Anda di halaman 1dari 2

Saya pikir mitos-mitos rasanya sudah seperti keseharian di negeri indonesia ini, mereka tersebar

di segala pelosok sosial media yang lucunya banyak orang awam yang menjadikannya sebagai
fakta umum yang diterima sehari-hari. Kita bisa melihat suatu obrolan yang jenaka dari
masayarakat mengenai produk-produk penyembuh segala penyakit (Propolis, Habbatusauda, dll),
racun dari campuran makanan ini dan itu, munculnya kembali paham PKI (yang sedang populer
sekarang), dan banyak hal lainnya yang keliru, membuat hal ini berujungkan fitnah, kesia-siaan
dan petaka yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.
Selain bercerita tentang masyarakat awam, sesungguhnya para ilmuwan juga rentan terhadap
kesalahan seperti halnya orang awam, dan karenanya kita yang menekuni bidang keilmiahan
membuat suatu rancangan yang kita sebut sebagai metode ilmiah untuk mencegah kesalahan ini.
Saya pikir sangatlah membantu kita memahami mitos-mitos dengan mengetahui sumber utama
dari kemunculan mitos-mitos itu sendiri, dan dengan mengetahuinya maka semakin kecil
kemungkinan kita untuk jatuh dalam perangkap ilusif suatu mitos.
1. Berita dari Mulut ke Mulut.
Banyak kepercayaan rakyat yang salah, menyebar luas dari satu generasi ke generasi lain melalui
komunikasi lisan. Misalnya karena kalimat sesuatu yang berbeda itu menarik menarik dan
mudah diingat, orang-orang cenderung menyampaikannya kepada orang lain. Banyak mitos lokal
menyebar dengan cara yang sama. Misalnya, larangan berfoto bersama dalam jumlah ganjil
karena biasanya yang berada ditengah akan cepat meninggal.
Kenyataan bahwa kita telah mendengar sebuah pernyataan berkali-kali tidak lantas membuatnya
menjadi benar. Namun, hal itu bisa membuat kita menganggap pernyataan tersebut benar
meskipun sebenarnya tidak karena kita keliru membedakan antara keakraban pernyataan tersebut
dan keakuratannya. Para pembuat iklan yang berkali-kali mengatakan kepada kita bahwa Tujuh
dari delapan dokter gigi yang disurvei merekomendasikan pasta gigi merek tertentu dibading
semua mereka lain! dan memanfaatkan prinsip ini dengan gigih. Selanjutnya, penelitian
menunjukan bahwa mendengar seorang menyampaikan suatu pendapat (*** adalah seorang
homosexual!) 10 kali dapat membuat kita menganggap pendapat ini sama benarnya seperti
mendengar 10 orang menyampaikan opini tersebut satu kali (Weaver, et al., 2007). Mendengar
sering membuat kita percaya khususnya jika mendengar suatu pernyataan berkali-kali
disugestikan pada kita.
2. Keinginan untuk Mendapatkan Jawaban dengan Mudah dan Menyelesaikan Masalah
dengan Cepat
Saya pikir banyak di antara kita yang berusaha mencari cara mudah yang terkesan to good to be
true, misal, pengaktivan otak tengah, membaca cepat, mengingat dengan baik dengan obat,
mengerjakan ujian dengan baik. Hampir semuanya menawarkan janji-janji manis berupa
perubahan perilaku yang cepat juga mudah. Misalnya diet gila-gilaan sangat populer (OCD, dsb)
walau penilitian menunjukan bahwa sebagian orang yang menjalani diet tersebut berat badannya

akan kembali nak hanya dalam beberapa tahun (Brownell dan Rodin, 1994). Kursus membaca
cepat juga sama populer, yang sebagian besar janjinya mampu membuat seorang yang hanya
100-200 kata per menit menjadi 10.000-25.000 kata permenit. Penilitian Carver (1987)
menunjukan bahwa tak satupun kursus tersebut yang mampu meningkatkan kecepatan membaca
seseorang tanpa menurungkan pemahaman mereka terhadap bacaan tersebut. Selain itu sebagian
besar kecepatan membaca yang diiklankan semua kursus melebihi membaca maksimum bola
mata manusia, yaitu sekitar 300 kata per menit (Carrol, 2003). Pada intinya, sekali lagi, jika
sesuatu terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar tidak akan sesuai
dengan apa yang ditawarkan (Sagan, 1995).

Anda mungkin juga menyukai