LEARNING OBJECTIVE
LO 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sumber fluor di alam
Di dunia fluor tersedia dalam jumlah sangat besar. Sebagian besar terikat pada
mineral dan senyawa kimia lainnya dan secara biologis tidak terdapat dalam bentuk
ion bebas. Pada bukit kapur terdapat 300 700 ppm fluor dan 4700 ppm pada
beberapa bukit kapur yang lunak (Magdarina, 2005). Fluor di alam dapat
ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga ditemukan
pada
alamiah
Kombinasi
tidak pemah
secara
kimiawi
dijumpai
dalam
dalam
bentuk
bentuk
fluorides,
gas industri,
dan
batu bara, dan dari semburan gas gunung berapi yang aktif
Kandungan fluor di udara dan beberapa pabrik dapat mencapai 1.4 mg F per
m3. Kandungan fluor di daerah non-industri didapatkan antara 0.05-1.90 ug F
per m3.
Beberapa tanaman, misalnya bayam, ketela, mengandung fluor relatif tinggi.
Demikian juga daun teh mengandung fluor yang tinggi. Daging sapi
mengandung fluor
daging
ayam
yang
rendah,
namun
kadang-kadang
ditemukan
ini diberi makan ikan atau tulang yang mengandung kadar fluor yang tinggi
sekal (Magdarina, 2005).
Fluorida
tahun 1802 telah ditemukan pertama kali tentang adanya fluorida dalam jaringan
tubuh binatang, dimana menunjukkan adanya fluorida dalam fosil gigi gajah.
Selain terdapat dalam gigi, fluorida juga dijumpai dalam tulang. Oleh karena
unsur halogen mempunyai afinitas yang tinggi terhadap kalsium fluorida dalam
makanan biasanya diukur dalam mgr dan ukuran ini hampir sama dengan ukuran
fluorida dalam air yaitu ppm (1 mg fluoride dalam 1 liter air). Kebutuhan fluorida
per hari yang berasal dari makanan adalah sebesar 0,20,6 mgr (Panjaitan, 1995).
Daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung sedikit sekali
fluorida. Makanan laut seperti ikan banyak mengandung fluorida, terutama ikan
bertulang halus seperti sardencis, ikan salem dan lain-lain.
Teh dan ikan adalah sumber lain yang mengandung fluor dalam jumlah yang
bermakna. Daun teh yang kering mengandung 75100 ppm. Daging ikan
mengandung fluor sekitar 1 ppm, sedangkan kulit dan tulang ikan mengandung
lebih dari itu. Jumlah fluorida dalam ikan segar adalah sebesar 712 ppm, jika
kandungan fluor dalam air rendah, anda dapat menambah fluor melalui makanan
(Besford J, 1996).
Polusi fluor pada lingkungan dapat terjadi akibat fluor yang berasal dari
pertambangan, pembuangan industri, pembakaran batu bara, pupuk dan pestisida
yang tidak disertai perlindunan. Sumber utama polusi adalah industri dan
pertambangan. Sebagai contoh, sembilan puluh persen sampel udara yang diambil
dari sebuat kota di Republik Federasi Jerman pada tahun 1965, mengandung fluor
0,5 3,8 mg/m3. Banyak masalah yang muncul pada daerah pertambangan
phosphate dan fluorospar, jika debu yang kaya akan fluor tersebut tertiup angin,
lalu akan menempel pada tanaman, dan selanjutnya dapat memasuki rantai
PASCA ERUPSI
karbonat rendah lebih stabil & kurang larut dibanding karbonat tinggi
Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga
Efek fluor secara topikal Ada beberapa pendapat mengenai efek aplikasi fluor
secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan
Hiperaktif
Gangguan otot
Penyakit tiroid
Arthritis
Demensia
Patah tulang
dalam air minum publik dalam kadar di atas 1,2 miligram per liternya, bisa
menimbulkan lubang pada enamel gigi, penumpukan fluoride dalam tulang,
sementara paparan fluoride dalam kadar 2 hingga 10 mg per hari bisa
menyebabkan fluorosis pemicu lumpuh pada tulang, disertai sakit perut, mual,
muntah, kejang dan kejang otot. Dan fluoride yang berlebihan pada anak-anak
bisa mengakibatkan fluorosis gigi. Fluorosis gigi adalah perubahan dalam
penampilan enamel gigi. Hal ini dapat terjadi ketika anak-anak secara teratur
mengkonsumsi
fluoride
dalam
jumlah
yang
lebih
tinggi
dari
yang
Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email yang disebabkan oleh
asupan fluor berlebih selama periode pembentukan gigi. Mekanismenya berupa
terjadinya gangguan aktifitas ameloblas dalam perlekatan matriks dan pada tahap
maturasi email dan timbulnya bintik-bintik abnormal pada email. Pada fluorosis
gigi ditemukan kelainan gigi yang awalnya berupa suatu garis putih menyilang
pada permukaan email sedangkan pada tingkat berat dapat merubah bentuk gigi.
Tanda awal gigi terpapar fluor berlebih ialah email yang tampak berbintikbintik, disebut mottled enamel. Bintik-bintik ini bisa berwarna kuning atau coklat
akibat permukaan email gigi yang tidak sempurna. Istilah mottled enamel
digunakan untuk menggambarkan beberapa gejala dan akibat dari fluorosis gigi
atau fluorosis endemik.
Fluor dengan dosis yang sama dapat menyebabkan tingkat fluorosis gigi yang
berbeda. Keparahan fluorosis gigi tergantung pada waktu dan lamanya pemajanan
fluor, respon individu, berat badan, tingkat aktifitas fisik, faktor gizi, dan
pertumbuhan tulang.
Menghambat demineralisasi
Meningkatkan remineralisasi
Mekanisme fluor dalam menghambat karies gigi adalah karena ion fluor
menghambat kerja enzim pada jalur glikolisis. Ion fluor dalam cairan rongga
mulut akan berikalan dengan ion -magnesium, membentuk magnesium fluoride.
Magnesium merupakan Ion yang dibutuhkan bersama enolase mengubah 2Pgliserat menjadi fosfoenolpiruvat ,PEP. Kekurangan akan PEP memungkinkan
pemindahan gula melalui sistem PEP fosfotransferase, meningkatkan asam karena
proses glikolisis dihambat, sehingga tidak terjadi penimbunan asam. Enzim air
liur seperti laktoperoksidase, mieloperoksidase, serta peroksidase air liur total
berperan penting dalam liur, terutama sebagai antimikrobial.
Enzim dalam sistem peroksidase tersebut bersama dengan tiosianat (SCN -)
bertindak sebagai katalisator. Dalam reaksi oksidasi hidrogen peroksida menjadi
hipotiosianat, enzim ini mengaktifkan sistem peroksidase. Pengaruh fluor
terhadap kerja enzim air liur pada konsentrasi tertentu dapat menghambat aktivitas
sistem peroksidase. Dengan demikian pemberian fluor pada karies frekuensi
tinggi sebaiknya dihindari (Melanie,2007).
senyawa
yang
paling
reaktif
diantara
senyawa
lainnya.
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah,
atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari
karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm
(part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut mottled enamel pada mottled
enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila
fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali
(Zelvya P.R.D, 2003). Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum
adalah 0,71,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa
fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 4050% pada gigi susu (Ami Angela,
2005).
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi
harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di
dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride.
Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan
fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah
yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika
dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak
disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Contohnya adalah fluorosis. (Ars creation, 2010).
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan
dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor
disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak
mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor
sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela, 2005). Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi
berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan
dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Nova,
2010).
B. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi
dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi
fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan
asam
sehingga
dapat
menghambat
proses
demineralisasi
dan
meningkatkan
sehingga
menghasilkan
peningkatan
yang
signifikan
dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal
untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara (Yanti, 2002):
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor
pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan
selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001). Sediaan fluor
dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada
permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai
bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat
disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai
gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan
konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml
(Yanti, 2002).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah
warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi
gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang
masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah
8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air
destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan
karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia
dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang
banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan
rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung
fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat
perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan
sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor adalah
duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis alami yang berisi 50 mg
NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak
umur 6 tahun ke atas karena anak dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah
dengan baik sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan
fluorosis enamel (Angela, 2005).
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi pemakaiannya pada anak
pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur
dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991).
Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini
diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml.
Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini
tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal
aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering
mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
Kidd, E. A. M; dan S. J. Bechal. 1991. Dasar-Dasar Karies. Alih Bahasa Narlan
Sumawinata dan Safrida Faruk. Jakarta : EGC. 30-31.
J. M. ten Cate. 2013. Contemporary Perspective on The Use of Fluoride Products in
caries Prevention. British Dental Journal Volume 213 no 4 Feb 23 2013.
Jones, Sheila. 2005. The Effective Use of Fliorides in Public Health. Departement of
Oral Health and Development, School Clinical Dentistry, University of Sheffield,
England.
Lubis. S.L.A. 2001. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU e-Repository.
Magdarina, Destri,. dkk. 2005. Fluor dan Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan Media
Litbang Kesehatan Volume XV Nomer 2: Kalimantan Barat.
Mariati, Ni Wayan. 2015. Penanganan Fluorosis Gigi Dengan Menggunakan Teknik
Mikroabrasi. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado. (Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015)
Melanie S. Djamil. 2007. Mekanisme Fluor Menghambat Kerja Enzim Air Liur. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas lndonesia {Edisi Khuss} 1-6.
Moynihan, Paula, and Poul Erik Petersen. 2004. Diet, Nutrition, and The Preventive of
Dental Disease. WHO Collaborating Centre for Nutrition and Oral Health, School of
Dental Sciences, University of Newcastle, UK. WHO Collaborating Centre for
Nutrition and Oral Health Programmes and Reasearch, University of Copenhagen,
Copenhagen, Denmark.
Reski Puspita Ningrum. 2014. Kebiasaan Konsumsi Air Hujan Terhadap Status
Keparahan Karies Gigi Pada Masyarkat di Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik
Tengah Kabupaten Nunukan Tahun 2014. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.
Yayan, Sunarya, dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT.
Setia Purna Inves
Yetty dan Inne. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung : Fakultas
Kedokteran, Gigi Universitas Padjadjaran.