Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TRAUMA KEPALA

OLEH :
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4 :


SURASDIMAN
SUPRIMANTO
SYAMSURIAH
SYARIFUDDIN
TAKDIR
TANTI RELWATI
TAWAF AHLUL FAJRI
TINCE YUNARWATI ANIN
TITIK NURBA PUTRI
TRI INTAN SAFITRI
TRI RETNOWATI
TRY MULYANI SAPUTRI
ULFIANA AGUS
UMAR WIRANTO
UMMI RAMADANIA
VINANDA ASTUTI
VIRA EKA YUDHA WASTUTY
WA ODE HERFIANDANI
WA ODE MISRATI

NH0112279
NH0112280
NH0112281
NH0112282
NH0112285
NH0112286

KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan gawat darurat dengan
Trauma Abdomen. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen sebagai

pembimbing,teman-teman kelas yang selalu memberikan kritik dan sarannya dan semua
pihak yng tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami maupun bagi
pembaca.

Makassar, November 2015


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar medis
B. Konsep dasar keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Contoh kasus
B. Laporan asuhan keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan
yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta
ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang
sehat(A.Potter, 2005).
Keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care dan caring
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia
yang berbeda dari manusia lainnya (waston, 1985).Adapun yang di sebut sebagai
penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena
berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu
pertolongan yang cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian maupun

kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus di


klasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat
tidak darurat dan meninggal (Kathlenn, 2012).
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana
pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik
adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga
abdomen adalah organ-organ pencernaaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus
kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna
baik saluran bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila di biarkan tentu
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh
karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system
pencernaan secara cepat, cermat, dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita
hindari.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, trauma perut merupakan
luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganan / penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (Smeltzer, 2001).
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan,
deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat
benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan
yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada
organ internal diabdomen (Suratun & Lusianah. 2010)
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tekhnik
diagnostic baru sudah banyak di pakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnose dini di
perlukan untuk pengelolaan secara optimal. Trauma masih merupakan penyebab
kematian paling sering di empat dekade pertama kehidupan, dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap negara (Gad et al,2012). Sepuluh
persen dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh trauma. Diperkirakan bahwa
pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma, dan

trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga yang
menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di negara berkembang.
Di Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan
korban meninggal sebanyak 31.195 jiwa (Fadhilakmal, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep dasar medis trauma abdomen?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan trauma abdomen?
3. Bagaimana proses asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan trauma
abdomen?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar medis dari trauma abdomen
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan trauma abdomen
3. Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan
trauma abdomen
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan
menambah wawasan khususnya tentang trauma abdomen dan ruang lingkupnya.
2. Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai konsep tentang trauma abdomen dan ruang lingkupnya dalam bidang
kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar medis
1. Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara
diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis
yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.
2. Etiologi
Penyebab trauma abdomen adalah sebagai berikut:
a. Penyebab trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan
yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen. Trauma pada abdomen
disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:
1) Jatuh
2) Kekerasan fisik atau pukulan
3) Kecelakaan kendaraan bermotor
4) Cedera akibat berolahraga
5) Benturan
6) Ledakan
7) Deselarasi
8) Kompresi atau sabuk pengaman
9) Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
3. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,

kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi
abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:

a. Perforasi organ viseral intraperitoneum


Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

4. Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma
tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering
menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul
abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus
halus (5-10%) (Cho et al, 2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang
paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah
pankreas dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling
sering mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar
(15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

5.

Patofisiologi
Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus. Trauma
tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen
oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan
meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan
ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan
menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat
bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh
darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ
padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami
terluka setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades, 2000).

Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh pengguntingan,


penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau
struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada
setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada perut
atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi
berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah:
a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,
kehilangan darah dan shock.
b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,
mikroendokrin.
c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan
perdarahan massif dan transfuse multiple
d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi
saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum
e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan
integritas rongga saluran pencernaan.
f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang
diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan
masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling
sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering
kali kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan
apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan
mendrainase cairan empedu.
h. Esofagus bawah dan lambung, kadang-kadang perlukaan esofagus bawah
disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang
mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma
tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.
i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan duodenum
jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum,
hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi
kerusakan.
6. Tanda dan gejala
Menurut Effendi, (2005) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu
:

a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.
Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat
nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium
yang disebabkan oleh iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
e. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
f. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal
shock hemoragi.
7. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu:
a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pads hepar.

c. Plain abdomen foto tegak


Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.

Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). Indikasi untuk


melakukan DPL sebagai berikut:
1) Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,
cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
6)
1)
2)
3)
4)

belakang)
Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan

g. Ultrasonografi dan CT Scan


Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen, yaitu:


1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
8. Penalaksanaan
Penanganan Awal Trauma Abdomen menurut Musliha (2010), Penilaian Awal
yang dilakukan adalah ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan.

a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.

b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara lihat, dengar, rasakan, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.

c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.
Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi dan trauma
penetrasi, yaitu:
a. Penanganan awal trauma non-penetrasi

Stop makanan dan minuman

Imobilisasi

Kirim ke rumah sakit

Diagnostic Peritoneal Lavage

b. Penanganan awal trauma penetrasi

Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim
medis.

Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka

Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh
dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa
steril.

Imobilisasi pasien

Tidak makan dan minum

Bila luka terbuka, balut dengan menekan

Kirim px ke rumah sakit

Penanganan di Rumah Sakit


a. Trauma Penetrasi
1) Skrinnig pemeriksaan rongten

Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau pneumothoraks.


Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau adanya udara
retroperitoneum
2) IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
3) Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
4) Sistografi
5) Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi
1) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah lkhusus
seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
2) Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma ,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum
atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi.
3) Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
descendens dan dubur.
9. Diagnosis Banding
Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen dilihat dari 4
kwadran, yaitu:
1) Kwandran kanan atas : Cholecystitis acute, Perforasi tukak duodeni,
Pancreatitis

acute,

Hepatitis

acute,

Acute

congestive

hepatomegaly,

Pneumonia + pleuritis, Pyelonefritis acute , Abses hepar


2)

Kwandran kiri atas: Ruptur lienalis, Perforasi tukak lambung, Pancreatitis


acute, Ruptur aneurisma aorta, Perforasi colon (tumor/corpus alineum),
Pneumonia + pleuritis,

Pyelonefritis acute, Infark miokard akut ,

Paraumbilical: Ileus obstruksi, Appendicitis, Pancreatitis acute, Trombosis


A/V mesentrial, Hernia Inguinalis strangulate, Aneurisma aorta yang pecah,
Diverculitis (ileum/colon)
3) Kwandran kanan bawah: Appendicitis, Salpingitis acute, Graviditas axtra
uterine

yang

pecah,

Torsi

ovarium

tumor,

Hernia

Inguinalis

incarcerata,strangulate, Diverticulitis Meckel, Ileus regionalis, Psoas abses,


Batu ureter (kolik)
4) Kwandran kanan bawah: Appendicitis, Salpingitis acute, Graviditas axtra
uterine

yang

pecah,

Torsi

ovarium

tumor,

Hernia

Inguinalis

incarcerata,strangulate, Diverticulitis Meckel, Ileus regionalis, Psoas abses,


Batu ureter (kolik)
5) Kwandran kiri bawah: Sigmoid diverculitis, Salpingitis acute, Graviditas axtra
uterine

yang

pecah,

Torsi

ovarium

tumor,

Hernia

Inguinalis

incarcerata,strangulate, Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum),


Psoas abses, Batu ureter (kolik)
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik,
intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleen yang
muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011). Peritonitis
merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena adanya
rupture pada organ. Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi dengan
peritonitis antara lain:
1) Nyeri perut seperti ditusuk
2) Perut yang tegang (distended)
3) Demam (>380C)
4) Produksi urin berkurang
5) Mual dan muntah
6) Haus
7) Cairan di dalam rongga abdomen
8) Tidak bisa buang air besar atau kentut
9) Tanda-tanda syok
11. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data
statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah
pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien
trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar
antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).
B. Konsep dasar medis
1. Pengkajian
a. Data Demografi
1) Identitas klien

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, usia, alamat,
no.telepon, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, lama
bekerja, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, ruangan dan sumber
info.
2) Penanggung jawab
Meliputi nama, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan
klien.
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada riwayat trauma abdomen, kaji keluhan utama yang biasa berupa rasa
nyeri yang hebat dan nyeri tekan pada bagian abdomen.
Untuk nyeri, kaji :
P
: Kaji penyebab nyeri
Q
:Kaji kualitas nyeri yangdirasakan klien
R
: Kaji bagian tulang yang terasa nyeri
S
: Kaji skala nyeri yang dirasakan klien
T
: Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kaji proses perkembangan di masa lalu dimana mungkin pasien pernah
mengalami trauma pada abdomen.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji kondisi kesehatan anggota keluarga mungkin ada yang pernah. menderita
trauma abdomen.
e. Pemeriksaan Fisik
Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi). Namun pada Pterigium,
hanya tindakan inspeksi pada mata yang dilakukan.
Inspeksi :Adakah jejas dan luka atau adanya organ luar,adakah distensi

abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.


Palpasi: Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
Perkusi: Adakah nyeri tekan dan kemungkinan adanya cairan/udara

bebas dalam cavum abdomen.


Auskultasi: Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari
bising usus atau menghilang

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


NO
1

Diagnosa
Nyeri b.d

Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri, catat

trauma

keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, beratnya (skala 0-

/diskontinuitas

jam, diharapkan nyeri klien 10).


Berikan posisi yang nyaman
klien berkurang atau hilang,

jaringan.

lokasi,

dengan kriteria hasil :

kepada

pasien

Klien mampu mengontrol pergerakan

dan
yang

hindari
dapat

menimbulkan nyeri.
nyeri
Klien melaporkan bahwa nyeri Berikan tehnik relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
berkurang atau hilang
Menyatakan rasa nyaman
jalam tarik napas panjang dan
setelah nyeri berkurang
dikeluarkan secara perlahan
lahan.
Berikan aktivitas hiburan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi

nyeri

seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan


kebisingan.

Kolaborasikan
2

pemberian

Kekurangan

analgesik sesuai indikasi


Setelah dilakukan tindakan Kaji tentang cairan perdarahan

volume cairan

keperawatan selama 3 x 24 yang keluar adakah gambaran

b.d

terputusnya jam diharapkan kekurangan klinik hipovolemik.


Observasi TTV dan kesadaran
pembuluh darah volume cairan klien dapat
klien setiap 15 menit dan 30
arteri / vena suatu tercapai dengan kriteria
menit.
jaringan ( organ hasil :
Batasi pergerakan yang tidak
abdomen ).

Volume cairan tubuh teratasi. berguna


dan
menambah

Sirkulasi
dinamik
perdarahan yang keluar.
( perdarahan) teratasi.
Kolaborasi dengan tim medis
Perdarahan yang keluar
dalam pelaksanaan pemberian
terhenti
TTV dalam batas normal.
infuse RL, tranfusi bila Hb
kurang dari 8 %.

Hambatan

Setelah dilakukan tindakan Kaji kemampuan pasien untuk

mobilitas fisik b.d keperawatan selama 3 x 24 bergerak.


Berikan latihan gerak aktif pasif.
kelemahan fisik.
jam diharapkan hambatan Bantu kebutuhan pasien.
Dampingi dan bantu pasien saat
mobilitas fisik klien dapat
mobilisasi dan bantu penuhi
teratasi dengan criteria hasil :
kebutuhan.
Klien beraktifitas dengan
Ajarkan
kepada
pasien
baik.
bagaimana merubah posisi dan
Tidak ada gangguan mobilitas
berikan bantuan jika diperlukan.
fisik.

Kolaborasi
dengan
ahli
fisioterapi.
4

Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan Monitor

tanda

dan

gejala

keperawatan selama 3 x 24 sistemik dan lokal.


Monitor kerentangan terhadap
jam diharapkan tidak terjadi
infeksi.
lagi resiko infeksi dengan Cuci tangan setiap sebelum dan
criteria hasil hasil :

sesudah tindakan keperawatan.


Ajarkan pasien dan keluarga
Klien bebas dari tanda dan
tanda dan gejala infeksi.
gejala infeksi.
Ajarkan cara menghindari
Menunjukkan kemampuan
infeksi.
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
Jumlah leukosit dalam batas
normal.
Menunjukkan perilaku hidup
sehat.
5

Ansietas
trauma

b.d Setelah dilakukan tindakan

Gunakan

pendekatan

yang

abdomen keperawatan selama 3 x 24 menenangkan


Nyatakan dengan jelas harapan
yang di alamis
jam diharapkan ansietas
terhadap perilaku pasien
berkurang
atau
hilang Pahami perspektif pasien

dengan kriteria hasil :

Klien
mengidentifikasi
mengungkapkan

terhadap situasi stress

Dorong
keluarga
mampu
menemani anak
dan Dengarkan dengan

untuk
penuh

gejala perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan

cemas

Mengidentifikasi,
mengungkapkan

dan

menunjukkan tekhnik untuk


mengontrol cemas
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas

menunjukkan

berkurangnya kecemasan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Contoh kasus:
Anak TD, 10 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan atas setelah
mengalami kecelakaan saat berjalan tiba-tiba tertabrak motor dari arah samping
kanan. Riwayat pingsan, muntah tidak ada. Klien langsung dibawa ke rumah sakit.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok, pada abdomen kanan atas
terdapat jejas, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 7,5g%,
Ht: 23%. Pada pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal
B. Laporan asuhan keperawatan
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. TD
Umur
: 10 tahun
Jenis Kelamin
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Tanggal Masuk RS
: 1 November 2015

Alasan Masuk

: Nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami

kecelakaan dan tertabrak di arah samping kanan. Riwayat pingsan.


SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI
AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
1) Keadaan jalan nafas
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi
: Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada Muntahan
Darah Oedema
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Tidak ada
Keluhan Lain :
2) Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah pada jalan napas pasien
3) Intervensi / Implementasi
4) Evaluasi :
BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Nafas

: Spontan Tidak Spontan

Gerakan dinding dada

: Simetris Asimetris

Irama Nafas

: Cepat Dangkal Normal

Pola Nafas

: Teratur Tidak Teratur

Jenis

: Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Lain-

lain
Suara Nafas

: Vesikuler Stidor Wheezing Ronchi

Sesak Nafas

: Ada Tidak Ada

Pernapasan Cuping hidung

: Ada Tidak Ada

Retraksi otot bantu nafas

: Ada Tidak Ada

Pernafasan

: Pernafasan Dada Pernafasan Perut

RR

: x/mnt

Keluhan Lain

:-

2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah dalam fungsi pernapasan pasien.
3. Intervensi / Implementasi :
4. Evaluasi :

CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Nadi

: Teraba Tidak teraba N: 135 x/mnt

Tekanan Darah

: 70/50 mmHg

Pucat

: Ya Tidak

Sianosis

: Ya Tidak

CRT

: < 2 detik > 2 detik

Akral

: Hangat Dingin S: 36.0 0C

Pendarahan

: Ya Tidak Ada Lokasi: Jumlah:

Turgor

: Elastis Lambat

Diaphoresis

: Ya Tidak

Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar


Keluhan Lain
2.

:-

Masalah Keperawatan

PK: Syok
3. Intervensi / Implementasi: 4. Evaluasi

:-

DISABILITY
1. Penilaian fungsi Neurologis
Kesadaran

: Composmentis Delirium Somnolen Apatis

Koma
GCS

: Eye Verbal Motorik

Pupil

: Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis

Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada


Refleks fisiologis: Patela (+/-) Lain-lain tidak dikaji
Refleks patologis: Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain
Kekuatan Otot :
Keluhan Lain : 2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah dalam fungsi neurologis pasien.
3. Intervensi / Implementasi :
4. Evaluasi

EXPOSURE
1. Penilaian Hipothermia/ hiperthermia
Deformitas

: Ya Tidak Lokasi:

Contusio

: Ya Tidak Lokasi:

Abrasi

: Ya Tidak Lokasi:

Penetrasi

: Ya Tidak Lokasi:

Laserasi

: Ya Tidak Lokasi:

Edema

: Ya Tidak Lokasi:

Luka Bakar

: Ya Tidak Lokasi: Grade: %

Jika ada luka/vulnus, kaji:


Luas Luka

Warna dasar luka

Kedalaman

Lain-lain

2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah pada exposure pasien.
3. Intervensi / Implementasi :
4. Evaluasi: PENGKAJIAN SEKUNDER/SURVEY SEKUNDER
1. FIVE INTERVENSION
Monitoring Jantung

: Sinus Bradikardi Sinus Takikardi

Saturasi O2

Kateter Urine

: Ada Tidak

Pemasangan NGT

: Ada, Warna Cairan Lambung: Tidak

Lain-lain

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada pengkajian five intervension.


Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :
2. GIVE COMFORT
Nyeri

: Ada Tidak

Problem

: nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak

Qualitas

: nyeri tekan

Regio

: abdomen kanan atas

Skala

: skala 7 dari 10

Timing

: nyeri dirasakan menetap

Lain-lain

: pasien tampak meringis

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut


Intervensi / Implementasi:Evaluasi :
3. (H 1) SAMPLE
Keluhan Utama

: nyeri pada perut kanan atas

Mekanisme Cedera (Trauma) : Organ di daerah abdomen yang menerima benturan


langsung sehingga dapat menyebabkan ruptur atau laserasi (tergantung dari
besarnya gaya yang diterima).
Sign/Tanda Gejala

: Pasien mengalami pingsan dan nyeri abdomen bagian

kanan atas.
Allergi

Medication/ Pengobatan

Past Medical History

Last Oral Intake

Event leading injury

: Pasien An. TD datang dengan keluhan nyeri pada

perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak motor dari arah
samping kanan. Riwayat pingsan, tidak ada muntah.
Masalah Keperawatan

:-

Intervensi / Implementasi

:-

Evaluasi

:-

4. (H2) HEAD TO TOE


Kepala dan wajah

Leher

Dada

Kardiovaskuler

Abdomen

Inspeksi

: Terdapat jejas pada abdomen kanan atas

Palpasi

: Nyeri tekan (+)

Auskultasi

Perkusi

Pelvis dan perineum

Ekstremitas

Masalah Keperawatan `: Kerusakan Integritas Jaringan, Nyeri Akut

Intervensi / Implementasi : -

Evaluasi

:-

5. INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SURFACE


Jejas

: Ada Tidak

Deformitas

: Ada Tidak

Tenderness

: Ada Tidak

Crepitasi

: Ada Tidak

Laserasi

: Ada Tidak

Lain-lain

Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan


Intervensi / Implementasi:
Evaluasi

6. HASIL LABORATORIUM
Hb

: 7.5 g%

Ht

: 23%

Masalah Keperawatan

: PK: Anemia

Intervensi / Implementasi

Evaluasi

7. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Hasil pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal.
Masalah Keperawatan

: PK: Syok

Intervensi / Implementasi

Evaluasi

8. TERAPI DOKTER

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Prioritas keperawatan tertuju
pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan
cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan
kebutuhan pasien. Trauma abdomen biasanya disebabkan karena luka tembakan yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam rongga abdomen.gejala yang biasa
timbul berupa yeri tekan pada abdomen dan terjadi perdarahan.
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :
1. Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien
penderita trauma abdomen sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan
baik
2. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari trauma
abdomen dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan
keperawatan pada pasien penderita trauma abdomen dapat terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai