Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus Permasalahan Yang Disebabkan Oleh Sosial Media

Kasus Pencemaran Nama Baik yang dilakukan Oleh Florence Sihombing


Mengungkapkan kekesalan di situs pertemanan Path, ditahan Kepolisian Daerah
DI Yogyakarta, Sabtu, 30 Agustus 2014. Perempuan 26 tahun itu ditetapkan
sebagai tersangka setelah diperiksa Florence Sihombing, mahasiswa S2
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menjadi tahanan di Reserse Kriminal
Khusus. Apa sesungguhnya yang telah dilakukan perempuan yang disapa Flo itu
sampai berurusan dengan polisi?
Kamis, 28 Agustus 2014
Flo mengantre membeli bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
Lempuyangan. Saat itu, ia yang mengunakan sepeda motor, hendak membeli
Pertamax, menyelonong memotong antrean sampai ditegur anggota TNI yang
berjaga. Ia marah namun tetap tidak boleh memotong antrean. Kecewa dengan
kejadian itu, sekeluar dari SPBU, Flo menumpahkan kekesalannya di akun situs
pertemanan Path. Salah satu ungkapan kekesalannya: "Jogja miskin, tolol, miskin
dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta, Bandung, jangan mau tinggal di jogja,
dinilai menjelekkan dan menghina warga Yogyakarta.
Status itu kemudian disebar di media jejaring sosial dan mendapat reaksi negatif.
Flo dicerca.
Jumat, 29 Agustus 2014
Flo meminta maaf kepada masyarakat dan Raja Keraton Sri Sultan
Hamengkubuwono X. Ia mengaku tidak memiliki maksud menghina atau
mencemarkan nama baik Yogyakarta. Tapi, Flo tidak meminta maaf secara
langsung dan terbuka, melainkan melalui pernyataan tertulis yang dibacakan
pengacaranya, Wibowo Malik. menurut Wibowo, Flo saat itu sedang depresi
karena merasa diteror setelah membuat status yang dianggap menghina
Yogyakarta. Statusnya menyebar cepat sehingga mengundang cercaan publik.
Di hari yang sama, elemen masyarakat Yogyakarta melaporkan Flo ke Polda DI
Yogyakarta. Mereka, di antaranya, Granat DIY, Komunitas RO Yogyakarta, Foklar
DIY-Jateng, Gerakan Cinta Indonesia, Pramuka DIY, dan berbagai kelompok
masyarakat lain. Mahendra, Advokat Muda Yogyakarta, mengatakan status Flo di
Path berbuntut panjang karena, selain melukai masyarakat, tindakan itu juga
melanggar hukum pidana. Kami menempuh jalur hukum dan melaporkan
penghinaan ini pada pihak berwajib, katanya.
Sabtu, 30 Agustus 2014

Penyidik Reserse Kriminal Khusus Polda DI Yogyakarta memeriksa Flo. Segera


setelah disidik, status Flo yang semula terlapor ditingkatkan menjadi Tersangka,
dan saat itu juga ditahan. menurut Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DI
Yogyakarta, Komisaris Besar Polisi Kokot Indarto, penahanan tersangka Flo
karena selama pemeriksaan cenderung tidak kooperatif dan tidak ada itikad baik.
Bahkan, Tersangka tidak mau menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
"Kami tahan untuk 20 hari ke depan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda DI Yogyakarta, AKBP Any
Pudjiastuti, mengatakan bahwa penahanan dapat dilakukan oleh Penyidik setelah
melakukan pemeriksaan selama 1x24 jam. pengacara Flo, Wibowo Malik,
mengatakan bahwa dia mendampingi Terlapor untuk memenuhi panggilan
Penyidik siang tadi. Setelah dilakukan pemeriksaan, Penyidik mengeluarkan surat
penahanan. Ditahan, tapi ini tidak resmi, dan kami menolaknya," katanya.
Dan menyingkapi masalah tersebut, Flo akan dikenakan pasal 27 ayat (3) UU ITE
oleh pihak berwajib, dimana pasal tersebut berbunyi :
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.
Sama dengan pasal 27 ayat (1) ancaman pidana dari pasal 27 ayat (3) bersumber
pada pasal 45 ayat (1) yang berbunyi :
setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat
(1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama
6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
Penanganan
Agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan lisan atau tulisan.
Pemerintah bersama-sama dengan DPR untuk memperbaiki UU informasi dalam
melakukan transaksi baik langsung maupun melalui media elektronik karena
banyak pasal-pasal yang bertentangan dengan hak azasi manusia lebih bijak dalam
mengeluarkan kata-kata/statement atau pernyataan yang besifat pribadi baik
melalui lisan atau tulisan. Ketika akan melakukan pengaduan harap dilampirkan
bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai