Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN MUTU TERPADU

DI SUSUN OLEH

NURHIKMA NASIR

P2MK .16.01.04.098

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena
semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam
pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk
perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di
pasar kerja akan semakin berat.

Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin


besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi pemerintah dalam fungsinya sebagai penyelenggara
pembangunan di bidang pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengupayakan
segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya,
yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Tata Administrasi Negara
(TAN) dan Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dalam bidang pendidikan harus dapat
menyesuaikan dan menjawab tantangan tersebut.

Banyak konsep diciptakan negara maju baik di bidang ekonomi, politik, demokrasi,
perlindungan HAM, pengelolaan Iingkungan hidup sampai pada konsep good governance
terkait dengan peningkatan mutu. Salah satu di antaranya dapat kita kaitkan bagaimana
hubungan antara peningkatan mutu dengan praktek good gavernance.

Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance sebagai Tata


Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan
manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah
satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain
adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani). Karenanya
memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah
(birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama.
Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya,
hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan
kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan,
sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam
aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap
jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.

Ada tiga pilar utama yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan
good governance, yakni: Negara/pemerintah (the state), masyarakat adab, masyarakat
madani, masyarakat sipil (civil society), dan pasar atau dunia usaha. Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas
politik, ekonomi dan administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang
setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur
bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti,
Good governance yang sehat juga akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang
berwibawa dan memiliki visi yang jelas.

Dalam hal ini manajemen mutu terpadu dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
good governance bisa ditempatkan sebagai metodologi atau teknik manajemen untuk
mencapai tujuan peningkatan mutu itu sendiri.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2. Memahami Konsep Mutu.
3. Mengetahui Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4. Memahami Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5. Mengetahui Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6. Mengetahui Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7. Memahami Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8. Mengetahui Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu
9. Mengetahui alasan mengapa Rumah Sakit butuh Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah
pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2. Konsep Mutu.
3. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6. Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
9. Alasan mengapa Rumah Sakit butuh Manajemen Mutu Terpadu (MMT)

1.4. Manfaat

Bagi masyarakat atau khususnya guru ataupun yang berperan dalam bidang pendidikan ini
sangat pentingnya untuknya karena dengan adanya pengenalan manaejemen mutu terpadu ini
bias menambah keahlian dalam bidang pendidikan dengan manajemen yang terorganisir
dengan baik dan adanya sinkronisasi antara peran pemerintah dan orang yang terhubung
dalam bidang pendidikan ini
Bagi Pemerintahnya sangat merasakan betapa pentingnya manajemen terpadu ini dalam bidang
pendidikan karena peran pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk mengatur bagaiman
jalannya manajemen dalam bidang pendidikan supaya bias lebih baik ke depannya dalam
mengaplikasikan di kehidupan pendidikan di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT)

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan
secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi
kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan
kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang
dikemukakan pakar terhadap MMT.

B. Konsep Mutu
Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi
mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep
yang bersifat relatif.
Konsep Absolut
Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan
standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan. Dalam
pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa sekolah yang dipimpin harus
selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf nasional maupun internasional. Mutu akan
menjadi simbol status bagi konsumen internal maupun konsumen eksternal, sehingga
stakeholder/pemilik akan merasa bangga dan merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta
didik.
Konsep Relatif
Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan konsumen. Mutu ditentukan
oleh spesifikasi standar yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa yang akan
datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi
sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih
dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

C. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT)


Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum
Manajemen Mutu Terpadu meliputi:

1. Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan suatu subjek (Customer Focus
Organization) dimana subjek tersebut meliputi peserta didik dalam suatu sekolah.
Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap
tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh
stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai
tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas,
sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.
3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)
Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh
sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.
Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua
sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain
semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada para peserta didik.
4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)
Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi
bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu
proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan
tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan output
organisasi. Jelasnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau
karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan,
kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu
saja proporsinya berbeda satu sama lainnya.
5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan
dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut
merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas
pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan
aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptaan organisasi yang optimal atau
mendukung.
6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau
Kaizen)
Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya
human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas
menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya
pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan
pengembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan
untuk kedua tenaga tersebut setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan
anggaran pembangunan fisik.
7. Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)
Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan peserta didik. Oleh
karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh peserta
didik. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan
tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan demikian,
pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai
keberhasilan suatu lembaga.

D. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu


1. Melakukan sosialisasi

Dengan cara sebagai berikut:

1. Baca dan pahami sistem, budaya dan sumber daya yang ada disekolah.

2. Identifikasi sistem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu diubah.

3. Buatlah komitmen secara rinci.

4. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan,
sasaran, rencana dan program-program.

5. Hadapi status quo terhadap perubahan

6. Garis bawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada sekarang.

7. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan,
sasaran, rencana, dan program-program

8. Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah.


Tantangan adalah selisih antara ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output
sekolah yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas
dan tantangan efektivitas.

Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah saat ini NEM-nya adalah 6,2 dan output
sekolah yang diharapkan dimasa datang adalah 7,5 maka besarnya tantangan adalah 7,5-
6,5=1,0.

Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UNAS yang lulus 270 siswa, sehingga
tantangannya adalah 30 siswa atau 10%.

2.4.1 Strategi pelaksanaan MMT di tingkat sekolah


Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis
sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf
lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus
melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis
menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan
mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas
bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan
perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya
dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama
dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka
pendek (tahunan termasuk anggarannnya). Program tersebut memuat sejumlah program
aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan
harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun
yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target
mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu
pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi
dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun bersama-sama
antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara
satu sekolah dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep
manajemen ini adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung
pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan,
langkah untuk menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan
menyampaikannya.
5. Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total
sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu,
sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih
penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut.
Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output
pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah
harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi
siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan
pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut.
Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal
ini memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan
pendanaan disetujui atau ditetapkan.
6. Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh
karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang
melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat
dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial,
yaitu :
(i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi
berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan
(ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan
guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena
perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun
perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa,
tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan
dan logika pengembangan juga telah disesuaikan.
Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap
periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam
kerangka acuan perencanaan dan waktunya.

7. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan
sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring
dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa.
Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti
efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus
tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan
dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan
program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga
merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.

E. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam
menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:

Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen


Manajemen Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang diinginkan jika
pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen Mutu
Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang ditunjuk
oleh pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajemen Mutu
Terpadu tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat
mensosialisasikan perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.

Proses pengaturan yang tidak memadai


ProgramManajemen Mutu Terpadu harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi sekolah,
maka seluruh kegiatan akademik (proses belajar mengajar) harus memperoleh perhatian
dalam meningkatkan kualitasnya.

Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan


Lembaga atau oragnisasi termasuk sekolah amat sulit untuk mengetahui adanya
peningkatan kualitas pelayanan di lembaganya, manakala tidak memiliki data dasar. Oleh
karena itu setiap lembaga harus memiliki data dasar dan tolok ukur yang dicanangkan oleh
lembaga yang bersangkutan.

2.5.1 Hambatan dalam peningkatan kualitas


Hal penting yang perlu diperhatian dalam mengimplementasikan MMT adalah hambatan-
hambatan yang mungkin akan ditemui. Menurut Deming, ada tujuh penyakit yang
mematikan sebagai hambatan dalam peningkatan kualitas, empat yang paling mematikan
yaitu:

1. Kurang konstannya tujuan, sehingga organisasi terhambat untuk mengadopsi kualitas


sebagai manajemen;
2. adanya pemikiran jangka pendek;
3. adanya evaluasi individual yang hanya dilakukan melalui skala pertimbangan atau
laporan tahunan; dan
4. adanya Job Hope (mengharapkan jabatan).
Deming juga mengutarakan penyebab gagalnya kualitas dalam pendidikan disebabkan oleh
sumber-sumber pendidikan itu sendiri, termasuk design kurikulum, gedung sekolah yang
kurang terawat, lingkungan kerja yang buruk, system dan prosedur yang tidak sesuai,
penjadwalan yang tidak memadai, kurangnya sumber-sumber yang penting dan
pengembangan staf yang tidak memadai.

Kegagalan MMT dapat juga diakibatkan oleh usaha pelaksanaan yang setengah hati dan
harapan-harapan yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum
dilakukan pada saat organisasi memulai inisitaif perbaikan kualitas.

F. Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu


1. Peningkatan Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu


syarat utama dalam keberhasilan pengembangan manajemen mutu. Salah satu alasan
mengapa peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sangat
penting, dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu pesat. Sebagai seorang professional, diharapkan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah dapat memahami dan mengantisipasi kemajuan teknologi dalam
proses kegiatan pendidikan terutama pembelajaran di kelas.

Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui:
1. Mengikutseratakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada pelatihan yang
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Sekolah perlu menyediakan buku atau referensi

3. Mendorong dan menfasilitasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk


melakukan tutorial sebaya misalnya melalui kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru),
mengikuti program penyetaraan atau program pelatihan terakreditasi.

4. Mengirimkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ke luar negeri sesuai dengan
tawaran yang diberikan oleh negara-negara donor.

5. Melakukan lomba karya ilmiah

6. Melakukan pengakuan dan penghargaan kepada yang berprestasi, kreatif atau yang
berhasil menemukan sesuatu di bidang pendidikan.

7. Mengadakan pertemuan berkala antar guru mata pelajaran sejenis antar sekolah.

Pemberdayaan dan akuntabilitas guru dan administrator adalah syarat penting dalam
MMT. Guru-guru memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan dengan berpartisipasi
dalam perencanaan, pengembangan, monitoring, dan meningkatkan program pengajaran di
sekolah. Dalam MMT peran guru adalah sebagai rekan kerja, pengambilan keputusan dan
pengimplementasi program pengajaran.

Agar para guru memiliki peran yang lebih besar dalam pengelolaan sekolah maka
perlu dilakukan pemberdayaan pengetahuan secara terpadu yang dimilki oleh guru. Terdapat
dua jenis pengetahuan yang penting untuk dimilki para guru. Pertama, pengetahuan yang
berkaitan dengan tanggung jawab partisipan sekolah di dalam kerangka manajemen mutu,
seperti pengetahuan tentang cara mengorganisasi pertemuan-pertemuan, cara meraih
konsesus, dan bagaimana cara membuat anggraran. Kedua, berkaitan dengan pengajaran dan
perubahan-perubahan program sekolah, diantaranya mencakup pengetahuan tentang
pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum.

2. Menggali Sumber Dana

Sumber dana utama keuangan sekolah adalah pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Sekolah juga dapat mencari dana atau bantuan melalui berbagai cara selain melalui iuran
BP3, misalnya melalui penyewaan fasilitas, pembayaran peserta didik, bantuan yayasan, dan
gerakan pengumpulan dana.

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka usaha pengumpulan dana
melalui: gerakan mencari donator, pengumpulan dana kecil-kecilan, beli barang untuk dijual,
penjualan hasil produksi sekolah, penjualan jasa, jasa periklanan, penyewaan fasilitas
sekolah, an menfassilitasi tempat penyelenggaraan kompetensi.

3. Kepemimpinan dalam MMT

Kepemimpinan MMT merupakan suatu hal yang sangat terkait dengan manajemen
berbasis sekolah. kepemimpinan berkaitan dengan sekolah-sekolah dalm meningkatkan
kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang
kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dan staf
administrasi dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh rasa pertimbangan.
Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan
memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mewujudkan tujuan
organisasi.

Kepala sekolah merupakan moto penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dalam
mewujudkan tujuan sekolah, kepala sekolah senantiasa dituntut untuk meningkatkan
efektivitas kinerja. Kinerja kepemimpina kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen
mutu adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan manajemen mutu di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif dalam manajemen mutu memiliki kriteria sebagai berikut:

Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan

baik, lancar, dan produktif.


Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat

melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.


Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

guru dan pegawai lain di sekolah.


Bekerja dengan tim manajemen.

Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.
4. Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil individu atau


kelompok dalam memecahkan masalah, atau proses memilih di antara alternative-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah.

Proses pengambilan keputusan yang rasional melalui enam langkah yaitu:


menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi
alternative, dan memilih alternative terbaik.

Adapun langkah-langkah pemecahan maslah dan pengambilan keputusan adalah:

1. Mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya

2. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan memilih yang terbaik

3. Melaksanakan keputusan dan menindaklanjutinya

4. Monitoring dan evaluasi

Monitoring merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau


memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program pendidikan. Melalui monitoring
akan dapat diketahui apakah pelaksanaan program pendidikan berjalan sesuai yang
direncanakan, apa saja hambatan yang terjadi, dan bagaimana mengatasi masalah yang
terjadi. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan informasi yang umumnya diperoleh melalui pengukuran, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.

G. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)


adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan diselenggarakan secara
komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal memanfaatkan sumber daya sekolah
guna meningkatkan dan menjamin mutu keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan
sekolah.

Penyelenggaraan evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan akan


dapat diperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk digunakan
dalam membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan umpan balik kepada
siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan keunggulannya, menentukan kesesuaian
kurikulum, serta memberikan informasi untuk pembuatan kebijakan. Pelaksanaan evaluasi
manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan
proses belajar mengajar, dalam meningkatkan fungsi dan manfaat evalusi secara optimal.

Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu yang dilakukan secara berkelanjutan


memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di
sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan
kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan
dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat
diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-
penyempurnaan.

H. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

Adapun karakteristik dalam evaluasi dalam manajemen mutu terpadu yaitu:


1. Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil pendidikan (kognitif,
afektif, psikomotor) secara proporsional.
2. Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan, dapat membantu
baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar,
mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah.
4. Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab memanfaatkan semua
sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi secara sistematis untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan.
5. Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa serta membantu
siswa untuk menguasai substansi pelajaran.
6. Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan evaluasi
juga memiliki etika dan tanggung jawab.
7. Konstektual sesuai dengan karakteristik substansi pelajaran, guru, dan siswa.

I. Tingkat Keberhasilan MMT


Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen
mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala gejala sebagai berikut :
1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain


masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab sebabnya.

5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas
produk dan pelayanan umum terus meningkat.

J. Alasan Rumah Sakit butuh Manajemen Mutu Terpadu


Gelombang globalisasi telah menciptakan tantangan bagi rumah sakit yang semakin besar,
yaitu kompetisi (competition) yang semakin ketat dan pelanggan (customer) yang semakin
selektif dan berpengetahuan. Tantangan seperti ini menghadapkan para pelaku pelayanan
kesehatan khususnya rumah sakit baik pihak pemerintah maupun swasta pada dua pilihan,
yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar
arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan. Oleh karena itu diperlukan
alternatif strategi bersaing yang tepat agar perusahaan mampu bersaing dengan kompetitor
lainnya. Kondisi lingkungan usaha demikian akan membawa organisasi rumah sakit kepada
suatu kenyataan bahwa kualitas dan mutu menjadi suatu keharusan agar perusahaan tetap
sukses, baik ditingkat operasional, manajerial maupun strategi.

Strategi bersaing yang dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan kepuasan pelanggan
(Customer Satisfaction) dan mengembangkan pelayanan yang ditawarkan dengan melihat
tiga komponen penting dalam organisasi yang perlu menjadi perhatian yaitu produktivitas,
efisiensi dan mutu. Manajemen mutu akan meningkatkan fungsi ketiga komponen yaitu
dengan penerapan mutu terpadu dan sinergis. Hal ini disebabkan karena setiap konsumen atau
pelanggan selalu mengharapkan agar mendapatkan service yang optimal serta memperoleh
pelayanan jasa seperti yang mereka inginkan, selain itu para pelaku kesehatan baik tenaga
kesehatan maupun tenaga yang berada dirumah sakit mengharapkan kenyamanan dalam
bekerja dan imbalan yang diharapkan. Hal semacam ini bila tidak direspons dengan cepat dan
baik oleh pihak pengelola atau penyedia jasa, akan mengakibatkan turunnya minat dari
konsumen atau pelanggan untuk datang dan menggunakan jasa yang ditawarkan serta
turunnya produktivitas kerja bagi tenaga kerja rumah sakit.

Pentingnya penerapan mutu terpadu di rumah sakit milik pemerintah di era globalisasi
merupakan kewajiban bagi pemerintah selaku pihak pengelola dan penanggungjawab. Hal ini
dikarenakan rumah sakit pemerintah merupakan pusat pelayanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat yang sebagian besar pelanggannya adalah masyarakat menengah kebawah yang
wajib dilayani dan pelanggan lainnya dengan optimal . Sehingga diperlukan perbaikan mutu
pelayanan terpadu yang sinergis dan berkelanjutan agar tidak mengecewakan dan
ditinggalkan oleh pelanggan (internal, eksternal, intermediate) serta bisa bersaing dengan
rumah sakit lain baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Karena biasanya
kualitas yang baik akan diikuti oleh loyalitas pelanggan akan produk yang bersangkutan.

Penerapan mutu terpadu di rumah sakit milik pemerintah di era globalisasi sangat penting
untuk dilakukan karena dalam dunia jasa, kepuasan merupakan kewajiban yang harus optimal
dan memiliki inovasi serta kreasi yang berkelanjutan. Kepuasan kepada pemilik, karyawan
atau tenaga kerja, masyarakat sekitar dan terutama pelanggan (customer). Era globalisasi juga
menciptakan masyarakat yang berpengetahuan dan lebih selektif dalam mencari pelayanan
kesehatan. Sehingga menciptakan persaingan yang ketat untuk mencapai kepuasan dengan
peningkatan kualitas dan penerapan mutu terpadu agar tidak ditinggalkan oleh pelanggan atau
bahkan kebangkrutan.

Penerapan mutu terpadu adalah penerapan mutu dengan pendekatan manajemen pada suatu
organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber
daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang atau berkelanjutan melalui
kepuasan pelanggan (internal, eksternal, intermediate) dan sesuai standar (Dalam bidang
kesehatan medis, keperawatan, profesi lain dan non-medis) bukan hanya sekedar slogan
serta memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan
masyarakat. Penerapan mutu terpadu dirumah sakit milik pemerintah di era globalisasi dapat
dilakukan dengan pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan
manajemen keseluruhan yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses,
produk, dan pelayanan.

Ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu terpadu yaitu kepuasan pelanggan,
penghargaan terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta dan perbaikan
berkesinambungan yang semuanya saling memberikan pengaruh positif pada organisasi.

Proses Penerapan mutu terpadu harus memiliki input yang spesifik yaitu keinginan,
kebutuhan, dan harapan pelanggan serta sumberdaya rumah sakit. Kemudian
mentransformasi memproses input dalam organisasi untuk memproduksi dan pengembangan
barang atau jasa dengan perbaikan mutu pelayanan dari kepemimpinan, sumberdaya manusia
dirumah sakit, pendidikan dan pelatihan, pelayanan manajemen dan sebagainya secara terus
menerus. Sehingga pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output) dan
sumberdaya rumah sakit.

Penerapan manajemen mutu terpadu dampaknya yaitu peningkatan hasil guna asset,
efektivitas dan efisiensi biaya, penambahan margin dan meningkatkan keunggulan mutu
(jasa, organisasi) sehingga meningkatkan kemampuan meraih dan berkembangnya pangsa
pasar. Hasil akhirnya adalah perolehan keuntungan baik yang berupa uang (profit) maupun
bukan berupa uang yaitu kepuasan (satisfaction). Profit dan satisfaction merupakan sasaran
antara sebelum tercapai sasaran akhir yaitu kepuasan para pelaku organisasi (stakeholders).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan
secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi
kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan
kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang
dikemukakan pakar terhadap MMT.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan.
Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih
berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan
faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan
pengikut. Keterpaduan faktor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi
lebih meningkat dan bermakna.

Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data
dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang
bersifat relatif.
Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar
maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan.
Mutu sebagai konsep relatif, Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu
dimasa yang akan datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan
dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan
program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu di bidang pendidikan adalah:
Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
Proses pengaturan yang tidak memadai
Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan

Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen
mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala gejala sebagai berikut :
1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain


masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab sebabnya.

5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas
produk dan pelayanan umum terus meningkat.

Menurut Deming, ada tujuh penyakit yang mematikan sebagai hambatan dalam
peningkatan kualitas, empat yang paling mematikan yaitu:

1. Kurang konstannya tujuan, sehingga organisasi terhambat untuk mengadopsi kualitas


sebagai manajemen;
2. adanya pemikiran jangka pendek;
3. adanya evaluasi individual yang hanya dilakukan melalui skala pertimbangan atau
laporan tahunan; dan
4. adanya Job Hope (mengharapkan jabatan).
Deming juga mengutarakan penyebab gagalnya kualitas dalam pendidikan disebabkan oleh
bebrapa faktor, yaitu :

sumber-sumber pendidikan dalam sekolah ,


design kurikulum dalam sekolah,
gedung sekolah yang kurang terawat,
lingkungan kerja yang buruk,
system dan prosedur yang tidak sesuai,
penjadwalan yang tidak memadai,
kurangnya sumber-sumber yang penting dan
pengembangan staf yang tidak memadai.
Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu yang dilakukan secara berkelanjutan
memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di
sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan
kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan
dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat
diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-
penyempurnaan.

3.2. Saran

Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan saran
yang sifatnya membangun, guna kesempurnaan dalam penulisan makalah ini. Dalam makalah
ini dapat kita pelajari bahwa sangat penting peran pemerintah dalam memperbaiki kinerja
system pendidikan dalam suatu Negara untuk lebih baik lagi ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Ardadizya Jaya.

Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.


http://uun1.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-manajemen-mutu-terpadu.html

http://www.inkindo-jateng.web.id/?p=779

Asian Development Bank, Public Administration in the 21-st Century (artikel di Internet)
- Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan
Perencanaan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002
- Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di
Indonesia, 2000
- Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). (1996). Laporan Tahunan (Annual
Report).Capital Market Fact Book. Jakarta.
- FCGI. (2000). Corporate Governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia.
Jakarta.
https://aqilakidd.files.wordpress.com/2012/04/manajemen-mutu-terpadu-dalam-bidang-
pendidikan.docx.

Anda mungkin juga menyukai