Anda di halaman 1dari 15

Ekonomi cara berdagang.

sosial religinya bahasa nya verbal non verbal sosial environtment


education

Negara Jepang adalah salah satu negara maju di wilayah Asia dengan mempunyai beragam
kebudayaan, potensi wisata hingga perkembangan teknologi yang sangat maju. Jika
dibandingkan dengan negara-negara lainnya, negara Jepang merupakan salah satu negara
yang memiliki fasilitas umum paling bersih dan maju setelah negara Singapura.

There are some economical sectors in Japan:

1. Perindustrian

Daerah-daerah industri terpenting di Jepang adalah sebagai berikut:

a) Daerah industri Keihin di Dataran Kwanto terletak di sekitar Teluk Tokyo.Daerah ini
terdapat industri baja, mobil, galangan kapal, alat listrik,e lektronik, tekstil, kimia, kamera,
penyulingan minyak, kertas, dan percetakan. Kota industrinya ialah Tokyo, Yokohama, dan
Kawasaki.

b) Daerah industri Hanshin di Dataran Kinki sekitar Teluk Osaka. Kota-kota industrinya
adalah:
- Osaka : industri tekstil terbesar.
- Kyoto : industri kerajinan tangan, mainan anak-anak, dan industri sutra.
- Kobe : industry mobil, galangan kapal, besi baja, mesin, penyulingan minyak, kimia, dan
alat-alat listrik.

c) Daerah industri Chukyo terletak di Dataran Nobi sekitar TelukIse. Daerah industri ini
meliputi:
- Nagoya : industri pesawat terbang, elektronika, lokomotif, dankereta api.
- Hamamatsu : industri alat-alat musik.

d) Daerah industri Kitakyushu terletak di bagian utara PulauKyushu. Daerah industri


inimeliputi kota:
- Yatawa : industri besi baja terbesar.
- Nagasaki : industri galangan kapal.

Perikanan
Jepang merupakan negara penghasil ikan yang cukup besar didunia. Hasil-hasil perikanan
ialah ikan haring, salmon, sardin, kerang, mutiara, tuna, hiu, dan paus. Selain itu juga jepang
adalah salah satu negara penghasil rumput laut.
Pertanian
Pertanian di Jepang sangat maju, walaupun lahan pertaniannya hanya 16% dari luas
daratannya. Hasil pertaniannya berupa padi, gandum, kentang, kacang, kedelai,teh, dan
murbei. Sayur-sayurannya berupa lobak, kol, ketimun, tomat,wortel, bayam, dan selada.
Sedangkan buah-buahan yang banyak ditanam adalah jeruk dan apel. Hasil pertanian yang
diekspor ialah teh hijau, tembakau, dan gula.

Pertambangan
Hasil pertambangan negara Jepang tidak begitu banyak, sehinggamasih harus mengimpor
dari negara lain. Hasil tambang Jepang adalahsebagai berikut:
a) Bijih besi: di Pulau Honshu
b) Batu bara: di Pulau Hokkaido, Honshu, dan Kyushu
c) Minyak bumi: di Pulau Honshu dan Hokkaido.

INTI PEREKONOMIAN
Termasuk Negara industri terbesar di dunia membuat Jepang menghasilkan banyak
penduduk yang berprofesi sebagai Karyawan. Produk – produk Jepang mulai dari
keperluan sehari – hari seperit sumpit dan sendok sampai pembuatan kapal. Dikenal sebagai
pekerja keras, hampir seluruh masyarakat Jepang yang berprofesi sebagai karyawan
menghabiskan banyak waktu mereka dikantor, dan juga jarak kantor dan rumah yang
berada sangat jauh membuat mereka terkadang harus menginap di kantor.

Meskipun terkenal denga perindutrian, masyarakat Jepang juga tidak meninggalkan


pencaharian primer seperti pertanian dan perikanan. Jepang juga dikenal sebagai Negara
yang memiliki makanan tradisional yang erat kaitannya dengan ahsil laut. Rata – rata
makanan Jepang yang mendunia teridri dari hasil – hasil laut yang segar. Seperti Sashimi
yang berbahan ikan segar, juga ada Sushi yang berbahan ikan segar. Konsumsi ikan dan
rumput laut masyaarakat Jepang sangat lah banyak dibandingkan masyarakat Korea, mereka
juga terkenal dengan penghasil Tuna terbaik di dunia.

Oleh sebab itu mata pencaharian sebagai Nelayan juga menajdi salah satu pekerjaan yang
masuk kedalam hitungan. Jika rata – rata taraf kehidupan Nelayan Indonesia sangat jah dibwa
rata – rata, namun tidak dengan Negara Jepang. Setiap Nelayan memiliki kehidupan yang
makmur, jaminan kesehatan yang terjamin, juga pendidikan bagi anak – anak mereka. Rata –
rata dari nalayan Jepang mendapat bantuan dari pemerintah seperti misalnya; kapal – kapal
nelayan akan diganti setiap tiga tahun sekali, perlengkapan memancing akna disediakan oleh
pemerintah untuk tiap – tiap kelompok nelayan, juga terdapat penyuluhan untuk para nelayan
dalam menciptakan metode – metode baru untuk menjaga ekosistem lauta agar tetap baik.

Tidak hanya itu, hal yang lain yag menjadi alasan kehidupan nelayan mereka yang makmur
adalah karena mereka patuh terhadap peraturan dan tabu setempat. Di zaman yang sudah
modern masyarakat Jepang masih terikat dengan kepercayaan Dewa – dewa laut, hal itu
membawa dampak positif karena dengan mepercayai dewa mereka tidak akan merusak
ekosistem laut, karena mereka percaya merusak ekosistem laut akan membuat dewa sehingga
ttidak memudah rezeki mereka lagi. Untuk peraturan, paraturan pemerintah untuk perikanan
berlaku dan di patuhi oleh seluruh masyarakat Jepang, misalnya seperti tidka boleh memakai
pukat harimau, memiliki jadwal – jadwal tertentu untuk menangkap ikan, memakai jarang
yang berukuran besar sehingga hanya ikan – ikan besar saja yang tertangkap sedang ikan –
kan kecil akan lepas dan dapat tumbuh kembali di dalam laut.

1. BUDAYA ORANG JEPANG (CUSTOM)

1. Sangat menjaga kebersihan


Bukan hal yang lumrah melihat sampah berserakan di jalanan Jepang. Justru akan sangat sulit
menemukan tempat kotor yang banyak sampah disana.

Di Jepang membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasaan yang mendarah
daging. Jika kamu berkunjung ke Jepang kamu akan sedikit kesulitan menemukan tempat
sampah, walaupun sulit tetap tidak ada yang membuang sampah sembarangan. Masyarakat
akan membawa sampahnya sampai mereka pulang ke rumah loh.

2. Tidak berisik di dalam transportasi publik


Mengobrol santai di dalam transportasi umum atau bahkan menerima telepon dengan suara
yang mampu di dengar satu gerbong kereta mungkin sering kita jumpai di Indonesia. Tapi,
ketika kamu berada di dalam transportasi publik di Jepang akan sangat terasa kesan sunyi,
padahal jumlah orang yang ada di dalam sangat penuh layaknya ikan sarden yang berada di
dalam kaleng.

Hal ini karena orang Jepang tidak ingin mengganggu ketenangan umum, jika ponselnya
berbunyi mereka akan langsung menolak panggilannya atau berbicara sebentar menjelaskan
bahwa mereka sedang berada di transportasi umum.

3. Bersepeda ke sekolah
Jepang adalah negara maju sehingga mereka bisa memproduksi sendiri kendaraan seperti
motor dan mobil. Sangat banyak merek motor dan mobil Jepang yang dipasarkan di
Indonesia. Tapi, justru pelajar di Jepang lebih memilih naik sepeda dibandingkan naik motor
atau mobil pribadi.

Sangat berbanding terbalik ya dengan kebanyakan pelajar di Indonesia yang lebih memilih
berangkat sekolah menggunakan motor walaupun belum punya sim.

4. Lebih memilih transportasi umum daripada kendaraan pribadi


Walaupun harga kendaraan di Jepang relatif murah, tetapi warga Jepang enggan
menggunakan kendaraan pribadi dan lebih memilih naik transportasi publik. Hal ini
disebabkan jika seseorang membeli kendaraan, maka dia harus mempunyai lahan parkir atau
menyewa lahan parkir yang ada dengan harga yang relatif mahal. Selain itu pajak yang tinggi
juga membuat warga Jepang enggan menaiki kendaraan pribadi.
5. Sopan santun
Jepang merupakan negara dengan tingkat kesopanan yang tinggi. Masyarakatnya memiliki
kesadaran yang tinggi dalam hal kesopanan, ketertiban, dan kebersihan.

Bahkan di Jepang jika kamu ingin buang angin, kamu harus keluar terlebih dahulu atau
mencari tempat sepi yang tidak diketahui orang lain. Jika kamu buang angin sembarangan
mereka akan menganggap kamu tidak sopan dan memiliki etika yang buruk.

6. Punya rasa malu yang tinggi


Budaya malu juga salah satu hal yang telah mendarah daging di Jepang, masyarakat Jepang
akan merasa malu saat berbuat kesalahan. Saat kesalahan mereka diketahui orang lain maka
mereka akan mengakuinya dan langsung meminta maaf.

Seperti pada kasus menteri olahraga Jepang Hakubun Shimomura yang mengundurkan diri
terkait pembatalan rencana pembangunan stadion untuk Olimpiade 2020 di Tokyo karena
pembengkakan biaya. Bahkan dia mengembalikan gajinya selama 6 bulan jadi menteri loh.
Bagaimana ya dengan pejabat di Indonesia?

7. Pekerja keras dan penuh inovasi


Orang Jepang sangat terkenal dengan pekerja keras, mereka banyak menghabiskan waktu
ditempat kerja, bahkan di Jepang orang tua akan bangga saat anaknya pulang malam karena
bekerja. Hal ini karena mereka menganggap pekerja yang pulang malam adalah mereka yang
bekerja sangat keras.

Di Jepang juga dikenal salah satunya prinsip keishan yang berarti kreatif, inovatif, dan
produktif. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang Jepang tidak takut untuk mengeluarkan
karya yang unik, kreatif dan berbeda dari yang lain.

8. Sudah diajarkan mandiri sejak kecil


Kebiasaan baik warga Jepang tidak datang dengan sendirinya. Mereka sudah di didik sedari
kecil untuk bersikap sopan dan tertib. Mulai dari preschool dan TK anak-anak di Jepang
sudah dibiasakan mandiri, mereka akan diajarkan merapikan alat makannya, kemudian
menaruh dan mencucinya sendiri.

9. Minat baca yang sangat tinggi


Tingkat membaca masyarakat Jepang termasuk salah satu yang tertinggi di dunia, membaca
seolah-olah menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat Jepang. Walaupun zaman sudah
semakin canggih masyarakat Jepang tetap tidak melupakan kebiasaan membaca buku loh.
Mereka bisa membaca dimanapun mereka berada, bahkan di dalam transportasi publik
sekalipun.

Anak-anak di Jepang sudah dibiasakan membaca sejak dini, di sekolah mereka dibiasakan
untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
10. Tetap berpegang teguh pada tradisi dan budaya
Jika kamu ingin melihat budaya dan teknologi canggih hidup berdampingan maka negara
Jepang lah jawabannya. Jepang banyak berinovasi dalam bidang teknologi, mereka berhasil
menciptakan robot dengan berbagai macam fungsi yang dapat menggantikan tugas manusia.
Kendati begitu, itu tidak membuat mereka lupa dengan tradisi dan budayanya.

Jepang mencapai kemajuan melalui kebijakan Restorasi Meiji: Masyarakat Jepang berani
terbuka terhadap kebudayaan Barat, mereka hanya mengambil hal-hal baik dari kebudayaan
Barat dan tetap berpegang teguh pada budaya dan tradisi leluhur yang ada. Hal tersebutpun
terus diwariskan kepada keturunan selanjutnya.

Begitu banyak kebiasaan baik masyarakat Jepang yang dapat dicontoh oleh masyarakat
Indonesia. Hal tersebut jangan sampai membuat kita minder dan rendah diri akan tetapi
menjadi acuan kita agar dapat lebih baik lagi. Ayo mulai lakukan kebiasaan baik untuk diri
kita dan tularkan kebiasaan baik itu kepada orang di sekitar kita.

2. SOSIAL

a. Masyarakat Jepang dikenal memiliki etika berinteraksi sosial yang sangat baik. Hal
ini dapat terlihat ketika masyarakat Jepang melakukan tradisi, ojiki, yaitu
membungkukkan badan ketika pertama kali bertemu dengan orang lain, mengucapkan
terima kasih, dan selalu meminta maaf apabila membuat suatu kesalahan.
b. Rasa keterikatan dengan satu sama lain pada kehidupan masyarakat Jepang memang
sangat kuat. Dalam melakukan hubungan interaksi, masyarakat Jepang memiliki
penegakan nilai-nilai moral untuk saling memahami satu sama lain. Contohnya, pada
saat bertemu di jalan pada seseorang yang di kenal, mereka saling menyapa dengan
menanyakan “Ogenki desuka?” (apa kabar), Hal ini yang membuat bahwa orang
Jepang memiliki sifat keramahan tamahan dalam berinteraksi. Karena orang Jepang
sudah terbiasa menjalin kehidupannya dengan penuh kepedulian terhadap lingkungan
sekitarnya. Seperti contoh, dalam hal etika hidup bermasyarakat dalam berinteraksi
sangat baik dalam kalangan keluarga, rekan bisnis, dan juga masyarakat umum tetap
terjaga dengan baik.
c. Di kalangan keluarga, Jepang adalah negara yang menghargai hubungannya dengan
anggota keluarganya. Dalam bahasa Jepang Ie memiliki dua arti, yakni rumah dan
sistem keluarga. Yang dimaksud dengan Ie adalah sistem keluarga masyarakat Jepang
sebagai tempat berkumpulnya anggota keluarga, serta tempat mereka melaksanakan
kehidupan sosial mereka bersama. Sejak zaman dahulu, orang jepang beranggapan
bahwa rumah dan keluarga adalah aspek yang sangat penting di dalam kehidupannya.
Orang Jepang sangat jarang memuji anggota keluarganya sendiri ketika berbicara
dengan orang lain. Sangat penting bagi mereka bersikap lebih sopan kepada orang
lain karena, memuji anggota keluarga sendiri dianggap tidak sopan.
d. Interaksi di antara rekan bisnis, orang Jepang juga selalu menggunakan kata-kata
salam (Aisatsu). Etiket berinteraksi dengan rekan bisnis pada orang Jepang sedikit
berbeda dengan orang barat. Kata “ya” yang diucapkan pengusaha Jepang tidak selalu
bermakna setuju. “ya” memiliki banyak arti, hal itu belum tentu juga setuju atau
menerima bisnis yang ditawarkan. Orang Jepang memiliki cara halus untuk menolak
tawaran bisnis, demi untuk menjaga keharmonisan dan menghindari perselisihan
dalam hubungannya dengan yang lain. Sebagai negara yang menjunjung tata karma
yang tinggi, Jepang memiliki aturan sendiri yang seolah-olah telah menjadi tradisi di
dalam berbisnis.
e. Karakter istimewa orang Jepang adalah menjunjung tinggi etika saat berinteraksi
dengan orang lain (menghormati), tidak menunjukkan perasaan gembira, sedih, sesal,
dan amarah. Walaupun menekan rasa sulit itu, mereka menganggap itu menunjukkan
ketidakdewasaan dan tidak sopan apabila tidak dilakukan perasaan tersebut dalam
berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, pada saat melakukan suatu perayaan pun
orang Jepang memiliki ungkapan tersendiri dalam suatu perayaan tersebut. Oleh
karena itu, masyarakat Jepang mempunyai ciri khas, tradisi, dan aturan khusus dalam
berinteraksi sosial baik itu di dalam keluarga, hubungan rekan bisnis, dan di dalam
lingkungan keluarga.

3. Religi
Shinto sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang cukup unik.
Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya
memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama
Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata
Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”,
“pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau “agama para dewa”. Dan nama
Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli
bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan agama konfusius (Tiongkok) sudah
memasuki Jepang pada abad keenam masehi.

Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan


kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah
menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua
pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar
tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli
dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi
baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah
pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam
bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar
itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.

Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan
“To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh
orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan
dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan
langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam taoisme yang
berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat
hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham
keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan
yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat
religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang
dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran
Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana
agama dari ajaran ini.

1) Festival Matsuri

Istilah matsuri dalam bahasa Jepang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yakni
Festival dan bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai pesta rakyat atau pekan gembira
dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah. Konsei Matsuri merupakan perayaan
yang melekat dengan Shinto, agama tradisional di Jepang. Untuk itu, matsuri bisa
dikatakan sebagai sebuah kegiatan berdasarkan ajaran keagamaan atau kepercayaan yang
diselenggarakan untuk berada di samping dewa, melayani dewa dan mengabdikan diri
kepada dewa untuk memperingati peristiwa bersejarah. Ketika di kolam air panas tersebut,
peserta wanita melakukan ritual pencucian patung kayu dengan berat sekitar 150 kilogram
dan panjang 1,4 meter. Lalu, salah seorang peserta wanita yang beruntung akan ditunjuk
untuk menunggangi patung tersebut agar enteng jodoh ataupun cepat hamil.

2) Tanabata festival
Tanabata festival (star festival and related season in Japan) held once a year. Tanabata
festival is the habit of hanging strands of hope and decorating colorful tanabata on
bamboo leaves and praying to the stars. Large-scale Tanabata festivals are held in
many places in Japan, mainly along shopping malls and streets, which are decorated
with large, colorful streamers. The celebration is held on the 6th night of the 7th
month, or the morning on the 7th day of the 7th month. Most ceremonies begin after
midnight (1 a.m.) on the 7th day of the 7th month. In the middle of the night the stars
rise close to the zenith, and at the time altair, the star Vega, and the Milky Way galaxy
are easiest to see. On this night, the habit of hanging strands of hope and colorful
tanabata decorations on bamboo leaves and praying to the stars, is very popular in
various places. 

According to calendars once used in Japan such as the Tempo calendar, Tanabata is
celebrated on the 7th day of the 7th month before the obon celebration. After the
Gregorian calendar came into use in Japan, Tanabata was celebrated on July 7, while
most ceremonies were performed at night on July 6. In eastern Japan regions such as
Hokkaido and Sendai, celebrations are held a month later around August 8. Most
famous Tanabata festival is held in Sendai from 6 to 8 August. In the Kantō area, two
of the largest Tanabata festivals are held in Hiratsuka, Kanagawa (around 7 July) and
in Asagaya, Tokyo immediately prior to the start of the Obon holiday in mid August.
3) Festival obon di Jepang dirayakan pada musim panas tepatnya pada tanggal 15 Juli.
Tetapi ada juga beberapa daerah yang merayakannya pada tanggal 15 agustus menurut
kalender Gregorian. Berhubung media lebih banyak menayangkan
perayaan obon pada tanggal 15 agustus maka masyarakat secara serempak
merayakan obon pada tanggal 15 agustus. Festival obon merupakan festival yang
dirayakan untuk menyambut kedatangan para leluhur.
4) Festival Nebuta Aomori, Aomori
Aomori Nebuta Festival adalah festival api Jepang yang
menampilkan setidaknya 20 lampion besar (dikenal sebagai nebuta),
yang diarak di jalan-jalan Aomori di Honshu utara. Kendaraan hias
warna-warni ini terinspirasi oleh kabuki tradisional atau cerita mitos
Jepang dan diterangi selama parade malam.
Festival ini juga menampilkan penari nebuta yang menyertai parade,
bersama dengan pemain yang memainkan alat musik seperti
seruling dan drum. Banyak tamu yang datang ke Aomori untuk
perayaan tahunan ini. Kota Aomori saat festival musim panas
menampung 3 juta wisatawan, selama perayaan berlangsung. Pada
1980, Aomori Nebuta Festival menjadi warisan budaya tak benda
Jepang.
Festival ini berlangsung antara 2 dan 7 Agustus setiap tahun,
dengan parade kendaraan hias dijadwalkan untuk setiap malam
kecuali malam tanggal 7 Agustus.

Obon merupakan singkatan dari urabon, yaitu istilah perayaan yang dilakukan oleh


agama Budha. Hanya saja Jepang mengambil huruf kanji terakhirnya yaitu bon lalu
ditambahkan dengan huruf o, sehingga menjadi obon. Obon juga bisa disebut
dengan bon yang artinya nampan. Apa hubungannya perayaan menyambut para
leluhur dengan nampan? itu dikarenakan pada mulanya perayaan obon dilakukan
dengan cara meletakkan nampan yang berisi barang-barang sebagai persembahan
untuk para leluhur. Seiring dengan berjalannya waktu makna obon mengalami
pergeseran makna yaitu menjadi istilah upacara yang diperuntukkan kepada arwah
leluhur.

5. Pendidikan
Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan
moral di rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib
belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun
hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan
menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar
lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.
Sekolah negeri atau sekolah umum ( 公 立 学 校  kōritsu gakkō) diselenggarakan oleh
pemerintah prefektur atau pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah
pusat. Sebagian besar sekolah dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri
dikelola pemerintah kota. Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh
pemerintah prefektur, dan kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta ( 市
立学校 shiritsu gakkō) diselenggarakan oleh badan hukum.

Tahun ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung


dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri). Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3
caturwulan yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta
liburan musim panas yang lebih panjang.[1] Lama liburan sekolah bergantung kepada
iklim tempat sekolah tersebut berada. Di Hokkaido dan tempat-tempat yang banyak
turun salju, libur musim dingin lebih panjang dan libur musim panas lebih pendek.

Pendidikan anak usia dini memang tidak termasuk dalam pendidikan yang
diwajibkan, tetapi pemerintah menyediakan sekolah TK atau yg disebut dengan
Youchien. Selain itu juga ada Hoikuen (day care). Perbedaan antara Youchien dan
Hoikuen hanya terletak pada jam belajarnya. Youchien hanya dari pukul 8;50-13;30,
sedangkan Hoikuen dimulai sejak pukul 07:00-19:00. Hoikuen memang
diperuntukkan untuk anak-anak yang orang tuanya bekerja dan tidak ada yang bisa
menjaganya. Oleh karena itu, salah satu syarat mendaftarkan ke sekolah ini adalah
surat keterangan bahwa kedua orang tua.

Jam belajar sekolah di negara Jepang umumnya dimulai pukul 09.00 hingga pukul 16.00.


Setiap satu jam belajar, siswa diberikan istirahat selama 15 menit untuk merelaksasi otak
dan otot agar dapat menerima pelajaran selanjutnya.

Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan moral di


rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib belajar pendidikan
dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun hingga 15 tahun. Penduduk
terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan menerima pemberitahuan untuk
memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar lulusan sekolah menengah
pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.
Sekolah negeri atau sekolah umum ( 公 立 学 校  kōritsu gakkō) diselenggarakan oleh
pemerintah prefektur atau pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat.
Sebagian besar sekolah dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola
pemerintah kota. Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah
prefektur, dan kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta ( 市 立 学 校  shiritsu
gakkō) diselenggarakan oleh badan hukum.
Tahun ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung
dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri). Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 caturwulan
yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta liburan musim
panas yang lebih panjang.[1] Lama liburan sekolah bergantung kepada iklim tempat
sekolah tersebut berada. Di Hokkaido dan tempat-tempat yang banyak turun salju, libur
musim dingin lebih panjang dan libur musim panas lebih pendek.

VERBAL AND NON VERBAL COMMUNICATION IN JAPAN

Pada budaya komunikasi masyarakat Jepang, mereka lebih cenderung berinteraksi


dengan komunikasi non-verbal karena kepercayaan yang menganggap bahwa individu
yang terlalu banyak bicara tidak dapat dipercaya sehingga peran komunikasi non-verbal
penting dalam membuktikan komunikasi verbal mereka. Oleh karena itu, ketika kalian
sedang berlibur di Jepang atau berinteraksi dengan masyarakat Jepang jangan lupa untuk
selalu memperhatikan tindakan dan juga perkataan kalian. Untuk menghindari
kesalahpahaman ketika berinteraksi dengan masyarakat Jepang, ada beberapa tips and
trick  yang harus kalian perhatikan.

1. Tidak ada kata terlambat ketika janjian


Salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang sangat penting bagi masyarakat Jepang
adalah waktu.  Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat Jepang itu sangat
menghargai waktu sehingga ketika kalian membuat janji dengan orang Jepang tidak ada
kata terlambat karena sedikit keterlambatan saja dapat menjadi masalah besar bagi kalian.
2. Tidak boleh memberikan tips ketika di restoran
Berbeda dengan di Indonesia dimana tips merupakan bentuk penghargaan atas jasa dari
karyawan restoran, dalam budaya Jepang pemberian tips termasuk menghina dan tidak etis
karena bagi mereka pemberian tips akan menimbulkan situasi seakan kalian menilai
kinerja mereka. Masyarakat Jepang menganggap bahwa kepuasan dan kesenangan
pelanggan merupakan kewajiban mereka.

3. Membungkuk saat bertemu orang lain

Masyarakat Jepang terkenal dengan sopan santunnya, sehingga di Jepang sikap


membungkuk ketika akan berkomunikasi dengan orang lain telah menjadi kewajiban agar
kamu tidak dianggap sombong dan tidak sopan.

4. Zoutou bunka atau budaya pemberian hadiah


Saling bertukar hadiah telah menjadi salah satu komunikasi non-verbal dalam masyarakat
Jepang. Hal ini dikarenakan budaya bertukar hadiah dianggap mampu menjadi pelumas
dalam melancarkan hubungan antar masyarakat, baik kekeluargaan, persahabatan,
menghargai, terima kasih, atau bahkan hutang budi. Pemberian hadiah ini tidak selalu
dalam bentuk barang, tetapi dapat pula berbentuk uang yang dibungkus dalam amplop
putih. Selain itu, budaya pemberian hadiah ini dapat diberikan kepada pacar, saudara,
tetangga, teman kerja, atau bahkan atasan. Sehingga kalian tidak perlu heran ataupun takut
untuk memberikan hadiah kepada atasan yang merupakan orang Jepang karena budaya ini
cukup lumrah di Jepang.

5. Ucapkanlah salam
Salam atau aisatsu dianggap sebagai salah satu media untuk menjaga hubungan yang telah
terbentuk bagi masyarakat Jepang. Aisatsu mengandung kata-kata yang ramah ataupun
mesra sehingga dapat membina dan menjaga interaksi dengan sesama manusia. Melalui
salam ini terkandung banyak sekali makna, mulai dari ungkapan memuji, menghormati,
menyemangati, dan lainnya. Sehingga ketika kalian berinteraksi dengan orang Jepang
jangan lupa untuk mengucapkan salam ketika memulai percakapan atau pun menutup
percakapan. 

a. Miburi (gesture) atau Gerak tubuh Miburi merupakan gesture bentuk perilaku non-
verbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari dan lain-lain. Pada saat penggunaan gerakan
tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk penekanan suatu pesan. Miburi (gesture) atau
gerak tubuh dipergunakan dalam komunikasi non-verbal dan mengkomunikasikan fungsi
tertentu. Yang termasuk dalam Miburi (gesture) atau gerak tubuh masyarakat Jepang
adalah sebagai berikut: (Fitriyah, 2011: 18-26)

1) Ojigi Ojigi merupakan cara memberi salam, mengucapkan terima kasih, maupun
menunjukkan rasa hormat orang Jepang. Ojigi ini dilakukan dengan membungkukkan
badan 45 derajat dan pandangan mata ke bawah. Semakin rendah membungkuk,
artinya semakin menghormati orang tersebut. Selain untuk member salam biasanya
gesture ini juga digunakan untuk meminta maaf. Ketika melakukan gesture ini untuk
meminta maaf biasanya sambil mengucapkan “gomennasai”.

2) Watashi Secara harfiah watashi berarti saya, orang Jepang mempunyai cara yang unik
untuk menunjukkan dirinya sendiri, yaitu dengan menunjuk ujung hidungnya berbeda
dengan orang dari negara lain yang biasanya menepuk dada ketika menunjukkan
dirinya. Orang Jepang melakukan hal ini dikarenakan bagi orang Jepang jika dirinya
mendapat malu, maka yang paling merasa malu adalah hidungnya, karena hidung
merupakan anggota tubuh yang paling menonjol. Sehingga bagi orang Jepang hidung
menunjukkan jati diri mereka.

3) Onegai Onegai mempunyai arti “tolong” atau “mohon bantuannya”.Onegai ini


dilakukan dengan menepukkan kedua tangan tepat di depan muka, lalu mengatakan
“onegai”. Selain menggunakannya untuk meminta bantuan, biasanya onegai ini juga
dilakukan untuk meminta maaf. Ketika sedang meminta maaf kata yang disebutkan
adalah “gomen/gomen nasai” yang berarti maaf.
4) Itadaku Tempelkan kedua tangan tepat di atas mangkuk makan dan posisikan di depan
dada. Sambil mengucapkan “itadakimasu” kemudian dapat memulai memakan
makanan yang sudah tersaji. Setelah makan selesai kembali menempelkan kedua
tangan di depan dada tepat di atas mangkuk dengan posisi sumpit kembali pada
tempatnya dan mengucapkan “gochisousamadeshita”.

5) Hai Sama halnya dengan di Indonesia maupun di negara lain, di Jepang juga ketika
menyatakan setuju dengan menganggukkan kepala secara berkali-kali, dan
mengatakan “hai” yang artinya “ya”.

6) Iie Ketika menyatakan penyangkalan, orang Jepang tidak menggelengkan kepalanya.


Namun mereka membuka tangan dan mengipaskannya di depan muka secara berkali-
kali sambil mengatakan “iie” yang artinya “tidak”.

7) Kochirae douzo Tunjukkan telapak tangan, dan gerakan tangan ke tempat yang ingin
ditunjukkan/ dituju. Miburi ini sangat sopan digunakan untuk menunjukkan tempat
kepada orang lain dan digunakan untuk mempersilahkan orang lain untuk menuju ke
tempat yang ditujunya. Miburi ini biasa ditemukan di hotel atau restoran Jepang ketika
mengantarkan tamu ke kamar atau tempat duduk. Ketika sedang melakukan Miburi ini
kata yang diucapkan adalah “kochirae douzo” yang dapat diartikan silahkan di sebelah
sini.

8) Nattoku Kepalkan tangan kanan anda lalu pukulkan ke telapak tangan kiri. Miburi ini
biasanya digunakan untuk menyatakan setuju terhadap pendapat seseorang dan
dilakukan dengan mengucapkan “aa souka”. Adakalanya digunakan ketika sedang
mengingat sesuatu.

9) Ochi tsuite Gerakkan kedua tangan dari atas ke bawah sambil berkata “ochi tsuite”
atau “maaa maaa maaa” dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Hal ini
dilakukan agar seseorang tetap tenang, dan tidak perlu panik.“Ochitsuite” atau “Maa
Maa Maa” harus dikatakan bersama-sama dengan gerakan tangan agar dapat dipahami
maksudnya.

10) Kochi ni oide Gerakkan tangan dengan gerakan melambai dengan telapak ke bawah
dan tangan mengepak naik dan turun di pergelangan tangan, sambil mengucapkan
“kochi ni oide” yang artinya “datanglah kesini”. Miburi ini digunakan untuk
memanggil seseorang untuk datang menghampirinya. Sebagian orang sering
menggunakan kedua tangannya untuk memanggil anak kecil. Setiap toko di Jepang
mempunyai boneka yang disebut maneki neko yang gerakan tangannya seolah-olah
sedang memanggil orang untuk datang ke toko tersebut. Hal ini diyakini dapat
membawa keberuntungan.
11) Achi ike Sama halnya dengan “kochi ni oide”, tangan diluruskan ke depan, namun
yang berbeda adalah arah mengayunkan tangannya yaitu dari bawah ke atas. Sambil
mengucapkan ”achi ike” yang artinya “pergi sana”.

12) Sono hanashu wo oitoite Letakkan kedua tanganmu sejajar dengan badan, lalu
gerakkan ke samping seperti sedang memindahkan barang. Miburi ini dilakukan ketika
akan mengganti objek pembicaraan dan biasanya dilakukan sambil mengatakan “sono
hanasu wo oitoite” yang artinya “mari kita kesampingkan dulu masalah ini”.

13) Shiranai Sama halnya dengan miburi penyangkalan, “iie” ketika menyatakan
ketidaktahuan juga dengan cara mengipaskan telapak tangan di depan muka. Sambil
mengucapkan “shiranai” yang artinya tidak tahu.

14) Warau Ketika sedang tertawa biasanya orang Jepang menutup mulutnya dengan salah
satu telapak tangan. Hal ini dilakukan agar terlihat lebih sopan, terutama bagi
perempuan Jepang

b. Kontak Mata (eye contact)

Kontak mata (eye contact) dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga
orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Orang jepang tidak melakukan
eye contact pada saat berkomunikasi untuk menghormati lawan bicaranya. Bagi
masyarakat Jepang, kontak mata kadangkala menunjukkan rasa kurang hormat. Orang
Jepang akan melirik wajah lawan bicara dan hal ini hanya dilakukan sekejap saja. Kontak
mata langsung sangat tabu bagi anak-anak atau orang yang lebih muda atau bawahan,
karena sikap ini menunjukkan sikap kurang ajar dan menantang (A.B. Susanto, 2013:182).

c. Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara
emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Ekspresi wajah merupakan salah satu aspek
penting dari body language.Ekspresi wajah menyampaikan kejujuran dan perasaan
terbuka. Namun, ekspresi wajah masyarakat Jepang sangatlah misterius. Bagi seorang
gaijin (sebutan bagi orang luar), sangatlah susah menebak apa yang dipikirkan oleh orang
Jepang hanya dengan melihat matanya. Mereka mungkin akan tetap tersenyum meski
dalam keadaan tidak senang atau baru saja mengalami kejadian menyedihkan sekalipun.
Tidak memahami makna dari senyum mereka merupakan sumber salah paham bagi
seorang gaijin. Tetapi, bukan berarti senyuman mereka merupakan ekspresi wajah yang
palsu (Mariana, 2012). Di Jepang, ada fakta unik dan menarik dibalik kebiasaan
masyarakat Jepang yaitu menggunakan masker. Tidak sedikit masyarakat Jepang yang
gemar menggunakan masker setiap harinya selama bertahuntahun. Alasan utama mengapa
masyarakat Jepang sangat sering menggunakan masker, Budaya Komunikasi dalam
Masyarakat... Chadijah 120 menurut psikolog Jun Fujikake menjelaskan kalau dengan
menggunakan masker, orang Jepang bisa menyembunyikan ekspresi wajah mereka,
apakah sedang tersenyum atau marah. Seperti halnya dengan karyawan yang memilih
menggunakan masker di dalam ruangan kantor lantaran menganggap kantor seperti tempat
operasi yang menegangkan sehingga mereka menggunakan masker untuk
menyembunyikan ekspresi wajah mereka (Lestari, 2017)

VERBAL COMMUNICATION
a) Sonkeigo
Sonkeigo adalah honorific language (subject honorifics), yaitu bentuk kehormatan
digunakan dengan meningkatkan jarak vertikal antara pembicara dan hormat dengan
“mengangkat” si pembicara, yang digunakan untuk merujuk pada orang yang
dihormati dan digunakan untuk menunjukkan rasa hormat ketika seseorang sedang
menjelaskan perbuatan orang lain (jika pembicara sedang membicarakan mengenai
orang lain yang statusnya lebih tinggi daripadanya) (Slobin,et al, 1996: 237).

b) Kenjougo
Kenjougo adalah humble forms (object honorifics) atau bentuk merendah yang
digunakan untuk menggambarkan tindakan dari pembicara terhadap lawan bicaranya
(Slobin, et al, 1996: 237-238).

c) Teineiigo
Teineigo adalah bahasa yang menggambarkan kesopanan dan formal (bentuk desu dan
masu), yang merupakan lawan dari tidak formal dan tidak sopan atau futsukei (bentuk
dadan ru). Teineigo atau bentuk formalitas memiliki dimensi yang berbeda dari
sonkeigo dan kenjougo (penggunaannya tergantung situasionalnya). Walaupun antara
teman yang akrab, namun digunakan juga pada situasi yang formal seperti pernikahan
dan lain-lain, atau sebaliknya. Contohnya, ketika pembicara sedang bertanya kepada
temannya, “sensei irassharu?”. Pembicara menggunakan bentuk sopan irassharu untuk
merujuk aksi dari acuannya, walaupun predikat tersebut merupakan bentuk yang tidak
formal karena digunakan dalam keadaan yang biasa. Bentuk desu/masu dapat
digunakan saat berbicara dengan atasan atau pada percakapan yang formal, seperti
pada pembicaraan umum (Slobin, et al,1996: 238).

d) Bikago
Tidak seperti bentuk keigo lainnya, bikago tidak digunakan untuk menghormati lawan
bicara atau acuan si pembicara, tetapi memperhalus atau memperindah bahasa
seseorang. Banyak bentuk bikago yang telah menjadi bentuk standar atau umum,
seperti okane, ocha, dan lain-lain. Bentuk ini umumnya banyak digunakan oleh wanita
(Slobin, et al, 1996:239).

FAMILY RELATIONSHIP
In Japan, the connection between a mother and her child is really strong. They sleep
together and mothers always carry their kids around with them — in the past, mothers
would use something resembling a baby sling. The mother-child bond is deeply
emotional: mothers accept everything their children do — their children are perfect
in their eyes.
The main rule says that before a child turns 5, they’re allowed to do what they want.
Foreigners see this as permissiveness and overindulgence but they’re mistaken. This
principle lets children know that they’re good.

Suami-istri di Jepang bekerja sama dengan baik dalam merawat anak-anaknya.


Mereka lebih senang menghabiskan waktu di rumah untuk membangun bonding dengan
anak, khususnya di waktu makan. Semua berkumpul di meja makan dan melakukan
tradisi khas Jepang, seperti mengucapkan “itadakimasu dan “gochisousama deshita”,
serta tata krama lainnya. Dari kedekatan yang dibangun, maka para orang tua lebih
mudah menanamkan kedisiplinan lewat cara keterbukaan bukan berdasarkan hukuman.
Selain itu, rasionalitas dan praktis adalah metode yang digunakan dalam mendidik anak-
anak. Pola pengasuhan ini mengintegrasikan antara nilai-nilai yang ingin ditanamkan
dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, selalu berterima kasih setelah
mendapatkan bantuan, mengucapkan maaf jika bersalah, mengecilkan suara jika berada
di tempat umum, menceritakan apapun kepada ayah atau ibu, setiap makanan harus
dihabiskan dan tidak boleh dibuang, dan masih banyak lagi.

Mother-child relationship is a deep affection. Japanese mothers accept everything their


children do. ... This is the foundation of the relationship between mother and child. That
means that children can rely on their parents and their love, and when parents get older,
they get the support of their adult children.

YOUNG ADULTHOOD IN JAPAN


Remaja di jepang mayoritas berfokus pada pendidikan. Mereka akan fokus pada
pembelajaran. Remaja di jepang juga masih tinggal bersama dengan orang tuanya untuk
membiayai kehidupan sang anak

THE ELDERLY
Untuk orang tua di jepang ketika masih mempunyai keluarga mereka akan tinggal bersama
keluarganya sama seperti di Indonesia. Keluarga atau anak anaknya akan merawat orang
tuanya masing masing sebagai wujud kasih sayang dan balas budi. Berbeda dengan di
Amerika yang mayoritas orang tua bertempat tinggal di panti jompo

Anda mungkin juga menyukai