Anda di halaman 1dari 28

TUGAS BAHASA JEPANG

MAKANAN

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.

LESTARI
INTAN WULANDARI
TIMUR TUTI KASIH LESTARI
VIA ALFIOLITA

KELAS : XI IPA 2

SMA NEGERI 1 REMBANG


TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MATERI KEBIASAAN HIDUP DI JEPANG


Jepang adalah sebuah Negara kecil di Asia namun Jepang termasuk kedalam
Negara maju dan mandiri terutama di bidang tenologi nya. Jika kita hidup
berdampingan dengan orang Jepang atau kita mencoba hidup di Negara Jepang,
kita secara tidak langsung dapat merasakan dan melihat sikap, sifat dan
periilaku orang Jepang pada umumnya. Tentang bagaimana mental serta moral
orang Jepang dalam menyikapi kehidupan sehari hari.
Kebiasaan hidup di jepang
1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.
Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi
dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun),
Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai
di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai
di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama.
Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang
biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh
dikatakan agak memalukan di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai
tersebut termasuk yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan. Di kampus,
professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa
nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras)
mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa
dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang
bisa tercapai.
2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri
(bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era
samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia
modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena mengundurkan diri bagi
para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau
merasa gagal menjalankan tugasnya.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti
konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan
4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata
dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat
jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi
dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh
graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan
bidang garapan (core business) perusahaan.
5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan
dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk
yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang
mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak
ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics.
Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable
sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio
Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat
lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150
juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan
orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan
inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih
cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan,
mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting
dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang
menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam
teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat
beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga
tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak

bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang
berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia
menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap
gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan
ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak
habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun
industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup
menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan
hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih
mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga
menjadi kerajaan bisnis di era kekinian.
7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta
listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa
sedang membaca buku atau koran.
8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu
bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan
untuk tim atau kelompok tersebut.
9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang
paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang.
10.Jaga Tradisi
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang
kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah
untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf
masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di
Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak
malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif
menghindari berkata tidak untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain.

MATERI KEBUDAYAAN JEPANG


Jepang yang mempunyai kebudayaan yang unik membuat Negara bunga sakura
itu banyak di kenal masyarakat dunia salah satunya Indonesia, kebudayaan
jepang yang sampai saat ini masih dilakukan dalam berbagai kesempatan
misalkan perayaan hanami, di karenakan masyarakat jepang mencintai
kebudayaannya sendiri dan mau menjaganya.
Pakaian Tradisional Jepang
Jepang memiliki pakaian Tradisional yang disebut Kimono, sudah banyak orang
tau bahwa kimono adalah pakaian Tradisional Jepang. Dahulu kimono
digunakan untuk kegiatan sehari-hari, namun pada saat ini, komono hanya
digunakan di acara-acara khusu. Kimono bisa di pakai oleh pria atau wanita,
kimono pria umumnya lebih sederhana baik dalam design, motif dan juga
warnanya yang biasanya didominasi oleh berwarna gelap seperti hijau tua,
coklat tua, biru tua atau hitam, sedangkan Kimono untuk wanita dikenal ada
beberapa jenis menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri. Disamping itu kimono wanita juga memiliki
berbagai aksesoris tambahan yang cukup banyak.
Upacara Minum Teh
Upacara minum teh atau yang dikenal dengan Chad atau Sad. Adalah upacara
yang mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup
antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara
minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum
teh (chashitsu).
Ikebana
Ikebana adalan kesenian merangkai bunga yang berasal dari Negara Jepang.
Bunga memiliki kehormatan dalam kebudayaan Jepang, karena Bungan
dianggap sebagai tempat bersemayamnya Tuhan, sang pencipta. Bunga
dirangkai dalam bentuk tertentu dan diletakkan di altar utama. Awalnya dalam
pembuatan bunga sangatlah sederhana, namun saat ini pembuatan bunga
semakin sulit dan kompleks dan di butuh pembelajaran keahlian dalam
pembuatannya.

Tako
Kesenian Layang-layang ini sudah ada sejak jaman periode Nara (649-793 AD).
Design layang layang dari negeri ini cukup unik dan sangat mudah dibedakan
dengan design layang layang dari negara atau wilayah lain. Mainan ini dianggap
berbahaya karena talinya bisa bersentuhan dan mengganggu aliran kabel listrik
yang bisa berakibat fatal bagi pelaku dan orang lain. Layang layang hanya bisa
dijumpai di event khusus atau dalam festival budaya saja yang mau tidak mau
harus mereka hadirkan.
Kendo dan Judo
Kendo adalah olah raga bermain pedang bambu sedangkan Jud0 adalah nama
dari olahraga bela diri dari Jepang. Kata Do yang terdapat pada akhiran kedua
kata diatas mempunyai arti yang sama yaitu jalan dan kalau ditulis dengan huruf
kanji mempunyai lambang jalan. Peralatan yang digunakan pada Kendo yaitu
Seragam yang dikenal dengan nama Kendo gi dan hakama, pedang dari bamboo
yang bernama shinai, pelindung kepala atau men, pelindung badan atau do,
pelindung tangan atau kote, pelindung paha atau tare.
Matsuri
Matsuri adalah suatu festival budaya rakyat yang umumnya berkaitan dengan
festival di kuil baik kuil Shinto (Jinja) maupun kuil Buddha (Tera) yang
kebanyakan diselenggaran pada musim panas, pada saat ini matsuri tidak selalu
berarti berdoa atau sembahyang, hal itu sudah pasti karena kebanyakan orang
datang hanya untuk melihat saja.
Shogi
Shogi atau catur Jepang adalah permainan papan dari Jepang yang dimainkan
oleh dua orang di atas papan 9 lajur dan 9 baris yang berwarna sama. Ciri khas
shogi yang sangat membedakannya dari catur adalah sistem memainkan
kembali buah lawan yang sudah ditangkap. Walaupun sudah naik pangkat, buah
yang tertangkap akan kembali ke pangkat semula. Kedua belah sisi yang
bermain dibedakan menjadi sente dan gote. Pemain sente memainkan langkah
pertama, diikuti pemain gote, begitu seterusnya secara bergantian hingga
selesai. satu set buah shogi yang berjumlah 20 buah.

Kabuki
Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni
teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik.
Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya
terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh.
Origami
Origami berasal dari kata ori yang berarti lipat, dan kami yang berarti kertas merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu
bentuk kesenian yang modern. Origami sudah dikenal dibanyak Negara, secara
umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun
kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami.
Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan
warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin
indah dan sama sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas
menjadi lebih mudah.
Perayaan Hanami
Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang
dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga
sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu,
hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan- makan
di bawah pohon sakura.
Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan duduk-duduk di
bawah pepohonan sakura untuk bergembira bersama, minum sake, makan
makanan khas Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun. Semuanya
bergembira. Ada kelompok keluarga, ada kelompok perusahaan, organisasi,
sekolah dan lain-lain.
Menurut kisah sejarah, kebiasaan hanami dipengaruhi oleh raja-raja Cina yang
gemar menanam pohon plum di sekitar istana mereka. Di Jepang para
bangsawanpun kemudian mulai menikmati bunga Ume (plum). Namun pada
abad ke-8 atau awalperiode Heian, obyek bunga yang dinikmati bergeser ke
bunga sakura.

MATERI KEPERCAYAAN/AGAMA DI JEPANG


Negara Jepang terkenal akan agama shinto-nya yang menyembah matahari dan
penduduk Jepang percaya bahwa kaisar Jepang adalah keturunan langsung dari
Dewa Matahari atau Amaterasu Omikami.
Kepercayaan agama Shinto
Shinto berasal dari kata Shin dan To, yaitu kombinasi dua huruf kanji yang
berarti Jalan Kami (Tuhan atau Dewa). Nama ini mulai dipakai pada abad ke 6,
bersamaan dengan kedatangan agama Buddha, untuk membedakan dengan jelas
agama lama dengan agama baru. Jadi jelas sekali, kalau masyarakat Jepang dulu
menjalankan kepercayaannya apa adanya dan tanpa nama atau istilah apapun.
Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan
dinamisme yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda,
alam atau spirit. Kepercayaan tua semacam ini biasanya penuh dengan berbagai
ritual dan perayaan yang biasanya berhubungan dengan musim, seperti musim
panen, roh, spirit, dan lain-lain. Layaknya suatu suatu kepercayaan yang berakar
dari Animisme, Shinto sama sekali tidak memiliki ajaran khusus yang harus
dipelajari. Shinto juga tidak memiliki kitab suci, simbol, kiblat dan juga nabi
sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan
berkembang secara alami di masyarakat.
Tuhan Menurut Shinto
Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu : "Semua benda
di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh,
spirit atau kekuatan jadi wajib dihormati". Kekuatan supernatural ini disebut
dengan istilah "kami", kemudian ditambahkan kata akhiran "sama", bentuk
hormat untuk nama orang, atau dewa sehingga menjadi "kamisama". Kamisama
sebagai Tuhan, hidup di segala tempat dan memiliki nama sesuai dengan benda
yang ditempatinya. Tuhan yang berdiam di gunung diberi nama Kami no Yama,
kemudian ada Kami no Kawa (Tuhan sungai), Kami no Hana (Tuhan bunga).
Hubungan Tuhan dan Manusia
Hubungan antara Tuhan dengan manusia menurut konsep Shinto juga cukup
unik. Tuhan hidup di laut, sungai, sawah atau dengan kata lain hidup tidak jauh
dari kehidupan mereka sehari hari. Mikoshi atau Dashi misalnya sebagai
perwujudan dari kereta bagi Kami, yang digotong beramai ramai selama festival
di kuil mungkin adalah salah satu contoh menarik. Simbul Tuhan atau "Kereta
Tuhan" ini tidaklah diarak dengan hormat dan khidmad namun diguncang
guncangkan, dibenturkan, dibenamkan ke laut serta dinaiki beramai ramai

bahkan diduduki pada bagian atapnya oleh beberapa orang selama proses
prosesi. Hal yang cukup aneh. "Apakah Tuhannya tidak marah ?"
Doa dan Ibadah
Shinto kurang begitu akrab dengan aktivitas ibadah dalam arti menyembah
dengan tujuan memuji dan mengagungkan kebesaran Kamisama atau Tuhan.
Mereka cendrung lebih dekat dengan konsep "doa" yaitu menyembah dengan
tujuan "meminta sesuatu" kepada Tuhan seperti agar lulus ujian, diterima
bekerja di perusahaan tertentu, dikaruniai kesehatan, umur panjang dan berbagai
permintaan yang bersifat duniawi. Dengan konsep ini tentu saja ibadah
bukanlah sesuatu yang wajib dan menjadi keharusan. Jadi secara umum bisa
dikatakan kebanyakan orang Jepang berdoa cukup hanya setahun sekali yaitu
saat tahun baru. Pada saat itu kita bisa menyaksikan puluhan bahkan ratusan
ribu orang yang datang memenuhi memadati areal kuil.
Tata Cara Ibadah
Tata cara ibadah atau berdoa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu
melemparkan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar,
mencakupkan kedua tangan di dada dan selesai. Jadi semua proses berdoa yang
dilakukan dengan berdiri ini tidak lebih dari sepuluh detik. Doa dilakukan tidak
mengenal hari atau jam khusus jadi bebas dilakukan kapan saja. Sedikit catatan,
bisa saya sebutkan bahwa tata cara doa di kuil Shinto dengan kuil Buddha
sangatlah mirip. Yang sedikit berbeda adalah di kuil Buddha tangan dicakupkan
ke depan dada dengan pelan, hening dan tanpa suara, sedangkan kuil Shinto
adalah sebaliknya yaitu mencakupkan tangan dengan keras sehingga
menghasilkan suara sebanyak dua kali (mirip tepuk tangan).
Tidak Ada Pembangunan Kuil Baru
Satu hal lagi yang paling menarik dari Shinto adalah hampir tidak pernah
adanya pendirian kuil baru di dalam negeri. Semua bangunan kuil ataupun Tera
(untuk agama Buddha) yang ada sekarang ini adalah banguan lama atau kuil
baru hasil renovasi dari kuil lama. Sehingga bukan pemandangan aneh kalau
pemukiman kota baru hampir bersih dari banguan tempat ibadah Shinto maupun
Buddha namun yang ada dan mudah ditemukan justru adalah bangunan gereja
atau bahkan mungkin masjid.
Pendeta
Ketika kita memasuki kuil Shinto, umumnya kita akan disambut oleh seorang
atau sekelompok gadis muda berpakaian lebar berwarna putih bersih dan rok
lebar berwarna merah menyala menutup sampai mata kaki. Rambut lurus sisir
rapi dan diikat lurus kebelakang. Mereka adalah orang yang mengabdikan diri
untuk kuil dan dinamai dengan sebutan Miko. Tugas utama mereka adalah

memimpin ritual tertentu, menari dan juga sekaligus juga sebagai sebagai
penjual tiket masuk, penjual Omamori (jimat keberuntungan) serta menyapu
atau menjaga kebersihan kuil. (bersih bersih dianggap juga sebagai bagian dari
ritual).
Status untuk menjadi seorang Miko cukup unik karena dituntut harus masih
gadis. Jadi adalah hal umum kalau profesi ini cendrung hanya dijalankan selama
beberapa tahun saja dan harus mengundurkan diri setelah berkeluarga
Festival
Festival dan perayaan atau yang dikenal dengan nama Matsuri dalam bahasa
Jepang adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ritual Shinto.
Bagi masyarakat umum, matsuri dianggap tidak lebih dari perayaan budaya
tahunan belaka. Masing masing kuil mempunyai matsurinya sendiri sendiri dan
tiap kuil ataupun daerah yang satu dengan daerah yang lain mempunyai
keunikannya perayaannya sendiri sendiri. Perayaan matsuri yang bersifat
nasional seperti halnya hari raya agama yang kita kenal sama sekali tidak
dijumpai di Jepang. Shinto saat ini kebanyakan disebut sebagai No Religion,
yaitu suatu konsep baru yaitu bermoral dan beretika tanpa harus beragama atau
Percaya pada Tuhan tanpa harus beragama
Kebebasan
Kebebasan yang dimaksud disini adalah dalam arti luas khususnya dalam hal
agama dan kepercayaan. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya bahwa tidak ada
keharusan bagi seorang pemeluk Shinto untuk mendatangi kuil dan juga tidak
ada keharusan untuk berdoa atau sembahyang di dalamnya dan dilain pihak
mereka juga bisa bebas memasuki atau bahkan berdoa di tempat agama lain
tanpa hambatan karena Shinto sendiri tidak memiliki ajaran untuk
mengharuskan ataupun melarang hal itu. Hal ini sering dianggap sebagai salah
satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh ajaran agama baru.
Kitab Suci
Kitab suci agama Shinto yang paling tua ada dua buah, yang disusun sepuluh
abad sepeninggal Jimmu Tenno (660 SM) yang merupakan kaisar Jepang yang
pertama, yaitu; Kojiki (Catatan dari hal-hal Kuno) yang mencatat peristiwaperistiwa purbakala yang disusun pada 712 M, dan Nihongi (Sejarah Jepang)
yang ditulis pada 720 M oleh seorang.
Shinto Bukan Agama
Bagi orang Jepang sendiri Shinto jelas bukanlah agama jadi wajar kalau kita
tidak akan pernah mendengar ada orang Jepang yang mengaku beragama
Shinto. Bahkan dalam kehidupan sehari hari dimasyarakat, kata Shinto nyaris

tidak pernah dipergunakan. Mereka hanya mengenal kata Jinja yang artinya
kuil (shrine) sebagai tempat untuk berdoa.
MATERI GAYA HIDUP DI JEPANG
Mayoritas orang jepang merupakan pekerja keras yang lebih tinggi daripada
bangsa lain. Dari penelitian orang jepang tidak pernah menyerah dalam
menghadapi segala apapun. Budaya yang tersimpan dalam dari orang jepang
adalah bunuh diri. Ketika orang mengerti bahwa yang dilakukan adalah
kesalahan besar bagi bangsanya maka rasa malu itu dilontarkan dalam bentuk
bunuh diri sebagai penghormatan untuk segala kesalahannya.
Gaya hidup orang jepang ini memang tergolong unik dari pandangan bangsa
lain. Karena orang jepang pintar dalam menemukan inovasi baru. Bangsa yang
memang bukan bangsa penemu ini sudah terkenal dengan inovasi dalam
pembuatan apapun, sehingga produk yang dikeluarkan berkualitas tinggi dan
terjamin. Memang sudah dari jaman dinasti perang sebelum samurai orang
jepang terkenal dengan ketekunannya dalam membuat sesuatu, sehingga hal ini
menyebabkan bangsa lain meniru akan perilaku yang dapat menghasilkan
barang yang bagus dari orang jepang.
Di negara Sakura ini orang yang hidup selalu memberikan sapaan dahulu, ketika
pagi anda pasti akan mengetahui orang yang selalu berkata "Hohaiyo gutaima"
artinya selamat pagi. Hal ini memberikan nilai tambah bagi orang jepang untuk
menjaga tradisi mereka.
Karena orang Jepang sangatlah menggantungkan orang lain sebagaimana untuk
keperluan bersama maka mereka selalu ramah terhadap siapapun. Namun bila
mereka sendiri maka mandirilah yang akan selalu menyelimuti harinya. Rasa
mandiri memang dirasakan sejak kecil saat mulai menganjak bersekolah dasar.
Mereka dilatih untuk membawa tas berisi makanan dan minuman serta jalan
kaki dari rumah hingga kesekolah sendiri.
Gaya hidup orang jepang sendiri bisa digambarkan sebagai berikut ini.
1. Pantang Menyerah
Terinspirasi dari "Kegagalan adalah Keberhasilan yang tertunda" orang Jepang
ini memang pantang menyerah dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan
apapun. Sehingga dalam menghadapi masalah mereka selalu menyeleseikannya

hingga selesei, karena hal ini akan menjadi bukti bahwa pantang menyerah
selalu membuahkan hasil yang maksimal. Sehingga bagi orang Jepang sendiri
kesuksesan adalah nyata dan bisa diraih kapan saja yang diinginkan dengan
dasar pantang menyerah.
2. Kerja Keras
Orang yang selalu bekerja keras maka akan mendapatkan suatu hasil yang
maksimal. Hal ini dikerjakan oleh orang Jepang. Bila mereka mengerti tentang
arti kerja keras maka hal ini akan menjadikan pekerjaannya adalah salah satu
hobi yang sangat penting untuk perkembangan bangsanya. Budaya kerja keras
ini untuk orang jepang adalah salah satu warisan yang terdalam dari nenek
moyangnya.
Kerja keras memang sangatlah klasik bagi sebagian besar orang untuk
mendapatkan suatu kesuksesan yang baik untuk dirinya. Kerja keras
memberikan kesuksesan yang besar bagi dirinya sehingga apapun yang
diinginkan atau dicita-citakan akan berhasil. Bagi orang Jepang sendiri kerja
keras memberikan semua yang diinginkan dan tidak ada budaya malas malasan. Bila mereka bekerja namun tidak mendapatkan hal yang baik maka
mereka akan selalu mencari dan mengerjakan hingga berhasil. Orang jepang
sendiri akan menjadikan apa yang dilihat dan dirasakan bila itu menghasilkan
maka akan dijadikan pekerjaan yang baik untuknya.
3. Rasa Malu
Menjaga harga diri atau rasa malu terhadap sesuatu yang memalukan adalah
tradiri yang bisa dipetik disini. Rasa malu yang tinggi ini membuat orang jepang
selalu menghormati segala hal yang diperintahkan bila itu penting. Jika rasa
malu tersebut tidak bisa menutupi kesalahannya maka bunuh diri adalah hal
terbaik dilakukan oleh orang Jepang. Budaya selalu menjaga kehormatan ada di
dalam diri orang Jepang.
4. Rajin Membaca
Dari sini terlihat gaya hidup orang jepang ketika berada di beberapa tempat
seperti halte, bus stop, pinggir jalan, dan sebagainya orang jepang terlihat
mereka membaca koran walau itu koran yang sudah kemaren dibaca. Hal ini
menandakan bahwa mereka adalah pembaca yang baik, sehingga tidak ada
orang yang bermalas - malasan di negeri sakura ini. Budaya baca ini sudah ada

sejak sebelum perang dunia. Karena dengan membaca mereka meyakini bahwa
ilmu pengetahuan akan tetap terjaga.
5. Menjaga Tradisi
Untuk meninggikan drajat dari suatu bangsa maka orang Jepang ini menjaga
tradisinya untuk menunjukan pada dunia bahwa apa yang pernah ditinggalkan
oleh nenek moyang tidak harus dihilangkan. Berbeda dengan orang Indonesia,
bahasa dan kata - kata yang dimiliki semua diubah secara drastis menjadi
kebudayaan barat. Hal ini tidak membuat kebudayaan sautu bangsa menjadi
tinggi namun merendahkan mereka. Orang Jepang ini memang pandai dalam
menjaga tradisi, disisi lain orang hanya bisa berbahasa alfabet, namun orang
jepang ini mengembangkan penelitiannya untuk bahasanya hingga kata katanya tetap dijaga hingga saat ini.
6. Loyalitas
Perkembangan yang baik bermula dari loyalitas. Bangsa Jepang memang bukan
bangsa penemu namun mereka memiliki kelebihan dari segi loyalitas. Mereka
mampu bertahun - tahun menggeluti pekerjaannya tanpa ada rasa bosan
sekalipun. Hal ini terjadi hingga sekarang. Bila anda amati perkembangan di
bidang motor Honda saja sampai sekarang ini sudah memiliki banyak pengaruh
yang begitu besar bagi masyarakat dunia karena pekerjaan yang dilakukan dari
perusahaan Honda hingga menjulang ke medan balap.
7. Menghormati Orang Tua
Pekerjaan dan kesuksesan boleh maju, namun untuk menghormati orang tua
haruslah ditunjukan dengan segala kehormatan dan tindakan. Orang Jepang
adalah contoh penghormatan didunia terbaik dari negara - negara barat. Mereka
berani mengorbankan nyawanya untuk keperluan bersama. Sehingga hal ini
membuat inspirasi bagi negara - negara maju lainnya.

MATERI PENDIDIKAN DI JEPANG


Kualitas pendidikan di Jepang memang tak perlu dipertanyakan lagi, jika
melihat berhasilnya Jepang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Salah satu yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia adalah kurikulum pendidikan di negara tersebut. Tak
hanya di Indonesia yang gemar ganti kurikulum pendidikan, negara maju seperti
Jepang pun kerap ganti kurikulum. Perubahan tersebut mau tidak mau
membawa dampak perubahan permintaan kualifikasi dan kompetensi pendidik
di Jepang.
Tingkatan pendidikan di Jepang sama dengan di Indonesia yaitu dengan
menggunakan sistem 6-3-3 (6 tahun SD, 3 tahun SMP, tiga tahun SMA) dan
Perguruan Tinggi. Pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
digolongkan sebagai Compulsory Education dan Sekolah Menengah Atas
digolongkan sebagai Educational Board.
Di Jepang Pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa
yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik
ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir juga tidak ada, karena SD dan
SMP masih termasuk kelompok compulsory education, sehingga siswa yang
telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi
kali ini mereka harus mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya
soal ujian dibuat oleh Educational Board.
Menurut Ahmad Sentosa dalam artikel berjudul Kurikulum dan Kompetensi
Guru di Jepang, Ia menjelaskan untuk level pendidikan taman kanak-kanak
(TK), di Jepang lebih cenderung merupakan lembaga pengembangan dan
pelatihan kebiasaan sehari-hari. Karena itu pendidikan di level TK bukanlah
pengajaran, tatapi lebih tepat disebut pendidikan.
Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), sifat dan karakteristik kurikulum
di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia.Hanya yang
membedakan adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya
diajarkan di kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah
untuk mengenalkan dan membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri.

Daripada mengajarkan mata pelajaran IPA dan IPS, Jepang lebih memilih
memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari kepada anak-anak yang baru
lulus dari tingkat TK yang lebih memfokuskan kegiatan bermain daripada
belajar di dalam kelas.
Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi
yang lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan
tidak secara khusus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali
kelas sejam seminggu atau diintegrasikan melalui pelajaran lain. Dan
pendidikan moral sudah termasuk pada pendidikan agama (Kristen, Budha,
Shinto). Selain murid disibukkan dengan pendidikan akademik, pendidikan
bersifat estetik berupa musik dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar
di kelas 1 dan 2.
Untuk pendidikan SMP, kurikulum menitik beratkan pada pendidikan bahasa
Jepang, matematika, IPA dan IPS. Sedangkan pendidikan bahasa asing seperti
Inggris dan Jerman tidak diwajibkan dan hanya bersifat pilhan bagi murid.
Pelajaran bahasa Inggris baru dijadikan pelajaran wajib di level SMP pada
kurikulum 2002. Adanya mata pelajaran pilihan seperti bahasa Jepang, IPS,
matematika, IPA, musik, art, pendidikan jasmani, keterampilan, dan bahasa
asing, merupakan pembeda khas antara kurikulum pendidikan SMP di Jepang
dan Indonesia. Selain pendidikan utama di Jepang juga dilengkapi dengan
pendidikan ekstrakurikuler seperti di Indonesia.
Dibandingkan kurikulum SD dan SMP, kurikulum SMA di Jepang paling sering
berubah. Pada tingkat ini sudah diadakan sistem penjurusan seperti di Indonesia.
Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya pelajaran yang diajarkan.
Contohnya pelajaran bahasa Jepang yang mulai dikelompokkan menjadi
literatur klasik dan modern. Penjurusan dilakukan di kelas 3, jurusan yang ada
meliputi IPA dan budaya/sosial. tetapi seiring berjalannya waktu penjurusan
mengalami perkembangan karena banyaknya lulusan SMA yang memilih
akademi yang terkait dengan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan
masyarakat, dan lain lain.
Bukan hanya di Indonesia saja banyak pro dan kontra tentang kurikulum
pendidikan, di jepang pun kurikulum dilakukan secara top down, bukan bottom
up. Karenanya banyak yang tidak dapat diterapkan di sekolah secara optimal.

Dan pada akhirnya mendapat protes keras dari para guru. Di Jepang
memperlakukan kegiatan belajar di luar secara berkala, mereka mengunjungi
tempat-tempat bersejarah dan lahan pertanian atau perkebunan untuk belajar
memetik teh, jeruk dan menggali umbi-umbian, bahkan sampai belajar
menanam padi di sawah. Di lain waktu, siswa secara berkelompok diajarkan
cara menumpang kereta (densha) untuk melatih kemandirian, selain itu diselingi
kegiatan wawancara dengan berbagai narasumber kemudian menjadi bahan
untuk presentasi di depan kelas.
Sepertinya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak
hanya bergantung pada sistem pendidikan itu sendiri, tapi setiap sistem dan
orang di dalamnya seperti guru dan para pelajar pun harus ikut mendukung
untuk mencapai visi dan misi yang sama. Jadi, Jepang dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas pun tidak semata-mata dengan hasil
instan tapi dengan proses yang hampir sama dengan negara maju lain pada
umumnya. Karena seperti yang dikatakan sebelumya proses kurikulum di
Jepang pun tidak lepas dari kata bongkar pasang, tapi dengan loyalitas para
pengajar dan tingkat kedisiplinan pelajar akhirnya dapat menciptakan banyak
SDM berkualitas.
Ciri-ciri pendidikan Jepang
1. Perhatian pada pendidikan datang dari bermacam-macam pihak
2. Sekolah Jepang tidak Mahal
3. Di Jepang Tidak Ada Diskriminasi Terhadap Sekolah
4. Kurikulum sekolah Jepang sangat berat
5. Sekolah sebagai unit pendidikan
6. Guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan
7. Guru jepang penuh dedikasi
8. Guru jepang merasa wajib memberi pendidikan orang seutuhnya
9. Guru Jepang bersikap adil.

MATERI TARIAN DAN MUSIK


DI JEPANG
Musik Jepang merupakan gaya musik khas Jepang dari beragam artis, baik
tradisional maupun modern. Kata musik dalam bahasa Jepang berarti ongaku
(?), menggabungkan on (?, sound, suara) dengan gaku (?, music,
musik). Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua di dunia, dengan nilai
total area penjualan mencapai 4,422.0 juta dollar dan sebagian besar pasar
didominasi oleh artis Jepang. Musik lokal sering muncul di berbagai tempat
karaoke, dari label rekaman. Musik tradisional Jepang sangat berbeda dari
Musik Barat.
Biwa hshi, Heike biwa, ms, dan goze
Biwa (bahasa Tionghoa: - pipa), lute, dimainkan oleh sekelompok pemain
keliling (biwa hshi) () yang digunakan untuk mengiringi sebuah
cerita. Yang paling terkenal dari cerita ini adalah sejarah The Tale of the Heike,
abad ke-12 dari kemenangan klan Minamoto atas Taira. Serikat ini akhirnya
menguasai sebagian besar budaya musik Jepang. Selain itu, banyak kelompok
musisi buta yang terbentuk khususnya di daerah Kyushu. Musisi tersebut, yang
dikenal sebagai ms ( biksu buta) berkeliling di daerah mereka dan
melakukan berbagai ritual agama untuk menyucikan rumah agar dapat
membawa kesehatan dan keberuntungan. Biwa yang mereka mainkan jauh lebih
kecil dari Heike biwa () yang dimainkan oleh biwa hshi. Terkait
Lafcadio Hearn dalam bukunya yang berjudul Kwaidan: Stories and Studies of
Strange Things "Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi the Earless), cerita hantu Jepang
tentang seorang biwa hshi buta yang memainkan "The Tale of the Heike"
Seorang wanita buta, yang dikenal sebagai goze (), juga berkeliling di
negeri tersebut sejak zaman abad pertengahan. Dia menyanyikan lagu dan
bermain musik dengan pukulan drum yang dibawanya. Sejak abad ketujuh belas
mereka sering memainkan koto atau shamisen. Organisasi Goze bermunculan di
seluruh negeri, dan ada hingga saat ini di prefektur Niigata.
Taiko
Taiko merupakan drum Jepang dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk
memainkan berbagai genre musik.[butuh rujukan] Taiko ini telah menjadi
sangat populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai instrumen utama perkusi
yang didasarkan pada berbagai daerah dan musik festival masa lalu. Musik taiko
tersebut dimainkan dengan gendang besar yang disebut kumi-daiko. Asal
usulnya tidak pasti, tetapi dapat diperkirakan sejak abad ke-7. Negara Tiongkok
telah mengikuti budaya ini, tetapi instrumen dan musiknya tetap khas Jepang.
Drum Taiko pada zaman ini digunakan saat pertempuran untuk menakuti musuh
dan untuk mengkomunikasikan perintah. Taiko selalu digunakan dalam musik

religius Buddha dan Shinto. Taiko ini hanya dimainkan pada saat acara-acara
khusus dalam kelompok kecil. Tidak hanya laki-laki, kaum wanita juga
memainkan taiko dalam festival semi-agama seperti tarian bon. Taiko modern
konon ditemukan oleh Daihachi Oguchi pada tahun 1951. Pemain genderang
jazz, Oguchi menggabungkan latar musik ini ke dalam ansembel. Gaya energik
ini membuat kelompoknya populer di seluruh Jepang, dan membuat Wilayah
Hokuriku sebagai pusat musik taiko. Popularitas beberapa musisi muncul dari
musik ini termasuk Sukeroku Daiko dan rekan band nya Seido Kobayashi. Pada
tahun 1969 ada sebuah kelompok yang disebut Za Ondekoza yang didirikan
oleh Tagayasu Den; Za Ondekoza dikumpulkan bersama-sama pemain muda
yang berinovasi membangun kembali versi baru dari taiko, yang dipakai sebagai
cara hidup dalam gaya hidup komunal.
Min'y
Lagu daerah Jepang (min'y) dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam
banyak jenis, tetapi sering kali dikelompokkan dari empat kategori utama
seperti: nyanyian kerja, lagu religius (seperti sato kagura, sejenis musik Shinto),
lagu yang digunakan untuk acara pernikahan, pemakaman, dan festival (matsuri,
terutama Obon), dan lagu anak-anak (warabe uta). Pada musik min'y, penyanyi
biasanya disertai dengan alat musik petik shamisen bersama taiko dan seruling
bambu yang disebut shakuhachi. Instrumen lainnya adalah seruling melintang
yang dikenal sebagai shinobue, sebuah bel yang dikenal sebagai kane, drum
tangan yang disebut tsuzumi atau kecapi 13 senar yang dikenal sebagai koto. Di
Okinawa, instrumen utamanya adalah sanshin. Ini adalah instrumen tradisional
Jepang, tapi dengan instrumentasi yang modern, seperti gitar listrik dan
penyintesis. Banyak sekali peristilahan ketika membicarakan musik min'y
seperti ondo, bushi, bon uta, dan komori uta. Ondo pada umumnya menjelaskan
beberapa lagu daerah dengan ayunan khasnya. Lagu khas daerah ini pada
umumnya dapat didengarkan pada festival tarian Obon. Fushi adalah lagu
dengan melodi yang khas. Komori uta adalah lagu pengantar tidur anak. Namanama pada lagu min'yo biasanya meliputi peristilahan deskriptif dibagian akhir.
Contoh: Tokyo Ondo, Kushimoto Bushi, Hokkai Bon Uta, dan Itsuki no
Komoriuta.
Banyak di antara lagu-lagu ini biasanya memerlukan penekanan yang lebih pada
beberapa suku kata tertentu serta teriakan bernada (kakegoe). Kakegoe pada
umumnya merupakan teriakan kegembiraan dalam musik min'y, Kakegoe
sendiri sering dimasukkan sebagai bagian paduan suara. Ada banyak sekali
variasi kakegoe dari satu wilayah ke wilayah lainnya
Tari Tradisional Jepang Ada dua jenis Jepang tari tradisional:
Tari Bon Odori
"Bon Odori" dalam bahasa Jepang. Orang-orang menari Tari Bon selama Bon
Festival, yang diselenggarakan setiap musim panas di kabupaten dan

lingkungan di setiap kota di Jepang. Bon minggu diadakan pada bulan Agustus
setiap tahun, dan Obon, seperti yang sering dikenal, terus selama sekitar satu
minggu. Bon berarti 'menyambut nenek moyang dan memegang jiwa upacara
peringatan bagi mereka. Selama Bon, kadang-kadang semua sanak keluarga
berkumpul dan mengadakan upacara peringatan untuk nenek moyang mereka,
dan mencerminkan dan bernostalgia. Praktek ini berasal dari tradisi Buddhis
Cina, perpaduan sinergis dari kepercayaan Buddha dan pemujaan leluhur.
Tari Nihon Buyo
Nihon buy (, tari Jepang) adalah terjemahan bahasa Jepang untuk
istilah bahasa Inggris Japanese dance. Istilah "buy" pertama kali diperkenalkan
oleh budayawan Tsubouchi Shy dan Fukuchi Genichir yang yang mengacu
pada dua kelompok besar tari klasik Jepang: mai () dan odori (). Mai
adalah menari diiringi nyanyian atau musik tradisional dengan seluruh bagian
telapak kaki yang tidak pernah diangkat melainkan diseret-seret (suriashi),
walaupun kadang-kadang ada juga gerakan menghentakkan kaki. Gerakan tari
bisa dilakukan dengan berputar di dalam ruang gerak yang sempit atau seluruh
panggung sebagai ruang gerak.
Tari Noh
Noh ( , NO ), atau Nogaku (, Ngaku ) adalah suatu bentuk utama
musik Jepang klasik drama yang telah dilakukan sejak abad ke-14. Banyak
karakter bertopeng, dengan laki-laki memainkan peran laki-laki dan perempuan.
Repertoar ini biasanya terbatas pada satu set khusus memutar sejarah. Sebuah
pertunjukan Noh sering berlangsung sepanjang hari dan terdiri dari lima Noh
bermain diselingi dengan pendek, humoris Kygen potong.
Tari Kabuki
Kabuki (, kabuki ) adalah sangat bergaya klasik Jepang tari - drama.
Teater Kabuki dikenal untuk penyesuaian dgn mode drama dan rumit untuk
make-up yang dikenakan oleh beberapa pemain tersebut. Individu kanji karakter
, dari kiri ke kanan, berarti menyanyi (), tari (), dan keterampilan ().
Kabuki Oleh karena itu kadang-kadang diterjemahkan sebagai "seni menyanyi
dan menari. Ini adalah, bagaimanapun, Ateji karakter yang sebenarnya tidak
mencerminkan etimologi . Kanji dari 'keahlian', namun, umumnya mengacu
pada seorang pemain di teater kabuki. Karena kata kabuki diyakini berasal dari
kata kerja kabuku, berarti "ramping" atau "untuk keluar dari" biasa, kabuki
dapat diartikan sebagai "avant-garde" atau "aneh" teater. Ekspresi kabukimono
( ) awalnya dimaksud untuk orang-orang yang berpakaian aneh dan
berjalan dengan angkuhnya di jalan.

MATERI FESTIVAL DI JEPANG


Di setiap daerah di Jepang memiliki berbagai festival atau dalam bahasa Jepang
di sebut dengan Matsuri. Festival ini menggambarkan ciri khas masing-masing
daerah. Hampir setiap bulan ada pelaksanaan festival di setiap daerah di Jepang.
Festival Sichi-Go-San
Shichi-Go-San (, Shichigosan, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang
yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan
dilakukan setiap tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari
libur.
Peserta perayaan adalah anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, dan anak
perempuan berusia 3 dan 7 tahun. Umur-umur tersebut dipercaya sebagai
tonggak sejarah dalam kehidupan, dan angka-angka ganjil menurut tradisi
Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Anak-anak yang cukup umur
sebagai peserta Shichi Go San didandani dengan kimono dan dibawa ke kuil
Shinto untuk didoakan. Orang tua memanfaatkan kesempatan ini untuk
mengabadikan anak-anak yang sudah berpakaian bagus dengan berfoto di studio
foto.
Anak-anak yang merayakan Shichi Go San mendapat hadiah permen panjang
yang disebut permen chitose (, chitoseame, permen seribu tahun) yang
dipercaya membuat anak sehat dan panjang umur. Kantong tempat permen
chitoseame bergambar kura-kura dan burung jenjang yang merupakan simbol
umur panjang.
Festival Tanabata
Tanabata () atau Festival Bintang adalah salah satu perayaan yang
berkaitan dengan musim di Jepang, Tiongkok, dan Korea. Perayaan besarbesaran dilakukan di kota-kota di Jepang, termasuk di antaranya kota Sendai
dengan festival Sendai Tanabata. Di Tiongkok, perayaan ini disebut Qi Xi.
Tanggal festival Tanabata dulunya mengikuti kalender lunisolar yang kira-kira
sebulan lebih lambat daripada kalender Gregorian. Sejak kalender Gregorian
mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata diadakan malam tanggal 7 Juli,
hari ke-7 bulan ke-7 kalender lunisolar, atau sebulan lebih lambat sekitar
tanggal 8 Agustus. Aksara kanji yang digunakan untuk menulis Tanabata bisa
dibaca sebagai shichiseki (, malam ke-7). Di zaman dulu, perayaan ini juga
ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, tapi tetap dibaca Tanabata ().

Tradisi perayaan berasal dari Tiongkok yang diperkenalkan di Jepang pada


zaman Nara.
Festival Hanami
Hanami (, melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam
menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura
merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami
juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah
pohon sakura. Pohon sakura mekar di Jepang dari akhir Maret hingga awal
April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido). Prakiraan pergerakan mekarnya
bunga sakura disebut garis depan bunga sakura (sakurazensen). Prakiraan ini
dikeluarkan oleh direktorat meteorologi dan berbagai badan yang berurusan
dengan cuaca. Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang
ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.
Festival Hinamatsuri
Hinamatsuri (, ) atau Hina Matsuri adalah perayaan setiap
tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak
perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set
boneka yang disebut hinaningy (, boneka festival).
Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayangdayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan
tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya
zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak
Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan
yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri).
Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di
rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum
hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari
kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus
segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.
O-Bon
Merupakan peristiwa keagamaan Budhis dimana setiap keluarga di Jepang
menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya arwah para leluhur
yang tinggal untuk beberapa hari lamanya di rumah mereka. Sejumlah
penerangan api yang dipasang di sekitar rumah merupakan sambutan selamat
datang. Selama masa O-bon, keluarga meletakkan sesajen buah-buahan dll, di

meja sajen. Di beberapa daerah juga, dilakukan tarian massal O-bon dengan
iringan sejumlah instrumen musik tradisional seperti tambur taiko, sruling, dll
dengan irama yang dinamis. Sebagai penutup perayaan, dilakukan pelarungan
lentera-lentera kecil berwarna-warni di sungai terdekat secara beramai-ramai.
Tsukimi
Merupakan pesta menikmati indahnya bulan purnama di musim panas sekitar
pertengahan bulan Agustus. Di Jendela dimana terlihat bulan purnama,
diletakkan sesajen khusus. Hal ini sebenarnya merupakan wujud pemujaan alam
oleh masyarakat pertanian untuk memperoleh panen yang berlimpah.
Hakata Gion Yamakasa
Perayaan ini diadakan 1-15 Juli di Hakata (prefektur Fukuoka) dan dimulai
sejak zaman Kamakura (1185-1333), dalam rangka mengusir bencana penyakit.
Kuil-kuil kecil (Shinto) gotongan (O-mikoshi) diarak beramai-ramai, beriringan
dengan kendaraan-kendaraan hias yang disebut Kazari Yamagasa dengan
boneka-boneka besar yang menggambarkan tokoh-tokoh legenda atau sejarah.
Tenjin Matsuri
Merupakan salah satu festival besar dan terkenal di Jepang yang diadakan
tanggal 24-25 Juli di Osaka, dimulai sekitar tahun 1000. Ribuan orang
berarakan menggotong kuil-kuil kecil o-mikoshi dari kuil Temmangu ke
Jembatan Tenjin, kemudian naik perahu-perahu hias dan selanjutnya dilakukan
pesta kembang api.
Awa Odori
Merupakan bagian dari perayaan O-bon yang diadakan pada tanggal 12-15
Agustus dalam rangka menyambut dan mengantarkan kembali arwah para
leluhur. Tarian massal ini konon dimulai lebih dari 400tahun yang lalu, dan
dewasa ini diikuti oleh ratusan ribu peserta yang menari berirama dengan
iringan alat music tradisional shamisen, tambur, seruling, dan lonceng. Biasanya
ada pembimbing tari yang memimpin agar para peserta dapat menari secara
sinkron.

MATERI PAKAIAN TRADISIONAL JEPANG


Kimono
Kimono (secara harafiah berarti sesuatu yang dipakai (ki=memakai,
mono=barang). Pakaian ini dikenali oleh semua orang di kancah internasional.
Walaupun kimono merupakan pakaian sehari-hari orang Jepang pada zaman
dahulu, karena adanya impor pakaian barat pada masa Meiji, kimono tidak lagi
digunakan sebagai baju sehari-hari. Kimono kini hanya dipakai dalam acaraacara tertentu seperti pernikahan, upacara teh, acara tradisional formal, maupun
upacara pemakaman.
Corak dan warna kimono berbeda-beda. Karena kimono khusus laki-laki
cenderung sederhana dengan warnanya yang gelap dan monoton, kimono
wanita jauh lebih populer. Harga kimono pun bervariasi dari 10,000 yen hingga
ratusan ribu yen tergantung dari bahan yang digunakan. Bahan termahal adalah
kain sutera, dan termurah terbuat dari polyester. Corak warna-warninya dibuat
dengan bordir, lukisan, maupun pewarna tekstil.
Akhir-akhir ini jumlah turis yang menyewa kimono semakin bertambah.
Yukata
Kebanyakan orang salah mengira yukata sebagai Kimono. Seiring dengan
perkembangan dunia fashion, corak yukata semakin bervariasi dan cerah,
hampir mirip dengan kimono. Secara tradisional warna yukata dibuat dari kain
katun yang dicelup dengan warna-warna sederhana tetapi sekarang yukata
tersedia dengan berbagai macam warna dan desain. Seperti kimono, yukata
dengan warna-warna cerah dan pola-pola yang lebih berani digunakan oleh
orang muda. Anak-anak menggunakan yukata yang warna-warni, sedangkan
perempuan menggunakan yukata dengan motif bunga. Sedangkan wanita yang
lebih tua menggunakan yukata biru tua dengan pola geometris.
Perbedaan yukata dengan kimono adalah, yukata terbuat dari bahan katun tipis
yang mudah menyerap keringat. Walaupun kimono biasanya dipakai dengan
pakaian dalam panjang di dalamnya, yukata cenderung lebih kasual.
Sebenarnya, yukata (dari namanya sendiri berarti 'pakaian mandi',
digunakan sebagai penutup tubuh sementara seusai mandi. Itu pula alasan
mengapa yukata kebanyakan dipakai di daerah onsen. Pada masa kini, yukata

juga merupakan pakaian musim panas dan sering dikenakan untuk melihat
festival kembang api.
Hakama
Pakaian tradisional ini diadopsi dari celana panjang kostum imperial China pada
jaman dahulu. Hakama pada dasarnya merupakan celana yang diikat di atas
kimono, dan mempunyai 7 kerutan sehingga dianggap mewakili samurai dengan
7 asas bushido mereka. Biasa dipakai dalam pertunjukan tradisional seperti
Noh, Kabuki, dan pakaian seni bela diri kendo serta upacara kelulusan.
Jinbei
Baju ini merupakan pasangan dari yukata (perempuan) yang dipakai saat
festival kembang api di musim panas.
Sebenarnya baju ini biasa dipakai oleh laki-laki sebagai baju tidur. Namun,
karena popularitasnya yang semakin meningkat, baju ini pun mulai dipakai
diluar kamar tidur.
Sama dengan yukata, jinbei terbuat dari bahan katun tipis yang ringan dan
kasual.
Furisode
Walaupun furisode tampaknya pun mirip dengan kimono. Namun, perbedaan
yang paling mencolok adalah lengannya.
Jika kita lihat foto kimono, lengan baju tersebut tidak sepanjang furisode.
Furisode (yang secara harafiah berarti 'lengan berayun' ini merupakan
versi formal dari kimono. Biasa dipakai oleh wanita yang belum menikah,
pakaian ini biasa dipakai dalam upacara kedewasaan (. Walaupun
pada awalnya furisode dipakai pula oleh laki-laki, semakin lama furisode
semakin dikhususkan hanya untuk wanita.
Obi (sabuk)
Merupakan sabuk pinggang dari kain yang dipakai sewaktu mengenakan
kimono atau keikogi. Obi untuk kimono umumnya dibuat dari kain sutra.
Kimono pria dikenakan bersama obi dari kain kaku yang sempit, atau kain
lentur yang panjang. Kimono wanita dikenakan bersama obi berhiaskan corak
tenun atau bordir. Obi dililitkan seperti halnya memakai setagen.

Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil
yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam,
bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila
berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode
hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di
punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan
(kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian
bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk
menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah:
tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa
memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga,
hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh
wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai
untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang
memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti
kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.

MATERI MAKANAN JEPANG


Yakitori
Skewered potongan daging ayam yang dipanggang di atas arang panas.
Sukiyaki
Daging sapi iris tipis dan sayuran direbus dalam panci dangkal besi dalam
campuran kedelai, gula saus dan mirin.
Ramen
Mie dalam kaldu hiasi dengan potongan kecil daging dan sayuran.
Okonomiyaki
Sebuah serabi gurih yang mengandung berbagai bahan. Okonomi, yang berarti
"apa yang Anda suka", dan yaki berarti "panggang". Okonomiyaki favorit saya
adalah di Kiji (di ruang bawah tanah dari Umeda Sky Building) di Osaka.
Sushi
Cuka beras dimasak umumnya atasnya dengan ikan mentah, atau dimasukkan
ke rollsa.
Kushikatsu
Sebuah potongan daging goreng daging atau sayuran skewered pada tusuk sate
bambu dan dimakan dengan saus tonkatsu pencelupan. Aku punya beberapa
kushikatsu baik di toko disebut Daruma terletak di dasar Tstenkaku di Osaka.
Yakiniku
Daging sapi iris tipis dan sayuran dipanggang di atas kompor arang atau gas dan
dimakan dengan tara (manis, kecap asin kental) saus.
Yakisoba
Mie ramen gaya goreng dengan potongan-potongan daging babi dan sayuran
dan dibumbui dengan saus yakisoba.

Tempura
Strip tipis sayuran dan seafood ringan dicelupkan ke dalam adonan kemudian
goreng sebentar dalam minyak panas dan dimakan dengan saus tentsuyu
mencelupkan atau ditaburi dengan garam laut.
Nikuman
Sebuah bun dikukus babi.
Edamame
Edamame adalah kedelai direbus sayuran hijau di polong
Tonkatsu
Sebuah potongan daging, babi dilapisi tepung roti goreng iris menjadi strip tipis
dan disertai dengan bumbu saus manis.
Shabu-shabu
Shabu-shabu, yang berarti "desir desir", disusun oleh merendam daging sapi
diiris tipis dan sayuran dalam panci air mendidih dan desah itu bolak-balik
sampai matang. Daging dimasak dan sayuran biasanya dicelupkan ke dalam
berbagai saus sebelum makan, dan disajikan dengan semangkuk nasi putih.
Teppanyaki
Belum tentu makanan tetapi lebih dari gaya masakan Jepang di mana koki
memasak makanan di atas hot plate di depan para tamu di restoran. Teppan
berarti "plat besi" dan yaki berarti "panggang". Kebanyakan pengunjung
menikmati keduanya menyaksikan manuver terampil koki-koki menyiapkan
makanan serta masakan itu sendiri.
Gydon
Gydon biasanya diterjemahkan sebagai mangkuk daging sapi. Gyu berarti
"sapi" atau "daging sapi", dan tak adalah singkatan donburi, yang berarti
"mangkuk". Ini adalah hidangan Jepang terdiri dari semangkuk nasi atasnya
dengan daging sapi dan bawang direbus dalam saus agak manis dibumbui
dengan dashi, kecap dan mirin.

Soba
Mie tipis terbuat dari tepung gandum hitam dan disajikan baik dingin dengan
saus, atau dalam kaldu panas sebagai mie sup.
Curry Rice
Kari gaya Jepang beras Jepang adaptasi gaya Barat kari, yang menarik
pengaruhnya dari rebusan dicampur dengan bubuk kari.
Oden
Ikan kue, tahu goreng dan sayuran direbus dalam panci panas dan dan tersedia
di sebagian besar toko-toko Jepang.
Udon
Tebal tepung terigu mie dalam kaldu sedikit rasa.

Anda mungkin juga menyukai