Kota Liveable City (Kota Layak Huni) Permasalahan diperkotaan yang terlalu komplek membuat masyarakat kota mengeluh merasa tidak nyaman akan lingkungan tempat tinggal mereka. Ketidaknyamanan tersebut dapat ditemukan dalam permasalahan mulai dari lahan yang terlalu padat akibat masyarakat banyak yang bermigrasi ke daerahnya, masalah kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum dan masalah kebersihan lingkungan. Dalam kondisi seperti ini, setiap masyarakat menginginkan sebuah kota yang nyaman dan memang layak untuk dihuni atau Liveable City. Kota layak huni merupakan kota yang harus menyediakan kenyamanan, stabilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya terhadap masyarakat yang ada dan pendatag. Perencanaan jangka panjang yang cerdas harus menjadi awal terbentuknya kota cerdas dengan lingkaran semangat untuk menjadi kota layak huni dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan konsep Liveable City harus didukung dengan sustainable city agar perencanaan ruang kota dapat terwujud sesuai rencana. Dalam konteks keberlanjutan adalah kemampuan untuk mempertahankan kualitas hidup yang dibutuhkan oleh masyarakat kota saat ini maupun masa depan. Liveable City harus mempunyai prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasar ini harus dimiliki oleh kota-kota yang ingin menjadikan kotanya sebagai kota layak huni dan nyaman bagi masyarakat kota. Berikut merupakan prinsip-prinsip dasar menurut Lennard (1997) untuk mewujudkan Liveable City : 1. Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan, seperti : hunian yang layak, air bersih, dan listrik). 2. Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, seperti : transportasi publik, taman kota, fasilitas ibadah dan fasilitas kesehatan). 3. Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan berinteraksi dan terjaminnya keamanan serta bebas dari rasa takut. 4. Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya. 5. Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik. Kota yang nyaman dan layak huni adalah Kota dengan pelayanan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan kebutuhan hidup warganya yang mudah diakses bagi seluruh kalangan masyarakat kota serta mampu menjaga kualitas lingkungan kota melalui penyediaan prasarana sarana lingkungan hunian kota, ruang yang berkeadilan bagi pelaku ekonomi formal dan informal, kesehatan dan pendidikan serta menjamin kualitas kesehatan lingkungan perkotaan. Menilai perencanaan sebuah kota dapat dinilai dari bagaimana tingkat kenyamanan masyarakat yang mendiami kota tersebut Salah satu kota yang menerapkan Liveable City di Indonesia yaitu Yogyakarta. Penilaian ini dilakukan berdasarkan survei dari IAP terhadap 9 aspek dan 25 indikator penilaian kota layak huni dan Yogyakarta memperoleh nilai yang tinggi diantara kota-kota besar lainnya. Di Yogyakarta aspek-aspek yang menjadi indikator penilaian sudah ada dan tinggi sehingga diharapkan bisa terus dipertahankan sebagai kota layak huni yang memprioritaskan kenyamanan masyarakat kota.
Nama : Elsa Yulianti Utami
NIM
: D1091141021
Makul : Masalah Pembangunan Wilayah dan Kota
Kota Tangguh Kota sebagai jantung kehidupan sebuah Negara turut tidak luput dalam pusaran bencana. Kota yang tangguh atau berketahanan adalah kota yang mampu mengatasi masalah- masalah seperti kepadatan penduduk, tata ruang, transportasi, kemiskinan, air bersih, pangan dan energi. Dalam perspektif masyarakat, sebuah kota dikatakan tangguh apabila mampu melayani kebutuhan hidup mendasar, memberikan lapangan pekerjaan,mengentaskan warganya dari kemiskinan dan melindungi dari berbagai kerawanan baik bencana, penyakit maupun keamanan. Yayasan Rockefeller tentu mempunyai kriteria sendiri, namun pastilah aspek-aspek tersebut akan terkait. Di samping itu dukungan dan partisipasi masyarakat akan menentukan kemajuan dan ketangguhan sebuah kota. Program yang didanai Rockefeller Foundation\ bertujuan membantu kota-kota di seluruh dunia agar menjadi kota yang tangguh dalam menghadapi tantangan fisik, sosial dan ekonomi, serta perubahan iklim. Contoh studi kasus di Indonesia yaitu Semarang yang masih jauh dari keadaan sebagai kota yang memiliki ketangguhan bila kita melihat masih banyaknya problem mendasar yang dihadapi. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih misalnya, baru 64 persen warga yang bisa menikmati. Jumlah penduduk miskin masih tercatat 21,4 persen sedangkan tingkat pengangguran juga masih relatif tinggi. Justru karena itulah bantuan berupa sejumlah program nantinya akan dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan berat yang dihadapi. Belum lagi kalau kita melihat tantangan bencana alam seperti rob dan banjir. Setiap tahun permukaan tanah di kota bawah menurun sehingga pada masa depan problem itu bukan bertambah ringan. Namun Semarang tetaplah mampu dilihat sebagai kota yang mempunyai banyak potensi dan keunggulan. Dalam lalu lintas misalnya, secara umum problem kepadatan akut belum terjadi, sedangkan tingkat kriminalitas tergolong rendah. Jadi tidaklah keliru apabila diproyeksikan menjadi kota yang kelak memiliki ketangguhan. Wali kota dan wakil wali kota mengedepankan pola kepemimpinan yang dialogis, komunikatif, dan transparan. Keterbukaan dan sikap inklusif ini menjadi faktor penting untuk mendorong keterlibatan banyak pihak yang terkait. Dan yang terutama adalah dukungan masyarakat. Dengan adanya strategi ketahanan kota semakin jelas kemana arah pembangunan termasuk prioritas yang harus diutamakan. Tak mungkin hanya mengandalkan pemerintah, karena itu potensi ekonomi swasta harus terus didorong. Semarang masih belum memiliki ketangguhan, namun memiliki komitmen untuk mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dan melibatkan partisipasi masyarakat. Itulah poin penting yang dilihat oleh mereka sekaligus keyakinan bahwa kota ini memang memiliki potensi untuk menjadi kota tangguh. Untuk Kota-Kota yang sudah tanggung akan bahaya bencana yang kemungkinan harus dipertahankan karena pada dasarnya setiap wilayah memiliki potensi dan hambatan atau perkiraan terjadinya bencana. Dikatakan tangguh apabila suatu wilayah mampu mengatasi suatu permasalahan yang ada di daerahnya.