Anda di halaman 1dari 25

STEP 7

LEARNING OBJECTIVE
LO 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sumber fluor di alam
Di dunia fluor tersedia dalam jumlah sangat besar. Sebagian besar terikat pada
mineral dan senyawa kimia lainnya dan secara biologis tidak terdapat dalam bentuk
ion bebas. Pada bukit kapur terdapat 300 700 ppm fluor dan 4700 ppm pada
beberapa bukit kapur yang lunak (Magdarina, 2005). Fluor di alam dapat
ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga ditemukan

pada

tanaman. Fluor merupakan elemen paling elektronegatif dan semua elemen


kimia, maka secara
elemen.tersendiri.

alamiah

Kombinasi

tidak pemah
secara

kimiawi

dijumpai
dalam

dalam
bentuk

bentuk
fluorides,

fluorine adalah dalarn urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya


merupakan 0.016-0.09% dari permukaannya tanah. Di daerah pegunungan,
kandungan fluor dalam tanah relatif rendah (Magdarina, 2005)
Semua air mengandung fluor dengan konsentrasi yang bervanasi. Air
laut mengandung fluor sekitar 0.18-1 .4mg/kg. Kandungan. fluor dalam
air yang didapatkan dari telaga, sungai, atau sumur buatan biasanya sebagian
besar jauh dibawah 0.5mg/kg, meskipun pernah dilaporkan ada yang
mengaandung 95 mg/kg yaitu di Republik Tanzania. Air yang mengandung
fluor sangat tinggi biasanya ditemukan di kaki gunung yang tinggi (Magdarina,
2005).
Fluor juga didistribusikan secara luas di atmosfir, berasal dari debudebu tanah yang mengandung
pembakaran

fluor, dan buangan

gas industri,

dan

batu bara, dan dari semburan gas gunung berapi yang aktif

Kandungan fluor di udara dan beberapa pabrik dapat mencapai 1.4 mg F per
m3. Kandungan fluor di daerah non-industri didapatkan antara 0.05-1.90 ug F
per m3.
Beberapa tanaman, misalnya bayam, ketela, mengandung fluor relatif tinggi.

Demikian juga daun teh mengandung fluor yang tinggi. Daging sapi
mengandung fluor
daging

ayam

yang

rendah,

namun

kadang-kadang

ditemukan

yeng mengandung fluor relatif tinggi, mungkin ayam-ayam

ini diberi makan ikan atau tulang yang mengandung kadar fluor yang tinggi
sekal (Magdarina, 2005).
Fluorida

ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan jaringan tubuh. Pada

tahun 1802 telah ditemukan pertama kali tentang adanya fluorida dalam jaringan
tubuh binatang, dimana menunjukkan adanya fluorida dalam fosil gigi gajah.
Selain terdapat dalam gigi, fluorida juga dijumpai dalam tulang. Oleh karena
unsur halogen mempunyai afinitas yang tinggi terhadap kalsium fluorida dalam
makanan biasanya diukur dalam mgr dan ukuran ini hampir sama dengan ukuran
fluorida dalam air yaitu ppm (1 mg fluoride dalam 1 liter air). Kebutuhan fluorida
per hari yang berasal dari makanan adalah sebesar 0,20,6 mgr (Panjaitan, 1995).
Daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung sedikit sekali
fluorida. Makanan laut seperti ikan banyak mengandung fluorida, terutama ikan
bertulang halus seperti sardencis, ikan salem dan lain-lain.
Teh dan ikan adalah sumber lain yang mengandung fluor dalam jumlah yang
bermakna. Daun teh yang kering mengandung 75100 ppm. Daging ikan
mengandung fluor sekitar 1 ppm, sedangkan kulit dan tulang ikan mengandung
lebih dari itu. Jumlah fluorida dalam ikan segar adalah sebesar 712 ppm, jika
kandungan fluor dalam air rendah, anda dapat menambah fluor melalui makanan
(Besford J, 1996).
Polusi fluor pada lingkungan dapat terjadi akibat fluor yang berasal dari
pertambangan, pembuangan industri, pembakaran batu bara, pupuk dan pestisida
yang tidak disertai perlindunan. Sumber utama polusi adalah industri dan
pertambangan. Sebagai contoh, sembilan puluh persen sampel udara yang diambil
dari sebuat kota di Republik Federasi Jerman pada tahun 1965, mengandung fluor
0,5 3,8 mg/m3. Banyak masalah yang muncul pada daerah pertambangan
phosphate dan fluorospar, jika debu yang kaya akan fluor tersebut tertiup angin,
lalu akan menempel pada tanaman, dan selanjutnya dapat memasuki rantai

makanan (WHO, 1994).


LO 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor faktor yang
mempengaruhi kadar fluor

LO 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek yang


ditimbulkan fluor pada tubuh beserta tanda tandanya
Dampak positif fluoridasi
PRA ERUPSI

Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari

pengurangan sejumlah matriks yang dibentuk


Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih

resisten terhadap asam


Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandunga karbonat

lebih rendah kelarutan thd asam berkurang


Pengurangan jumlah & ukuran daerah yang menyebabkan
akumulasi makanan & plak

PASCA ERUPSI

Fluoroapatit Menurunkan Kelarutan Enamel Dalam Asam


Fluoroapatit lebih padat & membtk kristal sedangkan daerah permukaan yang

bereaksi dengan asam lebih sedikit


Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung

karena sedikit larut dalam asam)


Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit dg

karbonat rendah lebih stabil & kurang larut dibanding karbonat tinggi
Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga

merangsang perbaikan / penghentian lesi karies awal


Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan thd enzim yang
terlibat dlm pembentukan asam serta pengangkutan & penyimpanan glukosa
dlm streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan utk
pembuatan asam dlm sintesa polisakarida (Melanie, 2007).

Efek fluor secara topikal Ada beberapa pendapat mengenai efek aplikasi fluor
secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan

terhadap demineralisasi asam, dapat memacu proses remineralisasi pada


permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang merubah
karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang
menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi (Lubis, 2001).
A.
1)
2)
3)

Dampak Kekurangan Fluor dapat menyebabkan :


Kerusakan gigi yang berlebihan.
Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.
Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan gigi

mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis).


4) Terjadi perubahan warna pada gigi anak.
5) Dapat terjadi penipisan tulang.
B. Dampak Kelebihan Flour
Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan pada gigi.
Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan
menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Konsumsi 2 ppm fluor
dapat menyebabkan mottled enamel, 5 ppm dapat menyebabkan osteosklerosis, 50
ppm dapat menyebabkan kelainan kalenjar tiroid, 120 ppm dapat menyebabkan
retardasi mental, 125 ppm dapat menyebabkan penyakit ginjal, dan 2,5 gram
sampai 5 gram dapat menyebabkan dosis akut dan kematian. Kelebihan flour
dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour dalam tubuh separuhnya
akan disimpan dalam tulang dan terus bertambah sesuai umur, akibatnya tulang
menjadi mudah patah karena terjadi flourosis pada tulang (Lubis, 2001).
Dibalik manfaatnya menjaga kesehatan gigi, ternyata fluoruide memiliki banyak
efek samping yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Lebih dari seratus
penelitian memaparkan dampak negatif unsur kimia ini terhadap berbagai jaringan
tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, fluoride termasuk disruptor endokrin (bahan
kimia yang dapat mengganggu kerja sistem endokrin tubuh) yang bisa membawa
dampak negatif terhadap tulang, otak, kelenjar tiroid, kelenjar pineal, dan level
gula darah. Selain itu, fluor juga berdampak pada :

Meningkatkan penyerapan lead

Mengganggu sintesis kolagen

Hiperaktif

Gangguan otot

Penyakit tiroid

Arthritis

Demensia

Patah tulang

Fungsi tiroid rendah

Kanker tulang (osteosarkoma)

Menonaktifkan 62 enzim dan menghambat pembentukan pada lebih dari 100


enzim tubuh

Menghambat pembentukan antibodi

Kerusakan genetik dan kematian sel

Meningkatnya risiko tumor dan kanker

Mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh

Merusak sperma dan meningkatkan infertilitas

Memicu kerusakan otak


Tidak hanya itu, fluoride yang berlebihan, misalnya ketika ditambahkan ke

dalam air minum publik dalam kadar di atas 1,2 miligram per liternya, bisa
menimbulkan lubang pada enamel gigi, penumpukan fluoride dalam tulang,
sementara paparan fluoride dalam kadar 2 hingga 10 mg per hari bisa
menyebabkan fluorosis pemicu lumpuh pada tulang, disertai sakit perut, mual,
muntah, kejang dan kejang otot. Dan fluoride yang berlebihan pada anak-anak
bisa mengakibatkan fluorosis gigi. Fluorosis gigi adalah perubahan dalam
penampilan enamel gigi. Hal ini dapat terjadi ketika anak-anak secara teratur
mengkonsumsi

fluoride

dalam

jumlah

yang

lebih

tinggi

dari

yang

direkomendasikan selama masa pertumbuhan gigi, usia 8 atau lebih muda.


Fluorosis gigi dalam bentuk yang parah, yang kurang umum, menyebabkan
perubahan enamel yang lebih luas, dan bahkan bisa menyebabkan lubang di gigi.
Selain itu, paparan fluoride dalam kadar tinggi bisa membahayakan tubuh,
menyebabkan kerusakan yang tidak bisa diobati. Sedangkan toksisitas (keracunan)
fluoride bisa menyebabkan gejala seperti kekurangan gizi, penyakit ginjal dan
diabetes. Hal ini dipaparkan dalam situs kesehatan The Center for Disease
Control and Preventions dan The EPAs National Health and Environmental
Effects Laboratory.
Termuan terbaru dari Harvard University kalau air mineral dengan fluorida
juga mengurangi IQ anak-anak. Dalam temuan itu juga menunjukkan kalau Air
dengan fluorida di beberapa Negara yang mengonsumsinya termasuk Indonesia
ditemukan fakta kalau anak-anak yang tinggal di daerah air yang mengandung
konsentrasi tinggi fluorida dan meminum Air Mineral dengan kandungan Flourida
seperti Indonesia salah satunya Koefisien Intelektualnya begitu rendah.
Selain itu dalam laporan itu kalau fluorida bisa menyebabkan kerusakan
hippocampus, kurangi kadar lipid, plakat pembentukan beta-amiloid (kelainan
yang terjadi pada penyakit Alzheimer), eksaserbasi cedera, kerusakan pada system

pertahanan dan antioksidan, peningkatan dalam aluminium, akumulasi fluoride


dalam kelenjar pineal yang kesemuanya ada didalam otak manusia. Studi sudah
menemukan kalau fluorida berlebihan didalam tubuh bisa menyebabkan gejalagejala sebagai berikut :

hiperaktif atau kelesuan


gangguan otot
radang sendi
demensia
tak aktifnya 62 enzim dan menghambat kian lebih 100 enzim
menghambat pembentukan antibody
kematian sel
patah tulang dan
sebagian jenis kanker dalam tulang.

Fluoride sudah di teliti banyak pakar kesehatan serta ternyata ditegaskan


mengandung bahan beresiko untuk tubuh. Antara lain dapat mengakibatkan
kanker tulang, oestoporosis, permasalahan persendian, turunnya kandungan
testoteron serta estrogen, dan mampu mengkorosi susunan enamel gigi. Bahkan
juga disebutkan jika fluoride lebih merusak gigi daripada garam. Dunia medis
juga telah mengetahui bila fluoride juga dipakai sebagai obat anti depresan, yang
menghilangkan agresifitas dan motivasi manusia, termasuk juga menurunkan
hasrat untuk berkembang-biak (Lubis, 2001).
Menurut the National Toxicology Program, Fluoride dapat dibuktikan adalah
senyawa mutagenic. Senyawa mutagenic yaitu senyawa perusak gen badan. Gen
sendiri yaitu sisi sel yang mengatur produksi beberapa sel baru untuk badan.
Apabila gen rusak lantaran Fluoride, bakal muncul beberapa sel baru yang salah
serta abnormal. Beberapa sel anormal berikut yang dapat menyebabkan kanker,
penyakit genetik, dan penyakit masalah pertahanan badan seperti penyakit lupus.
Terkecuali berbagai dampak jelek fluoride di atas, fluoride juga dapat dibuktikan
merusak sel pelapis lambung apabila termakan, juga terbukti mengakibatkan
kerusakan ginjal serta kelenjar pineal.

Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email yang disebabkan oleh
asupan fluor berlebih selama periode pembentukan gigi. Mekanismenya berupa
terjadinya gangguan aktifitas ameloblas dalam perlekatan matriks dan pada tahap
maturasi email dan timbulnya bintik-bintik abnormal pada email. Pada fluorosis
gigi ditemukan kelainan gigi yang awalnya berupa suatu garis putih menyilang
pada permukaan email sedangkan pada tingkat berat dapat merubah bentuk gigi.
Tanda awal gigi terpapar fluor berlebih ialah email yang tampak berbintikbintik, disebut mottled enamel. Bintik-bintik ini bisa berwarna kuning atau coklat
akibat permukaan email gigi yang tidak sempurna. Istilah mottled enamel
digunakan untuk menggambarkan beberapa gejala dan akibat dari fluorosis gigi
atau fluorosis endemik.
Fluor dengan dosis yang sama dapat menyebabkan tingkat fluorosis gigi yang
berbeda. Keparahan fluorosis gigi tergantung pada waktu dan lamanya pemajanan
fluor, respon individu, berat badan, tingkat aktifitas fisik, faktor gizi, dan
pertumbuhan tulang.

LO 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme


perlindungan fluor terhadap karies gigi
Seperti tulang, gigi terbentuk dari kalsium hidroksiapatit mineral fosfat (HAP).
Kelarutan HAP tergantung pada pH (keasaman, alkalinitas), tetapi juga pada iontingkat komponen HAP (kalsium dan fosfat) dari medium sekitarnya. Dalam
kondisi fisiologis saliva dan biofilm gigi memiliki pH mendekati netral (pH 7)
(Cate, 2013).
Enamel tersusun dari struktur 'prismatik' yang masing-masing terdiri dari
jutaan kristal HAP. Sehingga menciptakan struktur mekanis yang kuat, tetapi
dalam hal kimiawi dianggap agak rentan. Hal tersebut dikarenakan porositas
dalam struktur ini, baik antara prisma enamel dan antara kristal HAP, asam-asam
organik lemah yang terbentuk dalam plak akan menembus ke enamel daripada
melarutkan lapisan enamel demi lapis. (Cate, 2013)

Fluor mempunyai tiga mekanisme yaitu:

Menghambat metabolisme bakteri

Menghambat demineralisasi

Meningkatkan remineralisasi

1. Menghambat metabolisme bakteri


Fluor yang terionisasi (F-) tidak dapat menembus dinding dan membran bakteri ,
tetapi dapat masuk ke sel bakteri dalam bentuk HF. Ketika pH plak turun akibat
bakteri yang menghasilkan asam, ion hidrogen akan berikatan dengan fluor dalam
plak membentuk HF yang dapat berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri. Di
dalam sel bakteri, HF akan terurai menjadi H + dan F-. H+ akan membuat sel
menjadi asam dan F- akan mengganggu aktivitas enzim bakteri. Fluor dapat

menghambat enzim enolase yang dibutuhkan bakteri untuk metabolisme


karbohidrat.
2. Menghambat demineralisasi
Pada saat bakteri menghasilkan asam, fluor dalam cairan plak akan masuk
bersama asam ke bawah permukaan gigi yang kemudian diadsorpsi lebih kuat ke
permukaan Kristal CAP (mineral email) dan menyebabkan mekanisme proteksi
yang poten melawan disolusi asam pada permukaan kristal pada gigi. Fluor yang
menyelubungi kristal berasal dari cairan plak melalui aplikasi topikal, seperti air
minum atau produk fluor.
3. Meningkatkan remineralisasi
Saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang
ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang
terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai nukleatordan
permukaan baru akan terbentuk. Proses tersebut disebut remineralisasi, yaitu
penggantian mineral pada daerah-daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat
lesi karies pada email atau dentin (termasuk bagian akar). Fluor akan
meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi pada permukaan kristal
menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk pembentukan mineral baru.
Ketika ion fluoride berperan dalam remineralisasi, ion tersebut tergabung
dalam struktur apatit, membentuk kristal campuran fluor-hidroksiapatit. Sebagai
hasil dari penggabungan fluoride ini kristal yang baru terbentuk atau sebagian
terbentuk kembali yang memiliki kelarutan lebih rendah daripada yang asli. Selain
itu, dengan adanya kadar fluoride rendah proses perbaikan ini dipercepat. (Cate,
2013)

Mekanisme fluor dalam menghambat karies gigi adalah karena ion fluor
menghambat kerja enzim pada jalur glikolisis. Ion fluor dalam cairan rongga
mulut akan berikalan dengan ion -magnesium, membentuk magnesium fluoride.
Magnesium merupakan Ion yang dibutuhkan bersama enolase mengubah 2Pgliserat menjadi fosfoenolpiruvat ,PEP. Kekurangan akan PEP memungkinkan
pemindahan gula melalui sistem PEP fosfotransferase, meningkatkan asam karena
proses glikolisis dihambat, sehingga tidak terjadi penimbunan asam. Enzim air
liur seperti laktoperoksidase, mieloperoksidase, serta peroksidase air liur total
berperan penting dalam liur, terutama sebagai antimikrobial.
Enzim dalam sistem peroksidase tersebut bersama dengan tiosianat (SCN -)
bertindak sebagai katalisator. Dalam reaksi oksidasi hidrogen peroksida menjadi
hipotiosianat, enzim ini mengaktifkan sistem peroksidase. Pengaruh fluor
terhadap kerja enzim air liur pada konsentrasi tertentu dapat menghambat aktivitas
sistem peroksidase. Dengan demikian pemberian fluor pada karies frekuensi
tinggi sebaiknya dihindari (Melanie,2007).

Berdasarkan konfigurasi elektronnya, halogen menempati golongan VIIA


dalam tabel periodik. Atom atom unsur halogen memiliki afinitas elektron
tertinggi sehingga mudah menerima elektron membentuk konfigurasi gas mulia.
Oleh sebab itu, unsur halogen tidak pernah ditemukan dalam keadaan unsur bebas
di alam (Yayan, 2007).
Semua unsur halogen terdapat sebagi molekul diatom yaitu F 2, Cl2, Br2, dan
I2. Fluorin dan klorin berwujud gas, fluorin berwarna kuning pucat dan klorin
berwarna kuning kehijauan. Bromin mudah menguap, cairan dan uapnya berwarna
coklat kemerahan. Iodin berupa zat padat berwarna hitam mengkilap yang dapat
menyublim menghasilkan uap berwarna ungu (Yayan, 2007).
Kereaktifan halogen dapat dipelajari dari jari jari atomnya. Dari atas ke
bawah, jari jari atom meningkat sehingga gaya tarik terhadap penerimaan
(afinitas) elektron makin lemah. Akibatnya, kereaktifan unsur unsur halogen
dari atas ke bawah berkurang. Kereaktifan halogen dapat juga dipelajari dari
afinitas elektron. Makin besar afinitas elektron, maka reaktif unsur tersebut. Dari
atas ke bawah dalam tabel periodik, afinitas elektrin usnur usnur halogen makin
kecil sehingga kereaktifannya : F Cl Br I (Yayan, 2007).
Keelektronegatifan dari kiri ke kanan semakin besar dan dari atas kebawah
semakin kecil. Sehingga urutannya adalah F Cl Br I. Dalam hal hal tersebut F
merupakan

senyawa

yang

paling

reaktif

diantara

senyawa

lainnya.

Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk


menangkap atau menarik elektron dari atom lain (Yayan, 2007).
Fluorida adalah kunci dari pengurangan prevalensi karies gigi, dimana ada 3
cara yaitu pertama dengan cara repair (remineralisasi) dari kerusakan awal pada
enamel disebabkan karena adanya produksi asam oleh bakteri, kedua
memperbaiki struktur kimia dari enamel agar tahan terhadapan serangan asam
oleh bakteri, dan terakhir dengan mengurangi kemampuan bakteri untuk produksi
asam (Jones, 2005).

Hubungan fluorida dalam pencegahan karies dengan cara mengurangi dan


menghambat dimineralisasi. Fluorida berganbung pada pola enamel dan atau
berikatan pada permukaan kristal enamel dan mengganti kelompok hidroksil pada
hidroksiapatit. Dengan cara mengkonversi hidroxiapatit menjadi fluoroapatit
dimana senyawa ini lebih stabil, fluorida menguangi kerentanan enamel pada
dimineralisasi (Moynihan,2004).
Remineralisasi dari enamel dengan cara fluorida menutupi porous dengan
diremineralisasinya menggunakan fluoroapatit dimana pembentukan ini lebih
stabil dan lebih resisten terhadap asam. Karen fluorida cenderung bersifat stabil
dibanding hidroksil (Moynihan,2004).
LO 5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fluoridasi secara
sistemik maupun lokal
A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena
fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi
fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk
tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan
kolektif. Contoh penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air
kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars creation, 2010). Terdapat tiga cara pemberian
fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum

Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah,
atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari
karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm
(part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut mottled enamel pada mottled
enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila

fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali
(Zelvya P.R.D, 2003). Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum
adalah 0,71,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa
fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 4050% pada gigi susu (Ami Angela,
2005).
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi
harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di
dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride.
Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan
fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah
yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika
dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak
disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Contohnya adalah fluorosis. (Ars creation, 2010).
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan
dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor
disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak
mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor
sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela, 2005). Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi
berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan
dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Nova,
2010).
B. Penggunaan Fluor Secara Topikal

Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi
dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi
fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan
asam

sehingga

dapat

menghambat

proses

demineralisasi

dan

meningkatkan

remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan


cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral
tersebut (Bechal, 1991).
Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang
terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH
plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen,
1991;Wolinsky, 1994). Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan
sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme

sehingga

menghasilkan

peningkatan

yang

signifikan

dalam

mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal
untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara (Yanti, 2002):
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor
pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan
selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001). Sediaan fluor
dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada
permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai
bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat
disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai
gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan

konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml
(Yanti, 2002).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah
warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi
gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang
masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah
8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air
destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan
karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia
dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang
banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan
rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung
fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat
perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan
sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor adalah
duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis alami yang berisi 50 mg
NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak
umur 6 tahun ke atas karena anak dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah
dengan baik sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan
fluorosis enamel (Angela, 2005).
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi pemakaiannya pada anak
pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur
dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang

kini terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm


pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan Bechal, 1991).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%.
Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama
terjadi kenaikan karies (Angela, 2005). Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang
berumur diatas enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang
dewasayang mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho
(Kidd dan Bechal, 1991).
Efek fluor secara topikal
Ada beberapa pendapat mengenai efek aplikasi fluor secara topikal dalam
menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan terhadap demineralisasi asam,
dapat memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem
enzim mikrobiologi yang merubahkarbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan
adanya efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi
(Lubis, 2001).
LO 6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam bahan fluor
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF
digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu
yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama,
memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi
gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,
dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya

mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991).
Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini
diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml.
Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini
tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal
aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering
mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).

LO 7 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan


kontraindikasi penggunaan fluor
Menurut Donley (2003), meliputi :
A. Indikasi
1. pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
2. gigi dengan permukaan akar yang terbuka
3. gigi yang sensitif
4. anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh:Down syndrome)
5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik
B. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies rendah
2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor

3. ada kavitas besar yang terbuka


L0 8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi penggunaan fluor
Topikal Aplikasi fluor
Ada tiga bahan yang biasa digunakan untuk topikal aplikasi fluor, yaitu: sodium
fluoride, acidulated phosphate fluoride dan stannous fluoride.
1. Sodium fluoride (Na F)
Ada dua prosedur/ teknik topikal aplikasi dengan menggunakan bahan sodium
fluoride sebagaimana dikemukakan oleb Knutson dan Bibby.
Teknik dari Knutson
a. Bersihkan selunth permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan
pasta prophylaxis standard (mis: pumice). Untuk permukaan licin
gunakan rubber cup sedang permukaan okiusal gunakan pointed brush.
b. Isolasi gigi dengan cotton roll
c. Keringkan gigi dengan seksama
d. Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit agar
kering.
Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval satu minggu.
Prophylaxis tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat.
Perawatan dilakukan pada usia 3,7, 11 dan 13 tahun.
Teknik dari Bibby:
Tahap a sampai c sama dengan teknik Knutson.
Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi
dijaga tetap basah dengan lanutan selama 7 sampai 8 mernt. Perawatan
dilakukan 3 kali dalam sam tahun.
Keberhasilan perawatan: Topikal aplikasi dengan sodium fluoride efektif untuk
anak yang tinggal di daerah rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30 - 40%.
Pada daerah dengan kandungan fluor optimum dan orang dewasa manfaatnya
hanya sedikit Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui
oleh FDA/ADA adalah 2% dalam bentuk gel atau solution.

2. Acidulated phosphate fluoride (APF)


APF merupakan campuran dan: sodium fluoride, hydrofluonc acid dan phosphoric
acid. Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah
1,23% APF dalam bentuk gel atau solution.
Prosedur/tekniknya adalah sebagai berikut:
a. Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan pasta
prophylaxis standard yaitu pumice.
b. Isolasi gigi dengan cotton roll.
c. Keringkan gigi dengan seksama.
d. Aplikasikan larutan APF dan jaga tetap tetap basah dengan larutan selama 4
menit. Setelah aplikasi iistruksikan jangan makanlminum selama 30 menit
setelah perawatan. Larutan APF bersifat stabil dan dapat disimpan dalam
tempat dan plastik. Perawatan dilakukan satu kali dalam 1 tahun, tetapi akan
Iebih efektif jika dilakukan tiap 6 bulan.
3. Stannous fluoride (Sn F2)
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah 8% SnF2
dalam bentuk larutan/solution.
SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan, sebagai
komponen pasta prophylaxis ataupun sebagai komponen pasta gigi. Meskipun tiap
bentuk komponen SnF2 tersebut efektif untuk mereduksi karies, tetapi manfaat
optimum dicapai jika tiga bentuk komponen tersebut digunakan bersama-sama.
Prosedur perawatan dengan menggunakan tiga bentuk komponen SnF2 ini dikenal
dengan istilah multiple stannous fluoride therapy, tekniknya adalah sebagai
berikut (menurut Dudding dan Muhier):
a. Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan
pasta prophylaxis yang mengandung SnF2
b. Isolasi gigi dengan cotton roll
c. Keringkan gigi dengan seksama d. Aplikasikan larutan SnF2 10%pada
permukaan gigi dan jaga tetap basah dengan larutan selama 4 menit.
Larutan hanis baru untuk flap pasien.
d. Pasien melanjutkan prosedur tersebut di atas dengan secara rutin
menggunakan pasta gigi yang mengandung SnF2.

Instruksi: pasien jangan makanlminum selama 30 menit setelah perawatan.


Frekwensi perawatan bervariasi tergantung pada kebutuhan individual. Biasanya
untuk anak-anak tiap 6 bulan sedang orang dewasa flap satu tahun.
LO 9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dosis penggunaan
fluor
Fluor bisa diberikan dalam bentuk air minum, cairan tetes, tablet, obat kumur,
dan pasta gigi. Pemberian fluor secara sistemik yaitu fluoridasi air minum dengan
pemberian dalam air bervariasi antara 1 1,2 ppm (part per million). Konsentrasi
optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 1,2 ppm.
Pemberian flour dalam bentuk obat obatan yaitu tablet flour dapat diberikan
sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak berumur 16 tahun. Umur 2 minggu 2
tahun biasanya diberikan 0,25 mg, 2 3 tahun diberikan 0,5 mg dan 3 16 tahun
diberikan 1 mg (Yetty, 2010).
Penggunaan secara topikal yaitu pada topikal apikal dengan cara pengolesan
langsung fluor pada enamel dengan sediaan menggunakan NaF, SnF, dan APF.
NaF dianjurkan penggunaannya dengan konsentrasi 2% dilarutkan dalam bentuk
bubuk 0,2 gr dengan air destilasi 10 ml. SnF yang penggunaannya jarang
digunakan dengan konsentrasi 8% diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gr
dengan air destilasi 10 ml. Sedangkan pasta gigi fluor mengandung kira kira 1
mg F/g (1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Yetty, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
Kidd, E. A. M; dan S. J. Bechal. 1991. Dasar-Dasar Karies. Alih Bahasa Narlan
Sumawinata dan Safrida Faruk. Jakarta : EGC. 30-31.
J. M. ten Cate. 2013. Contemporary Perspective on The Use of Fluoride Products in
caries Prevention. British Dental Journal Volume 213 no 4 Feb 23 2013.

Jones, Sheila. 2005. The Effective Use of Fliorides in Public Health. Departement of
Oral Health and Development, School Clinical Dentistry, University of Sheffield,
England.
Lubis. S.L.A. 2001. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU e-Repository.
Magdarina, Destri,. dkk. 2005. Fluor dan Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan Media
Litbang Kesehatan Volume XV Nomer 2: Kalimantan Barat.
Mariati, Ni Wayan. 2015. Penanganan Fluorosis Gigi Dengan Menggunakan Teknik
Mikroabrasi. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado. (Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015)
Melanie S. Djamil. 2007. Mekanisme Fluor Menghambat Kerja Enzim Air Liur. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas lndonesia {Edisi Khuss} 1-6.
Moynihan, Paula, and Poul Erik Petersen. 2004. Diet, Nutrition, and The Preventive of
Dental Disease. WHO Collaborating Centre for Nutrition and Oral Health, School of
Dental Sciences, University of Newcastle, UK. WHO Collaborating Centre for
Nutrition and Oral Health Programmes and Reasearch, University of Copenhagen,
Copenhagen, Denmark.
Reski Puspita Ningrum. 2014. Kebiasaan Konsumsi Air Hujan Terhadap Status
Keparahan Karies Gigi Pada Masyarkat di Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik
Tengah Kabupaten Nunukan Tahun 2014. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.
Yayan, Sunarya, dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT.
Setia Purna Inves
Yetty dan Inne. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung : Fakultas
Kedokteran, Gigi Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai