasa takut tidak
dapat dipertahankannya hubungan yang sehat dengan orang lain.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
maupun komunikasi dengan orang lain.
4.2
Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis
lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena
dapa membantu proses penyembuhan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sosial Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial.
Diakses
pada
tanggal
17
Oktober
2016
pada
http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan
pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
36