Anda di halaman 1dari 21

PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH ASPERGILLUS NIGER L-51

I. TUJUAN
Diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa Aspergillus niger L-51
dapat memproduksi asam sitrat.
II. PERINCIAN KERJA
Peremajaan
Membuat media inokulum
Membuat media produksi
Pemisahan hasil
III.

ALAT DAN BAHAN


a. Alat

Gelas kimia
Erlenmeyer
Pengaduk
Hot plate
Spatula
Labu semprot
Corong
Autoklaf
Shaker incubator
Neraca analitik
Alumunium foil
Kapas
Kain Kasa

b. Bahan

Toge
Glukosa
KH2PO4
NH4NO3

FeSO4.7H2O
Pepton
Aquadest
Kultur murni Aspergillus niger L-51
Ca(OH)2

IV.DASAR TEORI
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan
pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa asam pada
makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa
antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun
ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk
lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel
informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya,
asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Asam sitrat juga merupakan suatu asam trikarboksilat, digunakan dalam


industri farmasi, makanan dan minuman sebagai acidifying and flavour agent.

Asam sitrat diproduksi dari beet dan molase dengan cara fermentasi menggunakan
Aspergillus niger L 51.
Produksi asam sitrat yang menggunakan bahan baku jeruk dan sebagainya,
sejak berkembangnya proses fermentasi dari larutan yang mengandung karbohidrat
(gula), secara berangsur-angsur mulai berkurang.
Wehmwr (1983) menguraikan cara produksi asam sitrat dengan fermentasi
oleh sejenis fungi, yang disebut Citromyces dan selanjutnya dilaporkan bahwa
Penicillum dan Mucor pun dapat menghasilkan produk tersebut. Tahun 1917 Curle
menegaskan bahwa strain-strain dari Aspergillus niger merupakan fungi yang paling
baik untuk digunakan dalam produksi asam sitrat.
Mikroba yang dapat menghasilkan asam sitrat cukup banyak. Diantar
mikroba tersebut adalah Aspergillus niger, A. wentii, A. ciavatus, Penicillum luteum,
P. citrinum, Mucor priformis, Paeocilomyces dicaricatum, Citromeaces prefferianus,
Candida guillermondii, Sacharaecopsis lipolytica, Trichoderma viride, Arthroacter
paraffimeaus dan Corynebacterium sp. Diantar mikroba tersebut yang dipakai untuk
produksi asam sitrat adalah Aspergillus niger dan A. wentii yang merupakan galur
yang paling produktif.
Dalam memilih suatu species mikroba perlu dipertimbangkan suatu
kenyataan bahwa suatu galur mikroba seringkali dikembangkan berdasarkan jenis
sumber karbonnya. Suatu galur yang memberikan hasil optimum pada media yang
mengandung sumber karbon tertentu, umumnya akan menurunkan produktivitas bila
ditumbuhkan pada media yang mengandung sumber karbon lain.
Asam sitrat biasanya diproduksi dalam bentuk kristal monohidrat
(C6H8O7.H2O), yang tak berwarna, tak berbau dan rasanya asam. Mudah larut dalam
air dingin daripada dalam air panas.

Sejarah

Asam sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran


Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibn Hayyan. Pada zaman pertengahan, para
ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat
dalam ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang
dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada
tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya
dari sari buah lemon. Pembuatan asam sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860,
terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia.
Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat
membentuk asam sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan asam sitrat dengan
mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor
jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie
menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan asam
sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi asam sitrat skala
industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian.
Sifat fisika dan kimia
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman
asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat
baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat
dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat
dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di
bawah).
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk

monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di
atas 74 C.
Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika
dipanaskan di atas 175 C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida
dan air.

Pembuatan
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan,
biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah
kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara
mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat.
Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan
ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina
yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
Kegunaan
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa
dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat
sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai
jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis)
dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan

sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan obatobatan.
Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna
sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam
sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik
tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan
untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang
kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan
penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.
Asam sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk
melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam
nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk
keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak.
Asam sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya
gelembung-gelembung lemak. Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan
sebagai pengganti sari jeruk.
Keamanan
Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan
pengawasan makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami
terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah
dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh.
Paparan terhadap asam sitrat kering ataupun larutan asam sitrat pekat dapat
menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan
atau kaca mata pelindung) perlu dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut.

Asam sitrat merupakan asam organic yang larut dalam air dengan citarasa
yang menyenangkan dan banyak digunakan dalam industry pangan. Kebutuhan dunia
akan asam sitrta terus meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam sitrat tiap
tahun meningkat 2 3%. Hingga sampai tahun 1920, semua asam sitrat dihasilkan
dari lemon dan jus jeruk. Namun kini asam sitrat juga dapat dihasilkan melalui
fermentasi menggunakan mikroorganisme Aspergillus niger, yaitu jamur yang
digunakan secara komersial pertama kali pada tahun 1923. Guna memenuhi
permintaan yang terus meningkat, maka efisiensi proses ferementasi terus dipelajari.
Pengukuran kesetimbangan massa dipelajari agar dpat ditentukan banyaknya substrat
yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan.
Proses fermentasi asam sitrat terdiri dari dua tahap. Pertma fase pertumbuhan
miselium

dan

kedua

fase

fermentasi

pembentukan

produk.

Keduanya

dikarakteristikkan oleh laju penyerapan karbohidrat. Pada fase pertama digunakan


untuk pembentukan miselium dan pada tahap kedua karbohidrat diubah menjadi asam
sitrat.

Aspergillus niger

Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen,


mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya
berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 C dan berubah menjadi
hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat,
cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur.
A. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 C, dengan suhu minimum
6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya
fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar

berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap
sampai hitam.
Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi
ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan
mikotoksin sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh
karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat,
asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase, dan selulase.
Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa
fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat
untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.
A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan
yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat
langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu
sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler
seperti protease, amilase, mananase, dan -glaktosidase. Bahan organik dari substrat
digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan
struktur sel, dan mobilitas sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi asam sitrat secara
fermentasi
Selain mikrobia sebagai komponen utama dalam fermentasi, factor-faktor
pendukung yang perlu diperhatikan adalah komposisi nutrisi media, Mangan dan
logam lainnya, pH, kondisi lingkungan, tipe dan konsentrasi gula, pengaruh senyawa
pengkhelat terhadap ion logam, ammonium nitrat dan aerasi.

1. Mikrobia
Saat ini produksi asam sitrat secara komersial menggunakan mutan Aspergillus
niger, dan ada pula yang menggunakan Saccharomyces lipolytica, Penicillium
simplicissimum, dan A. foeitidus.
Untuk meningkatkan kemampuan produksi sering dilakukan proses mutasi. Mutasi
yang umum dilakukan adalah dengan iradiasi ultraviolet (1,6 X 10 2 J/m2/dt) dan
nitrosamine (100 mg/ml) selama 5 45 menit. Kultur dipelihara dalam medium PDA.
2. Komposisi Nutrisi Media
Media fermentasi untuk biosintesis asam sitrat terdiri dari substrat yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama terdiri dari substrat yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroorgaisme terutama sumber karbon, nitrogen dan fosfor.
Selain itu air dan udara dapat pula dimasukkan sebagai substrat fermentasi
a.

Sumber Karbon
Media yang sering digunakan sebagai sumber karbon adalah berbagai
karbohidrat dan limbah selulosa, inulin, kurma, molase tebu (digunakan dalam
fermentasi kultur cair teraduk), whey kedelai, whey keju, sukrosa, glukosa,
fruktosa, methanol.
Whey dari industry pengolahan susu sering digunakan sebagai medium dasar.
Whey dapat ditambah sukrosa, glukosa atau fruktosa sekitar 5 10 % (b/v).
Jika ditambah methanol berkisar 1 5 %. Riboflavin dapat ditambahkan
sebesar 10 50 mg/L.
Molase yang digunakan untuk substrat fermentasi biasanya mengandung air
20%, gula 62 %, non-gula 10 % dan garam an-organik (abu) 8 %. Abu
mengandung ion-ion seperti Mg, Mn, Al, Fe dan Zn dalam jumlah yang
bervariasi. Karena kandungan gula cukup tinggi maka perlu diencerkan
sehingga mengandung gula 25%. Larutan molase kemudian ditambah H 2SO4

1N sebanyak 35 ml/L dan direbus selama jam kemudian didinginkan,


dinetralkan dengan air kapur (CaO) dan dijernihkan semalam. Cairan
supernatant yang jernih diencerkan hingga kdar gula mencapai 15%. Selama
fermentasi 144 jam dihasilkan asam sitrat sekitar 85 g/l, berat sel kering 20 g/l
dan gula yang dikonsumsi 91 g/l.
b. Sumber Nitrogen
Nitrogen jug mempengaruhi pembentukan asam sitrat karena nitrogen tidak
hanya penting untuk laju metabolit dalam sel tetapi jug bagi pembentukan
protein sel. Jumlah produksi asam sitrat mencapai maksimum jika konsentrasi
ammonium nitrat sebesar 0,2%. Peningkatan konsentrasi justru menurunkan
jumlah asam yang dihasilkan dan jamur tumbuh menyebar.
c.

Sumber Fofor
Sumber fosfat yang digunakan adalah triklasium fosfat.

d. Konsentrasi ion Ferosianida


Konsentrasi

ferosianida

berpengaruh

terhadap

produksi

asam

sitrat.

Penambahan ferosianida dilakukan 24 jam setelah inokulasi sebanyak 200


ppm. Jumlah sel yang dihasilkan berkurang dengan naikknya jumlah
ferosianida.
e.

Vitamin
Vitamin yang sering ditambahkan adalah riboflavin.

3. Proses Fermentasi
a.

Fermentor
Dalam percobaan skala laboratorium sebaiknya digunakan Erlenmeyer 500 ml

yang diisi 100 ml medium. Masing-masing Erlenmeyer diinokulasi dengan suspensi


spora dan diinkubasi selama 20 hari pada suhu 300C.

Fermentor stainless stell berkapasitas 15 liter diisi medium 9 liter untuk pembuatan
asam sitrat.
b.

Persiapan Kultur
Jika digunakan kultur stok A. niger maka kultur harus direaktivasi dan

dikultivasi dengan cara goresan pada petridish menggunakan mediam padat PDA
(Potato Dextrose Agar) yang telah diasamkan dengan asam tartart 10% dan diinkubasi
selama 5 hari pada suhu 250C. Konidia yang dibentuk kemudian dicuci dua kali
dengan air destilat steril. Suspensi konidia yang akan digunakan sebagai inokulum
dalam proses fermentasi harus mengandung 108 spora/ml.
Untuk menumbuhkan konidia Aspergillus digunakan medium molase 100 ml (gula
15%, pH 6,0) dalam Erlenmeyer 1 liter yang bersisi glass bads dan telah disterilkan. 1
ml suspensi konidia dari agar miring dipindahkan secara aseptis, kemudian diinkubasi
pada 300 + 10C dalam incubator dengan kecepatan gojogan 200 rpm selama 24 jam.
c. Jumlah Inokulum
Jumlah inokulum yang digunakan juga merupakan factor yang penting untuk
diperhatikan. Jumlah inokulum sebesar 1% cukup baik untuk fermentasi dalam
fermentor teraduk.
d.

Fermentasi
Inokulum yang telah dibuat dimaukkan dalam fermentor produksi sebanyak

5% (v/v). inkubasi dilakukan pada suhu 300 + 10C selama 144 jam. Kecepatan agitasi
adalah 200 rpm dengan laju aerasi 1,0 4,0 vvm. Untuk mengendalikan terbentuknya
buih secara berkala dilakukan penambahan minyak silikom steril.
e.

Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang maksimum untuk fermentasi asam sitrat tergantung

kondisi fermentasi dan organism yang digunakan. Penggunaan A. niger dengan


substrat molase embutuhkan waktu 144 jam setelah inokulasi.

f.

Suhu
Suhu medium fermentasi merupakan salad satu factor yang penting dalam

produksi asam sitrat. Suhu 300C adalah suhu yang paling baik. Jika suhu medium
rendah, aktivitas enzim jug rendah sehingga mempengaruhi produksi asam tetapi jika
suhu meningkat di atas 300C, biosintesis asam sitrat akan menurun dan terjadi
akumulasi produk samping seperti asam oksalat.
g.

pH
Pengaturan pH penting bagi keberhasilan proses fermentasi. Untuk fermentasi

asam sitrat pH optimum adalah 6,0. Penurunan pH menyebabkan produksi asam sitrat
berkurang. Hal ini disebabkan pada pH rendah ion ferosinida lebih toksik bagi
pertumbuhan miselium. Pada pH yang tinggi terjadi akumulasi asam oksalat.

Proses fermentasinya:
Larutan gula dari berbagai sumber telah digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan asam sitrat dalam skala industri, tetapi sukrosa dan glukosa tetap
merupakan bahan baku yang paling mudaj dan paling baik kemudian diikuti oleh
maltosa dan molase (tetes).
Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs
atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari glukosa
menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam oxalo-asetat yang telah
terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan reaksi
karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah lintasan
glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan lintasan Entner Doudoroff yang
menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam
metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat melalui
lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berkaitan dengan

koenzim A membentuk asetil KoA dan selanjutnya masuk ke dalam siklus krebs
dengan bantuan enzim piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi
oksaloasetat.
Pada Aspergillus niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi
oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol piruvat karboksilase. Reaksi
tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau NH4+.
Apabila sumber karbon bukan glukosa, tapi misalnya asam asetat atau
senyawa alifatik berantai panjang (C-9, C-23), maka isositrat liase terinduksi
sehingga siositrat diubah menjadi malat oleh malat oleh malat sintesa. Rangkaian
reaksi melalui glioksilat. Bila glukosa ditambahkan glukosa, siklus tersebut
terhambat.
Diduga bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai akibat dari
adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-unsur nutrisi. Kekurangankekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi dan seng adalah unsure-unsur yang sering
disebut-sebut. Apabila kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya
tetesnya mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu dengan
penambahan Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran ion. Media untuk
produksi asam sitrat harus menyediakan semua kebutuhan zat gizi mikroba, yaitu
meliputi sumber karbon, nitrogen dan mineral.

V. PROSEDUR KERJA

A. Peremajaan
1. Menimbang glukosa 2 gram dan agar 1,5 2 gram.
2. Menimbang toge sebanyak 10 gram dan dimasak dalam 100 ml air sampai
mendidih. Kemudian ditambahkan glukosa dan agar dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
3. Sterilkan selama 15 - 20 menit pada tekanan 20 psi 1210C. Diamkan dan
miringkan sampai membeku.
4. Media agar miring tersebut kemudian digunakan untuk meremajakan kultur
murni Aspergillus niger L 51. Kemudian di inkubasikan selama 2 x 24 jam.
B. Membuat media inokulum
1. Membuat ekstrak toge dengan menggunakan 10 gram toge yang dimasak
dengan 100 ml air.
2. Menimbang 5 g glukosa, 0,1 g KH2PO4, 0,5 g NH4NO3, 0,3 pepton dan 0,001
g FeSO4.7H2O. Kemudian dilarutkan dalam ekstrak toge dan usahakan agar
pH larutan 6.
3. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas
dan alumunium foil dan sterilkan.
4. Masukkan hasil peremajaan (kultur murni Aspergillus niger L 51) kedalam
Erlenmeyer tersebut dan di shaker selama 2 x 24 jam dalam shaker incubator.
C. Membuat media produksi
1. Membuat ekstrak toge dengan menggunakan 10 gram toge yang dimasak
dengan 100 ml air.
2. Menimbang 10 g glukosa, 0,1 g KH2PO4, 0,5 g NH4NO3, 0,3 pepton dan 0,001
g FeSO4.7H2O. Kemudian dilarutkan dalam ekstrak toge dan usahakan agar
pH larutan 6.
3. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas
dan alumunium foil dan disterilkan.
4. Dengan menggunakan gelas ukur yang telah disterilkan, media inokulum
dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam media produksi.
Shaker selama 120 jam dalam shaker incubator.

D. Pemisahan hasil
1. Setelah di shaker kemudian dipisahkan dengan cara di centrifugasi selama 15
menit dengan kecepatan 3000 rpm.
2. Memipet larutan jernih yang berada di bagian atas untuk analisa kadar asam
sitrat.
E. Analisa
1. Memipet sebanyak 10 ml larutan jernih kemidian di tambahkan indicator pp
sebanyak 2-3 tetes.
2. Kemudian di titrasi dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,1 N
3. Menghitung Kadar Asam Sitrat

VI.

DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan Starter
- Glukosa
- KH2PO4
- NH4NO3
- Peptone
- FeSO4. 7H2O
- Toge
2.
-

: 15,4800 g
: 0,3077 g
: 1,5724 g
: 0,9346 g
: 0,003 g
: 30.0364 g

Pembuatan Media Produksi


Glukosa
: 50,02 g
KH2PO4
: 0,5042 g
NH4NO2
: 2,5207 g
Peptone
: 1,5032 g

FeSO4. 7H2O
Toge

: 0,0053 g
: 50 g

3. Data Hasil Titrasi


Tanpa penambahan Ca(OH)2
- Sampel 1 10 %
- Sampel II 20 %
- Sampel III 30 %
Dengan penambahan Ca(OH)2
- Sampel 1 10 % + Ca(OH)2
- Sampel II 20 % + Ca(OH)2
- Sampel III 30 % + Ca(OH)2

VII.

: 6,3 ml
: 5,85 ml
: 5,85 ml
: 6,2 ml
: 5,6 ml
: 5 ml

Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Asam Sitrat
1. Tanpa penambahan Ca(OH)2
Media 1
Tabel Hasil Perhitungan
N
o

Sampel

V Penitar
(mL)

1
2
3

I
II
III

6,3
5,85
5,85

Konsentras
i Asam
Sitrat (N)
0,0252
0,0234
0,0234

2. Dengan penambahan Ca(OH)2


Media 1
Tabel Hasil Perhitungan
N
o
1
2

Sampel

V Penitar
(mL)

I
II

6,2
5,6

Konsentras
i Asam
Sitrat (N)
0,0248
0,0224

III

0.02

b. Penentuan Kadar Asam Sitrat


1. Tanpa penambahan Ca(OH)2
Media I
Tabel Hasil Perhitungan
No

Sampel

V Penitar
(mL)

1
2
3

I
II
III

6,3
5,85
5,85

Konsentras
i Asam
Sitrat (N)
0,0252
0,0234
0,0234

Kadar
Asam
Sitrat(%)
0,29
0,27
0,27

2. Dengan penambahan Ca(OH)2


Media 1

Tabel Hasil Perhitungan


No

Sampel

V Penitar
(mL)

1
2
3

I
II
III

6,2
5,6
5

Konsentras
i Asam
Sitrat (N)
0,0248
0,0224
0.02

Kadar
Asam
Sitrat(%)
0,28
0,25
0,23

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9274484/PRODUKSI_ASAM_SITRAT_OLEH_ASPERG
ILLUS_NIGER_L51_PRODUKSI_ASAM_SITRAT_OLEH_ASPERGILLUS_NIGER_L-51
(diakses pada 13 juni 2016)
Petunjuk praktikum Teknologi Bioproses Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
https://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger (diakses pada 13 juni 2016)
http://permimalang.wordpress.com/2008/03/25/fermentasi-asam-sitrat/
http://www.scribd.com/doc/3116426/Asam-sitrat
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat
http://www.scribd.com/doc/3116426/Asam-sitrat
http://bioindustri.blogspot.com/2008/03/fermentasi-asam-sitrat.html
http://ihwan-s.blogspot.com/2010/01/metabolisme-karbohidrat-dan-asam-sitrat.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger
http://nieelazakiiien.blogspot.com/2011/01/manfaat-asam-sitrat-sitrun.html
http://www.scribd.com/doc/44825794/SIKLUS-ASAM-SITRAT
http://miamisland.blogspot.com/2010/03/makalah-siklus-asam-sitrat.html

Anda mungkin juga menyukai