ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor determinan yang
berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja di Technical Services
Department PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Unit Plant Site Cirebon.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional dengan teknik total sampling. Penelitian dilakukan pada periode April
sampai Mei 2013 dengan jumlah responden 54 orang. Analisis data menggunakan
uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan penggunaan APD dengan pengetahuan
mengenai APD (p=0.038), sikap penggunaan APD (p=0.046), dan penerapan
peraturan tentang APD (p=0.025). Sebaliknya, tidak ada hubungan yang signifikan
antara ketersediaan APD (p=0.571), kenyamanan penggunaan APD (p=0.237), dan
pengawasan penggunaan APD (p=0.310) dengan perilaku penggunaan APD pekerja
Technical Services Department.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan, Kenyamanan, Pengawasan,
Peraturan, APD
I.
PENDAHULUAN
Cara
terbaik
untuk
mengendalikan
bahaya
adalah
dengan
National
Safety
Council
(NSC)
dibulan
Oktober
2007
pekerja
tidak
menggunakan
APD
ketika
harusnya
mereka
National Safety Council (NSC) dalam risetnya yang menjelaskan bahwa 87%
kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe act, yang mana 78%-nya merupakan
bahaya mekanik. (United Steelworkers International Union, 2005).
Industri semen merupakan salah satu industri yang berperan membawa
akibat bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Semen merupakan salah satu
substansi yang paling banyak digunakan di bumi dengan proses energi dan
intensif dalam sumber daya. Menurut Ketua Asosiasi Semen Indonesia,
Widodo Susanto, dalam Suara Leuser Antara (25 Maret 2013), konsumsi
semen diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2015 dan produksinya
mencapai 198 juta ton. Pada tahun 2013 konsumsi semen diperkirakan naik
10-12 persen dari tahun 2012 yang hanya 55 juta. Seiring berkembangnya
industri semen, maka akan semakin banyak pula sumber daya manusia yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkomitmen dan menjunjung tinggi nilai keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga dapat terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang industri semen yang memproduksi
berbagai jenis semen. Dalam kegiatan produksinya banyak ditemukan potensi
bahaya yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja. Upaya pencegahan terus dilakukan perusahaan dalam rangka
mengurangi risiko kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Salah satu upaya
pencegahan yang aktif dilakukan perusahaan adalah kewajiban penggunaan
alat pelindung diri bagi karyawan dan tamu yang berkunjung.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. masih mengalami kasus
kecelakaan walaupun upaya pencegahan kecelakaan sudah dilakukan
perusahaan. Berdasarkan data Evaluasi dan Analisa Performance di Plant Site
Cirebon, pada tahun 2010 terdapat 40 kasus kecelakaan, tahun 2011
mengalami penurunan dengan 12 kasus, dan meningkat lagi menjadi 37 kasus
di tahun 2012. Hasil analisis tindakan berbahaya penyebab kecelakaan
langsung tahun 2012 didapatkan sekitar 42% pekerja bekerja tidak sesuai
peraturan/SOP/standar K3. Salah satu dari tindakan yang tidak sesuai dengan
peraturan/SOP/standar K3 adalah tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) pada saat bekerja. (ITP Safety Dept. Cirebon, 2013).
perilaku
tidak
terlepas
dari
beragam
faktor
yang
melatarbelakanginya. Oleh karena itu, kajian inilah yang menjadi dasar bagi
penulis untuk melakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor determinan
yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja di
Technical Services Department PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Unit
Plant Site Cirebon.
Technical Services Department (TSD) merupakan salah satu divisi
pendukung di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Divisi tersebut bertugas
dalam kegiatan pembuatan spare part (suku cadang) dan segala hal yang
berkaitan dengan perbaikan mesin atau peralatan. Dari data yang dikumpulkan
oleh Safety Department PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Unit Plant Site
Cirebon melalui Indocement Safety Observation Program 2012, TSD masuk
dalam 3 departemen dengan temuan ISOP tertinggi, yaitu ditemukan 210
kasus tindakan tidak aman di TSD. Dari dafar pengamatan ISOP 2012 tindakan
tidak aman yang berkaitan dengan APD menyumbang 21% dari 6 kategori
pengamatan ISOP. Melalui pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian
yang
berkaitan
dengan
perilaku
pekerja
dalam
TINJAUAN TEORITIS
Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan seseorang atau masyarakat yang dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Green, tiap-tiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari
pengaruh kolektif ketiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan
faktor penguat/pendorong. Gagasan penyebab kolektif ini penting karena
perilaku merupakan suatu fenomena bersegi-majemuk. Setiap rencana untuk
mengubah
perilaku
harus
memperhitungkan
sejumlah
faktor
yang
tanggapan
perencanaan.Lebih
dalam
lanjut
kategori
Green
yang
menjelaskan
menguntungkan
bahwa
kumpulan
untuk
faktor
alat
pelindung
diri
(APD),
pelatihan/training,
dan
sebagainya.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
Setiap ganjaran atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan
sebagai akibat dari suatu perilaku, yang terwujud dalam sikap dan
perilaku dari petugas yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
suatu kelompok. Faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan,
kebijakan, pengawasan, dan sebagainya.
III.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Variabel
Variabel
Kategori
Persentase (%)
Pengetahuan
Baik
35
64,8
mengenai APD
Kurang Baik
19
35,2
Sikap
Baik
30
55,6
24
44,4
Ketersediaan
Memadai
50
92,6
APD
Kurang Memadai
7,4
Kenyamanan
Nyaman
42
77,8
12
22,2
Pengawasan
24
44,4
30
55,6
Penerapan
Baik
47
87,0
Peraturan APD
Kurang Baik
13,0
Perilaku
Baik
43
79,6
11
20,4
Baik
Total
mengenai APD
Baik
Kurang Baik
Baik
31
35
Kurang Baik
12
19
Total
43
11
54
Nilai p
0,038
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,038
(p<, =0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi
pengetahuan mengenai APD dengan perilaku penggunaan APD.
Tabel 3. Analisis Hubungan Sikap Penggunaan APD dengan Perilaku
Penggunaan APD
Sikap
Total
Penggunaan APD
Baik
Kurang Baik
Baik
27
30
Kurang Baik
16
24
Total
43
11
54
Nilai p
0,046
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,046
(p<, =0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi sikap
penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD.
Tabel 4. Analisis Hubungan Ketersediaan APD dengan Perilaku Penggunaan
APD
Ketersediaan
Total
APD
Baik
Kurang Baik
Baik
39
11
50
Kurang Baik
Total
43
11
54
Nilai p
0,571
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,571
(p>, =0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi
ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD. Hasil analisis tersebut
tidak menghasilkan nilai OR.
Tabel 5. Analisis Hubungan Kenyamanan Penggunaan APD dengan Perilaku
Penggunaan APD
Kenyamanan
Total
Penggunaan APD
Baik
Kurang Baik
Baik
35
42
Kurang Baik
12
Total
43
11
54
Nilai p
0,237
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,237
(p>, =0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
proporsi kenyamanan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD.
Tabel 6. Analisis Hubungan Pengawasan Penggunaan APD dengan Perilaku
Penggunaan APD
Pengawasan
Total
Penggunaan APD
Baik
Kurang Baik
Baik
21
24
Kurang Baik
22
30
Total
43
11
54
Nilai p
0,310
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,310
(p>, =0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
proporsi pengawasan dengan perilaku penggunaan APD.
Tabel 7. Analisis Hubungan Penerapan Peraturan tentang APD dengan
Perilaku Penggunaan APD
Penerapan
Total
Peraturan APD
Baik
Kurang Baik
Baik
40
47
Kurang Baik
Nilai p
0,025
Total
43
11
54
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,025
(p<, =0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi
penerapan peraturan dengan perilaku penggunaan APD.
V.
DISKUSI
1. Perilaku Penggunaan APD
Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner pada karyawan TSD
didapatkan bahwa terdapat 43 responden (79,6%) yang berperilaku baik,
sedangkan 11 responden (20,4%) berperilaku kurang baik. Sebagian besar
perilaku kurang baik ini disebabkan oleh pengetahuan dan sikap pekerja yang
kurang baik. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yakni adanya 8 dari 11 pekerja
tersebut yang memiliki pengetahuan dan atau sikap yang kurang baik.
2. Analisis Pengetahuan mengenai APD terhadap Perilaku Penggunaan
APD
Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat 12 responden yang
berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun hal ini tidak didukung dengan
pengetahuan tentang APD yang mencukupi. Hal tersebut diduga karena
pekerja mengikuti pekerja lainnya yang berperilaku baik dalam menggunakan
APD dan atau pekerja berusaha mentaati peraturan yang diatur perusahaan
karena khawatir mendapat sanksi. Keadaan tersebut diperkuat dengan adanya
87% responden yang mengetahui adanya sanksi apabila tidak menjalankan
peraturan. Terdapat 4 responden yang berperilaku kurang baik dalam
penggunaan APD, namun sebenarnya memiliki pengetahuan yang baik
mengenai APD. Hal tersebut diduga karena pengalaman pekerja yang cukup
lama selama bekerja dan merasa bahwa dirinya aman meskipun dengan
perilaku penggunaan APD yang kurang baik. Berdasarkan data karakteristik
responden, lama kerja responden mendominasi untuk rentang waktu 14
sampai 20 tahun (44,44%), kemudian dilanjut pada 28 sampai 34 tahun lama
kerja (25,93%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibowo (2010) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pekerja
tentang APD dengan perilaku penggunaan APD (p=0,000). Green (1980)
faktor
berpengaruh
(predisposing
factor)
yang
mendorong
atau
ketersediaan APD kurang memadai. Hal ini juga dikarenakan pertanyaan yang
diajukan pada kuesioner untuk persoalan ini tidak bersifat individu, tetapi
menilai keadaan di lapangan. Terdapat 11 responden yang berperilaku kurang
baik dalam penggunaan APD, namun menyatakan bahwa ketersediaan APD
memadai. Hal ini karena ada faktor lain yang melatarbelakangi perilaku yang
kurang baik dalam penggunaan APD dan bukan karena tersedia atau tidaknya
APD. Berdasarkan pengamatan peneliti, ketersediaan APD sudah memadai
dan hampir seluruh responden juga menyatakan demikian, yakni sekitar 92,6%
responden.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hamzah & Satarina (2013) pada pekerja las dan Arifin (2012) pada pekerja
bagian coal yard, yang menyatakan bahwa ketersediaan APD memiliki
hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja.
5. Analisis Kenyamanan APD terhadap Perilaku Penggunaan APD
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa APD yang tersedia cukup nyaman
untuk digunakan dalam bekerja karena hanya terdapat 4 responden yang
berperilaku kurang baik dan menyatakan penggunaan APD kurang nyaman.
Berdasarkan analisis hasil penelitian didapatkan keterangan bahwa semua
pekerja
meyakini
bahwa
perawatan
APD
menjadi
salah
satu
faktor
Pengawasan
Penggunaan
APD
terhadap
Perilaku
Penggunaan APD
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat 22 responden yang
berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun menyatakan bahwa
pengawasan penggunaan APD pada pekerja adalah kurang baik. Hal ini
dimungkinkan karena pekerja memiliki pengetahuan dan sikap yang baik,
sehingga pekeja berperilaku baik meskipun pengawasan kurang berjalan
dengan baik. Terdapat 3 responden yang berperilaku kurang baik dalam
penggunaan APD, namun menyatakan bahwa pengawasan penggunaan APD
pada pekerja adalah baik. Hasil analisis kuesioner didapatkan bahwa ketiga
responden tersebut memiliki pengetahuan yang kurang baik dan 2 diantaranya
memiliki sikap yang kurang baik. Sehingga diduga adanya pengawasan tidak
membuat responden lantas berperilaku baik. Pengetahuan dan sikap yang
kurang baik membuat pekerja kurang mudah untuk dinasehati ataupun ditegur
untuk berperilaku baik dalam penggunaan APD.
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Linggarsari (2008)
pada Engineering Dept. di salah satu perusahaan di Tangerang, Wibowo
(2010) pada pekerja di areal pertambangan, dan Arifin (2012) pada pekerja
bagian coal yard, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengawasan
penggunaan APD pada saat bekerja dengan perilaku penggunaan APD
pekerja.
Hal ini mungkin disebabkan karena jadwal pengawasan yang tidak tentu,
sehingga ada atau tidaknya pengawasan tidak berhubungan dengan perilaku
penggunaan APD pada pekerja. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian,
43,48% responden menyatakan bahwa tugas pengawasan dilakukan oleh
petugas safety, 32,61% responden menyatakan bahwa petugas safety maupun
lain yang berkaitan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Wibowo
(2010) yang menyatakan terdapat hubungan antara kebijakan peraturan
dengan perilaku penggunaan APD pada responden (p=0,000).
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar responden berperilaku baik dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) selama bekerja, namun dengan faktor yang berbeda
dalam melatarbelakangi perilaku penggunaan APD tersebut;
2. Faktor predisposisi merupakan faktor yang cukup signifikan dalam
mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada saat bekerja. Sedangkan
faktor
pemungkin
merupakan
faktor
yang
kurang
signifikan
dalam
terdapat
hubungan
antara
ketersediaan
APD,
kenyamanan
African Newsletter an
Tersedia
dalam:
http://www.kcprofessional.com/us/download/product%20literature/K1729_0
8_01_PPEComp.pdf (Diakses 10 Juli 2013, 12.05 WIB).
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta.
Putra, Benny Vitriansyah. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pekerja Pengelasan Industri Informal dalam Penggunaan APD di
Jalan Raya Bogor-Dermaga, Kota Bogor Tahun 2011.Skripsi. FKM UI:
Depok.
Safety Departement. (2013). Evaluasi dan Analisa Performance. Cirebon: PT.
Indocement Tunggal Prakarsa.
Suara Leuser Antara. (25 Maret 2013). Akumulasi Konsumsi Semen Hingga
2015
Mencapai
198
Juta
Ton.
Tersedia
dalam:
DuPonts
Untold
Safety
Failures.
Tersedia
dalam: