Anda di halaman 1dari 20

0

MAKALAH PERTAHANAN DAN


KEAMANAN NEGARA
MATA KULIAH

: PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : Drs. Frans Hawitony, Mpd.

Disusun Oleh :
Aulia Hasbi
NIM : P07134116219

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PRODI DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Pertahanan Dan Keamanan Negara
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman tentang
pengertian pertahanan dan keamanan negara. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada kita semua khususnya tentang
pengertian Pertahanan, makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga saya
mohon untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik. Terima Kasih.

Banjarbaru,
November 2016
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ii
BAB 1....................................................................................................1
PENDAHULUAN ................................................................................1
Latar Belakang ..................................................................................1
Tujuan Penulisan Makalah ................................................................1
BAB 2....................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
Pengertian Pertahanan Negara ..........................................................................2
Definisi Keamanan Negara .................................................................................2
Pertahanan terhadap Keamanan Negara .........................................................3
Komponen Pertahanan Negara .........................................................................3
Komponen Utama ...............................................................................................4
Komponen Cadangan ........................................................................................4
Komponen Pendukung .......................................................................................4
Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya...............................................................5
BAB 3 ....................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
Kesimpulan .......................................................................................................15
Saran ..................................................................................................................15
Daftar Pustaka ..................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan
bahwa peningkatan kemampuan militer (modernisasi dan profesionalisasi)
merupakan sa1ah satu pilihan. Namun, selain karena pertimbangan
ekonomi, peningkatan kekuatan militer selalu mengundang kecurigaan
pihak 1ain, terutama jika hal itu dilakukan dengan lebih banyak
memberikan prioritas pada modernisasi senjata-senjata ofensif.
Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa
menimbulkan dilema keamanan (security dilemma) terutama jika upaya
unilateral itu berupa penggelaran jenis senjata- senjata ofensif baru.
Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan
antarbangsa, suatu negara tidak bisa mengamankan dirinya dengan
mengancam orang lain. Upaya untuk membangun keamanan, oleh
karenanya, bergeser dari konsep security against menjadi security
with. Apa yang selama ini dikenal sebagai cooperative security,
confidence building measures, dan preventive diplomacy yang dilakukan
secara bilateral, regiona1, global, maupun multilateral adalah sebagian dari
berbagai upaya menjawab persoalan ini.
2. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Pengertian Pertahanan Negara?
2. Definisi Keamanan Negara?
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara?
4. Komponen Pertahanan Negara?
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertahanan Negara

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara

serta

keyakinan

pada

kekuatan

sendiri.

Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara.
Pertahanan nasional merupakan

kekuatan

bersama

(sipil

dan

militer)

diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya,


perlindungan

dari

orang

dan/atau

menjaga

kepentingan-kepentingannya.

Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan bersenjata


disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang),
Angkatan Bela Diri.
B. Definisi Keamnan Negara
Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai
suasana "bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan".
Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering ditafsirkan dalam konteks
ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann merangkum
kecenderungan ini dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu bangsa berada
dalam keadaan aman selama bangsa itu tidak dapat dipaksa untuk mengorbankan
nilai-nilai yang diaggapnya penting (vital) ...dan jika dapat menghindari perang
atau, jika terpaksa melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang. Karena itu,
seperti kemudian disimpulkan Arnord Wolfers, masalah utama yang dihadapi
setiap negara adalah membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau
mengalahkan (to defeat) suatu serangan
Dengan semangat yang sama, kolom keamanan nasional dalam International
Encyclopaedia of the Social Science mendefinisikan keamanan sebagai
kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari ancaman
luar".

Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan


(security dilemma) dan dilemma pertahanan (defence di1emma). Istilah yang
pertama, dilema keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk
meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana
anarki internasional, membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan
pertama pihak lain. Istilah kedua, dilema pertahanan, menggambarkan betapa
pengembangan dan penggelaran senjata baru maupun aplikasi doktrinal nasional
mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya
untuk melindungi keamanan nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang
bersifat interaktif dengan apa yang [mungkin] dilakukan pihak lain, dilema
pertahanan semata-mata bersifat non-interaktif, dan hanya terjadi dalam lingkup
nasional, terlepas dari apa yang mungkin dilakukan pihak lain.
C. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin
perlindungan dari satu unit yang sensitif dan jika sumber daya ini jelas, misalnya
tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka, pertahanan
udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA), pertahanan rudal, dll.
Tindakan,

taktik,

operasi

atau

strategi

pertahanan

adalah

untuk

menentang/membalas serangan.
Jenis pertahanan:

Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan


Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman nonmiliter/nirmiliter.

D. Komponen Pertahanan Negara


Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai "komponen utama" dengan
didukung oleh "komponen cadangan" dan "komponen pendukung". Sistem
Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan
bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur unsur lain
dari kekuatan bangsa.
E. Komponen utama

"Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap


digunakan untuk melaksanakan tugas tugas pertahanan.
F. Komponen cadangan
"Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya nasional" yang
telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
G. Komponen pendukung
"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan
komponen utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak
membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan fisik. "Sumber daya
nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber
daya buatan. Sumber daya nasional yang dapat dimobilisasi dan
didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan, serta
sarana dan prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil
strategis, faktor geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di
perairan maupun di udara dengan segenap unsur perlengkapannya dengan
atau

tanpa

modifikasi.

Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :

Para militer
Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih

sebutan pertahanan sipil (Hansip)


Satuan pengamanan (Satpam)
Resimen Mahasiswa (Menwa)
Organisasi kepemudaan
Organisasi bela diri
Satuan tugas (Satgas) partai

dikenal dengan

H. Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya


Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya
diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa Indonesia yang berisi

keuletan

dan

ketangguhan

yang

mengandung

kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi


segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik dari luar
maupun dalam
Kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian
nasional berdasarkan pancasila. Esensi pengaturan dan penyelenggaraan
kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia adalah pengembngan kondisi
sosial budaya di mana setiap warga masyarakat dapat merealisasikan
pribadi dan segenap potensi manusiawinya yang dilandasi nilai-nliai
pancasila.
Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan, yaitu:
1. Pokok-pokok pengetahuan pertahanan dan keamanan
Pertahanan dan keamanan negara RI dilaksanakan dengan
menyusun, mengerahkan dan menggerakan seluruh potensi nasional
temasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara
terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari pemerintah dan
negara RI. Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi
dinamik kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional.
Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin dalam
kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh
rakyatnya mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan
keamanan negara yang dinamis.
Analog dengan pengertian ketahanan nasional maka ketahanan
pertahanan dan keamanan pada hakikatnya adalah keuletan dan
ketnguuhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
negara, suatu perjuangan rakyat semesta, dalam mana seluruh potensi dan
kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Kesinambungan

pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara


berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang ditandai sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai


Penyelanggaraan pertahanan dan keamanan negara kesatuan RI
Pertahanan dan keamanan negara merupakan upaya nasional terpadu
Pertahanan dan keamanan negara RI diselenggarakan dengan siskamnas

(sishankamrata)
e. Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.
2. Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamanan
Postur Kekuatan Hankam. Untuk membangun postur kekuatan
Hankam terdapat empat pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
ancaman, misi, kewilayahan dan politik.
Pembangunan kekuatan Hankam.

Konsepsi Hankam perlu

mengacu kepada konsep Wawasan Nusantara, dimana Hankam diarahkan


kepada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan Negara kesatuan RI.
Hakekat Ancaman. Rumusan ini akan mempengaruhi kebijaksanaan dan
strategi pembangunan kekuatan Hankam.
Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di
masa mendatang, tidak menutup kemungkinan akan mengundang campur
tangan asing, dengan alasan menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hukum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan nasional
mereka.
Geopolitik

Kearah

Geoekonomi.

Kondisi

ini

mengandung

implikasi semakin canggihnya upaya diplomasi guna mencapai tujuan


politik

dan

ekonomi.

Perkembangan Lingkungan Strategis. Penerapan cara-cara baru telah


melibatkan super power di dalamnya.
Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Susunan kekuatan
Hankamneg yang meliputi: pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri

10

atas bala nyata merupakan kekuatan TNIyang selalu siap. Kedua,


perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas Ratih dengan fungsi Tibum,
Linra, Kamra dan Linmas. Ketiga, komponen pendukung perlawanan
bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang profesinya.
3. Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a. Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta
upaya bela Negara, yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan
melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishankamrata).
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus
dilindungi dari segala ancaman dan gangguan.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin harus dihasilkan
oleh industri dalam negeri.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan
keamanan haruslah diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi
luhur, arif bijaksana, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan
menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI
berpedoman pada Sapta Marga yang merupakan penjabaran Pancasila
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibmas
i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan
ketaatannya kepada hukum.
Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Kondisi kehidupan
nasional merupakan pencerminan Ketahanan Nasional yang mencakup
aspek ideologi, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.
Untuk

mewujudkan

keberhasilan

Ketahanan

Nasional

diperlukan

kesadaran setiap warganegara Indonesia, yaitu:


1.

Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjauangan Non


Fisik yang berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal
menyerah.

11

2.

Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek


ideology, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.
Untuk mewujudkan Ketahanan Nasional diperlukan suatu kebijakan
umum dan pengambil kebijakan yang disebut Politik dan Strategi
Nasional (Polstranas).
Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut diperoleh
gambaran bahwa konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan

antar aspek yang mendukung kehidupan yaitu :


1. aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi aspek
2.

geografi, kependudukan, dan sumber daya alam


aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.

a. Pengaruh Aspek Ideologi


Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran
yang memberikan motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar
tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan
suatu ideologi tergantung kepada rangkaian nilai yang dikandungnya yang
dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan
manusia baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
Secara teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan
merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
Ideologi besar yang ada di dunia adalah :
b. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pikiran ini
mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak semua orang (individu) dalam masyarakat itu
(kontrak sosial). Menurut aliran ini, kepentingan harkat dan martabat
manusia (individu) dijunjung tinggi sehingga masyarakat tiada lebih dari
jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak dan
kebebasan orang seorang dibatasi hanya oleh hak yang sama yang dimiliki
orang lain bukan oleh kepentingan mastarakat seluruhnya. Liberalisme

12

bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan
tdak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali
atas persetujuan yang bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-nilai
dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut
kebebasan individu secara mutlak yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan
hidup ditengah-tangah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai
dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran pikirannya dengan
hak asasi manusia yang menarik minat/daya tarik yang kuat untuk
kalangan masyarakat tertentu. Aliran ini diajarkan oleh Thomas Hobbes,
John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J.Laski.
c. Komunisme
Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl
Marx, Engels, Lenin. Bermula merupakan kritikan Marx terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran
ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas) untuk
menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat menidas ekonomi
lemah. Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh
karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi
politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum golongan kaya kapitalis
dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara.
Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis atau
materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya kelas/penggolongan,
pertentangan amtar golongan, konflik dan jalan kekerasan/revolusi dan
perebutan kekuasaan negara.
Pikiran-pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, politik yang kemudian
disistematisasikan oleh Frederick Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama
dalam pengorganisasian, dan operasionalisasinya menjadi landasan dari paham
komunisme. Sesuai dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme maka dalam
upaya merebut kekuasaan ataupun mempertahankan kekuasaannya maka
komunisme akan :
1. menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu
serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan

13

2. ajaran komunisme adalah atheis dan didasarkan pada kebendaan


(materialistis) dan tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa,
bahkan agama dinyatakan sebagai racun bagi kehidupan masyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak internasional. Masyarakat yang dicitacitakan komunis adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi
oleh kesadaran nasional. Hal ini tercermin dalam seruan Marx yang
terkenal kaum buruh di seluruh dunia bersatulah !. Komunisme
menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas.
Masyarakat tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan
suasana hidup yang aman dan tenteram, tidak ada pertentangan, tidak
adanya hak milik pribadi atas alat produksi dan hapusnya pembagian
kerja. Perombakan masyarakat hanya dapat dilaksanakan melalui jalan
revolusi. Setelah revolusi berhasil maka kaum proletar akan memegang
tampuk pimpinan kekuasaan negara dan menjalankan pemerintahan secara
ditaktur mutlak (diktator proletariat).
4. Hakikat, Dasar, Tujuan, Dan Fungsi Pertahanan Negara Ri
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak
dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara berdasarkan prinsipprinsip seperti berikut.
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan
kemerdekaan negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri;
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan);
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan
asing.
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu
diusahakan dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang
dilakukan dalam keadaan terpaksa.

14

4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung


pengertian tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventifaktif yang mengandung pengertian sedini mungkin mengambil langkah
dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan
timbulnya ancaman.
5. Bentuk perlawanan

rakyat

Indonesia

dalam

membela

serta

mempertahankan kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.


Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata)
Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang
komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan
nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara (tujuan Hankamneg) dalam mencapai tujuan nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang
lingkup dan semesta dalam pelaksanaannya. Komponen kekuatannya
terdiri dari berikut ini.
1.
2.
3.
4.

Komponen dasar, yaitu rakyat terlatih.


Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).
Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.
Pengalaman penyelenggaraan hankam menghasilkan berbagai doktrin
pertahanan dan keamanan, yaitu doktrin perang gerilya rakyat semesta,
doktrin perang wilayah, doktrin perang rakyat semesta dan doktrin
pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Sasaran operasi Hankamnas,
yaitu mencegah dan menghancurkan serangan terbuka, menjamin
penguasaan dan pembinaan wilayah nasional RI dan ikut serta memelihara
kemampuan hankam Asia Tenggara bebas dari campur tangan asing.
Pola operasi Hankamrata, yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan
dalam negeri, operasi intelijen strategis dan pola operasi kerja sama
pertahanan dan keamanan Asia Tenggara. Pola operasi pertahanan
bertujuan untuk menggagalkan serangan dan ancaman nyata dari kekuatan
perang musuh. Pola operasi keamanan dalam negeri bertujuan untuk

15

memelihara atau mengembalikan kekuatan pemerintah/negara RI pada


salah satu atau beberapa daerah (bagian wilayah) negara yang terganggu
keamanannya.
Pola operasi intelijen strategis (Intelstrat) bertujuan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan strategi nasional dan
operasi-operasi

Hankam,

menghancurkan

sumber-sumber

infiltrasi,

subversi, dan spionase yang terdapat di wilayah musuh, dan mengadakan


perang urat syaraf dan kegiatan-kegiatan tertutup lainnya untuk
mewujudkan

kondisi-kondisi

strategis

yang

menguntungkan.

Pola operasi kerja sama, yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan


keamanan stabilitas nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.
5. Upaya Penyelenggaraan Bela Negara dalam Kerangka Sistem Pertahanan
dan Keamanan Rakyat Semesta
Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan
tanggung jawab (hak, kewajiban, dan kehormatan) setiap warga negara
dan bangsa. Untuk itu, diperlukan pembinaan kesadaran, dan partisipasi
setiap warga negara dalam upaya bela negara.
Persepsi tentang bela negara dihadapkan kepada tantangan/ancaman
yang dihadapi secara kontekstual dalam periode waktu tertentu. Pada
periode 1949 bela negara dipersepsikan identik dengan perangtahun 1945
kemerdekaan. Hal ini berarti bahwa wujud partisipasi warga negara dalam
pembelaan negara adalah keikutsertaan dalam perang kemerdekaan baik
secara

bersenjata

maupun

tidak

bersenjata.

1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upayaPada periode 1950


pertahanan dan keamanan yang dilaksanakan melalui komponenkomponen hankam, seperti ABRI, HANSIP, PERLA SUKWAN/
SUKWATI. Hal ini sejalan dengan kondisi tantangan dan ancaman yang
kita hadapi pada periode itu, yaitu menghadapi pemberontakan di dalam
negeri, peperangan Trikora, membebaskan Irian Barat (sekarang Irian
Jaya) dan Dwikora.

16

Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan
lebih luas daripada periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari
segenap aspek kehidupan bangsa (ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam). Oleh karena itu, dalam konteks ini bela negara
dapat dilakukan dalam bidang-bidang kehidupan nasional tersebut dalam
upaya mencapai tujuan nasional. Untuk itu, dikembangkan konsepsi
tannas. Dalam hal ini, bela negara dapat dikatakan pula sebagai partisipasi
warga negara dalam menciptakan dan membangun tannas di segenap
aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian
atau penafsiran yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam
pengertian yang lebih sempit diartikan sebagai upaya pertahanan dan
keamanan yang dilandasi oleh dasar negara Pancasila, UUD 1945 (Pasal
30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan
Keamanan Negara disempurnakan dengan UU No. 3 Tahun 2000 tentang
Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela
negara yang dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai
perguruan tinggi dan di luar sekolah melalui kegiatan pramuka dan
organisasi

sosial

kemasyarakatan.

Di sekolah dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


(PPBN), yang diintegrasikan ke dalam kurikulum; Pendidikan dasar dan
menengah, sedangkan di pendidikan tinggi diwujudkan dalam mata kuliah
Kewiraan (sekarang Kewarganegaraan). Di luar Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara wujud bela negara dibakukan dalam bentuk Rakyat Terlatih,
ABRI, Cadangan ABRI, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang
merupakan komponen khusus dalam Pertahanan dan Keamanan Negara.
6. Politik serta Strategi Pertahanan dan Keamanan
Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban
dua fungsi, yaitu fungsi sebagai kekuatan Hankam dan fungsi sebagai

17

kekuatan

sosial

politik.

Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan


semangat pengabdian ABRI untuk ikut secara aktif berperan serta
bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial politik lainnya memikul
tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi
kemerdekaan dan kedaulatannya.
Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap
dan dinamik di segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka
memantapkan tannas untuk mewujudkan tujuan nasional berdasarkan
Pancasila.
Lahirnya ABRI sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia berangkat
dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan
mempertahankan kemerdekaan RI. Pengalaman sejarah itu mengakibatkan
bagaimana ABRI memandang dirinya yakni sebagai alat revolusi dan alat
negara, juga sebagai pejuang yang terpanggil untuk memberikan jasanya
kepada semua aspek kehidupan dan pembangunan bangsa. Keterlibatannya
dalam memerankan fungsi sosial politik ini, didorong oleh kondisi internal
(ABRI) dan kondisi eksternal termasuk lingkungan strategik internasional.
1949 (Agresi Militer Belanda II) pemimpin-pemimpinPada tahun
1948 politik ditangkap Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada
tahun 1959 ketika pem1957impin politik sipil juga tidak mampu
mengatasi pemberontakan daerah, ABRI tampil menyelamatkan negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat pemberontakan G 30 S/PKI di
mana kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan Pancasila dari rongrongan
Partai Komunis, lagi-lagi ABRI tampil di depan menyelamatkan Republik
ini. Secara historis dan budaya dwi fungsi ABRI dapat diterima oleh rakyat
Indonesia

kendatipun

harus

disesuaikan

dengan

perkembangan

masyarakat.
Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30
S/PKI sehingga memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan

18

nasional dalam pembangunan. Hal itu ditunjukkan oleh masuknya para


perwira ABRI ke dalam berbagai bidang; lembaga pemerintahan, lembaga
legislatif, lembaga ekonomi kemasyarakatan. Meskipun demikian tidak
berarti militer menggantikan peranan sipil. Perluasan peran biasanya pada
posisi-posisi kunci dengan cara penempatan (kekaryaan) dan yang diminta
oleh lembaga instansi terkait, serta dengan memperhatikan perkembangan
pembangunan

dan

kehidupan

bangsa.

Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga


pemerintahan dan lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang
menuntut perlunya aktualisasi dwi fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa
depan.
Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila
ada keseimbangan kepentingan, yaitu keharmonisan antara kepentingan
militer dan kepentingan sipil. Konsensus selalu dapat dibuat atas dasar
tidak satu pun pihak boleh mendominasi pihak yang lain. Kecurigaan
terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar
konflik internal tentang hal ini tidak merebak menjadi perpecahan yang
mengganggu tannas.
Runtuhnya

rezim

orde

baru

diganti

dengan

orde

reformasi

mengeliminasi peran TNI (militer) dalam negara secara bertahap. TNI


diharapkan menjadi kekuatan, pertahanan yang profesional sebagaimana
layaknya kekuatan pertahanan di negara-negara yang sudah maju untuk itu
segala keperluannya harus didukung oleh pemerintah dan pengelolaan
yang profesional.

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai
sebuah kesadaran bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan
seluruh tatanan.
Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:
1. politik
2. social
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara
Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab
ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena
perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang
Dingin dan politikal, karena landasan konstitusiona1, sejarah, maupun
realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk membangun pola
pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya
ketentuan yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh
digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan
nasional.
B. Saran-Saran
Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:
Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti
narkoba, pergaulan bebas, dan kriminalitas.

Menyikapi perbedaan suku bangsa, ras, atau agama di negera kita


sebagai keragaman yang indah untuk saling memahami dan

bertukar pengetahuan.
Tidak memicu atau ikut dalam tawuran atau perkelahian antar
pelajar.

DAFTAR PUSTAKA
blogspot.com/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-negara.html
blogspot.com/2011/03/bab-3-pertahanan-dan-keamanan-ri.html
http://keamanan-negara.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai