Anda di halaman 1dari 19

Panduan Keterampilan

Klinik
Teknik Menyusui

KHARISMA INDAH, S.ST

Program DIII Kebidanan


Universitas Cokroaminoto Makassar
2016
Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 0

KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI


PADA BAYI BARU LAHIR
A. PENDAHULUAN
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup diluar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya. Bila didalam rahim kebutuhan nutrisi dan
terutama oksigen dipenuhi seluruhnya oleh ibu melalui sirkulasi uteroplasenter, saat lahir dan
tali pusat dipotong, bayi baru lahir harus segera melakukan adaptasi terhadap keadaan ini
yaitu harus mendapatkan atau memproduksi oksigennya sendiri. Sebagian besar (kurang lebih
80%) bayi baru lahir dapat bernafas spontan, sisanya mengalami kegagalan bernafas karena
berbagai sebab. Keadaan inilah yang disebut asfiksia neonatorum. Pertolongan untuk bayi ini
disebut resusitasi.
Resusitasi bayi baru lahir adalah sebuah keterampilan yang harus dikuasai dengan
profisien oleh petugas kesehatan yang terlibat di pelayanan maternal dan neonatal. Meskipun
kejadian adanya bayi baru lahir yang membutuhkan resusitasi neonatus pada layanan obstetri
yang berkualitas cukup rendah, akan tetapi pada saat dimana kegawat daruratan bayi baru
lahir tersebut muncul maka diharapkan petugas kesehatan selalu mahir untuk memberikan
pertolongan. Tujuan dari resusitasi ialah memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, janatung dan alat
vital lainnya. Asfiksia sendiri didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran
atau arti kejadian di dalam tubuh bayi berupa hipoksia progresif, penimbunan CO2
(hiperkarbia) dan asidosis. Penyebab asfiksia neonatorum dapat digolongkan ke dalam 3
faktor : faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali pusat
menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi dan tidak
mampu untuk memulai pernafasan spontan yang memadai dan akan mengalami hipoksia

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 1

yang berat dan secara progresif akan menjadi asfiksia. Bila bayi mengalami keadaan ini
untuk pertama kalinya (apneu primer/gasping primer), berarti ia mengalami kekurangan
oksigen, maka akan terjadi pernafasan cepat dalam periode yang singkat. Bila segera
diberikan pertolongan dengan pemberian oksigen, biasanya dapat segera merangsang
pernafasan spontan. Bila tidak diberi pertolongan yang adekuat, maka bayi akan mengalami
gasping sekunder/apneu sekunder dengan tanda dan gejala yang lebih berat. Pertolongan
dengan resusitasi aktif dengan pemberian oksigen dan nafas buatan harus segera dimulai
dengan penangan asfiksia neonatorum, setiap apneu yang dilihat pertama kali harus dianggap
sebagai apneu sekunder.
Rendahnya kejadian asfiksia pada layanan obstetri yang berkualitas membuat
paparan terhadap kasus bagi petugas juga menjadi rendah. Sementara di tempat dengan
kualitas pelayanan obstetri yang kurang, maka dapat akan meningkatkan kejadian kegawat
daruratan bayi baru lahir.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharapkan :
1. Mampu melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami gangguan
pernapasan
2. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi baru lahir.
3. Mampu memberikan napas bantu pada bayi yang tidak bisa bernapas.
4. Mampu melakukan pijatan jantung luar bila denyut jantung bayi tidak ada atau
lemah .

C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


1
2
3
4
5
6

Pipa orofaring bayi aterm dan prematur.


Mesin penghisap dan manometer
Kateter pengisap warna biru
Pipa Nasogastric no 8F dan semprit 20 ml
Meconium aspirator
Kom isi cairan nacl 0,9%

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 2

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Pipa endotrakeal no. 2.5, 3.0, 3.5, 4.0


Stilet/ mandrain
Laringoskop + daun lurus no. 0 dan 1
Sungkup laring
Oksigen Blinded / oksigen murni dan manometer (5-8 Lt/menit)
Sungkup muka bayi aterm dan prematur yang ada bantalannya
Ambu bag bayi mengembang sendiri dengan reservoar
Selang oksigen dan pulsoxymeter
Infus NaCl 0,9%, infus set mikrodrip, kanula IV no. 24 ( kuning )/ wing needle
Obat obatan resusitasi : adrenalin 1:10. 000 ( 0,1 ml sediaan adrenalin + 0.9 ml

NaCl 0,9% /aquabides ( 0,1 mg/mL ) ) dan naloxon hidroklorida 0,4 mg/mL
17 Lain-lain
a Boneka manikin bayi
b Meja Radiant Warmer / Lampu sorot
c Tiga kain hangat untuk ganjal punggung, terima bayi dan alas meja
d Stetoskop
e Jam , sarung tangan dan kantung plastik makanan untuk bayi prematur (< 28
minggu)
D. INDIKASI
1. Dilakukan pada`bayi baru lahir yang mengalami gangguan jalan napas akibat
sumbatan oleh lendir, meconium, benda asing atau kelainan anatomi saluran napas.
2. Dilakukan pada bayi baru lahir yang tidak bernapas.
3. Diberikan pernapasan buatan dengan ventilasi positip bila pernapasan tersengal atau
apnue, denyut jantung < 100 x/mnt, sianosis sentral menetap meskipun telah
diberikan oksigen 100 %.
4. Dilakukan pada bayi baru lahir bila denyut jantung < 60 x/mnt
E. POSEDUR TINDAKAN/ PELAKSANAAN

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 3

F. DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan

Waktu

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 4

Deskripsi

1. Pengantar

5 menit

2. Demonstrasi singkat
tentang cara resusitasi
bayi baru lahir oleh
instruktur.
3. Praktek cara resusitasi
bayi baru lahir.

10 menit

4. Diskusi

10 menit

Total waktu

35 menit

10 menit

1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa


2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran
masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.
1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara
resusitasi bayi baru lahir oleh Instruktur
pada
model
2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.
1. Satu orang mahasiswa mempraktekkan
cara
resusitasi bayi baru lahir. Mahasiswa lainnya
menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang.
2. Instruktur
memperhatikan
dan
memberikan
bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna
melakukan praktek.
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa
dan
melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.
4. Latihan dengan kasus
1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek
cara resusitasi bayi baru lahir: apa yang
dirasa
mudah, apa yang sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang
jalannya praktek dan Instruktur mendengar dan
memberikan jawaban.
3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang
jalannya praktek resusitasi bayi baru lahir : apakah
secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian
mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu
mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

G. REFERENSI

Direktorat Jederal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. Manajemen Asfiksia bayi
Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011.

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 5

Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan kesehatan
neonatal esensial: Pedoman teknis pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:
Kemenkes, 2012.
Direktorat Jendral Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: Kemenkes RI, 2011.
PERMENKES NOMOR 53 . PERMENKES NOMOR 53 TAHUN 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Esensial. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2014.
samrud, Amrizal Z. Google. November 29, 2014. http://kedokterankesehatan.blogspot.co.id/2014/11/resusitasi-bayi-baru-lahir.html
(accessed
May 28, 2016).
Teguh, R.Adhi. The First Golden Hour pada Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL). n.d.
resusitasi+&+stabilisasi+adhi+teguh (accessed May 30, 2016).
USAID dari Rakyat Amerika. "Pedoman Teknis Penyelenggaraan Simulasi
Emergensi Obstetri dan Neonatus." n.d.

PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR
Langkah-langkah/Kegiatan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat, dan uji peralatan
Langkah awal
1. Terima bayi dengan selembar kain kering dan tanyakan : Usia

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 6

Keterangan

Langkah 1 sampai 8

gestasi, warna air ketuban, bernapas atau menangis, tonus otot bayi.
2. Baringkan bayi di bawah pemanas radiant yang telah dihangatkan.
3. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi netral jangan melakukan
ekstensi yang berlebihan atau berikan ganjal punggung dengan kain
setebal 2.5 cm bila kepala bayi besar atau occiputnya menonjol.
Buka jalan napas dan keringkan
4. Bersihkan mulut dan hidung bayi dengan penghisap.
5. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal segera hisap lendir
mulai dari mulut kemudian hidung. Pengisapan jangan terlalu lama
(6 detik).
6. Jika ketuban bercampur meconium kental dapat dilakukan intubasi
endotrakea untuk mengisap sekret secara langsung dari mulut dan
trakea melalui pipa endotrakea.
7. Keringkan mulai dari kepala dan seluruh tubuh bayi kemudian
selimuti diganti dengan kain yang kering
8. Rangsangan taktil
Jika pengeringan dan pengisapan lendir tidk merangsang bayi untuk
bernapas secara baik, lakukan rangsangan berupa menepuk/ menyentil
telapak kaki atau menggosok punggung bayi., tubuh (perut) atau ekstremitas
bayi (paha)
Evaluasi kondisi bayi ( napas, frekuensi jantung, warna kulit )
1.

Nilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan dada dan


warna kulit. Dengaran suara napas di seluruh lapangan paru
dengan stetoskop.

2.

Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung dengan


stetoskop. Hitung frekwensi denyut jantung

3.

Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau sianosis

sentral.
Pemberian napas bantu
1. Jika pernapasan tetap tersengal / gasping atau

apnue setelah

rangsangan singkat, atau frekuensi jantung < 100 x/ menit , atau


sianosis sentral yang menetap setelah diberikan oksigen maka

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 7

dilakukan
detik

dalam

30

segera berikan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan oksigen 100


%.
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu
3. Berikan napas bantu dengan ventilasi tekanan positip melalui bagvalve-mask dengan lembut sambil melihat pengembangan dada bayi,
bila tidak mengembang mungkin terdapat sumbatan jalan napas
4. Bersihkan dan hisap sekret air ketuban/ meconium/ darah dengan
terlebih dahulu dan pastikan jalan napas bersih.
5. Pasang pipa orofaring
6. Letakkan sungkup di wajah bayi ( menutup hidung dan mulut bayi )
dengan rapat agar tidak bocor melalui sisi sungkup
7. Berikan tekanan positip melalui bag-valve-mask kembali dengan
lembut sambil melihat pengembangan dada bayi selama 30 detik
( 20-30 x/ menit )
8. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut jantung dan warna
kulit bayi secara simultan.
9. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat dilakukan intubasi
endotrakea.
10. Pasang pulseoxymeter di tangan kanan untuk mengukur

kadar

oksigen di dalam darah


Catt : saat ini tersedia alat T piece Resusitatator ( Neo Puff) yang lebih
praktis
Pijat Jantung (penekanan dada)
1.

Jika detak jantung bayi masih lemah atau tidak ada pada awal
pemeriksaan atau setelah diberi pernapasan buatan lakukan
pemberian napas bantu (VTP) dan

penekanan dada secara

bergantian dengan rasio 1:3 selama 30 detik


2.

Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian bawah sternum,


dibawah garis imajiner yang menghubungkan papilla mammae.

3.

Metode ibu jari: ( biasanya untuk bayi kecil )


a. Teknik ini dilakukan dengan memegang dada bayi dari lateral

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 8

dengan kedua tangan dan tempatkan kedua ibu jari pada


sternum.
b. Dua ibu jari bisa berdampingan atau bersusun.
c. Tekan sternum dengan ibu jari dan jari yang lain menyangga
punggung bayi.
4.

Metode 2 jari ( biasanya untuk bayi besar )


a. menggunakan jari manis dan jari tengah untuk menekan
sternum dengan arah tegak lurus
b.

Tangan yang bebas bisa diguakan untuk menyangga


punggung bayi.

5.

Kekuatan menekan: gunakan kekuatan secukupnya untuk menekan


sedalam

1.5

cm

kemudian

lepaskan

atau

1/3

diameter

anteroposterior
6.

Kecapatan penekanan dada yaitu sekitar 90 - 120 kali/menit ( 15


VTP + 45 KD) atau ( 20 VTP +60 KD)

Pemberian obat adrenalin


1. Bila setelah dilakukan VTP dan Kompresi dada selama 30 detik ,
frekuensi denyut jantung masih di bawah 60 x/ menit maka di
berikan adrenalin 1 : 10.000 ( 0,1 ml -0,3 ml / kg bb/ kali ) melalui
vena umbilikalis
2. Lakukan kembali VTP dan kompresi dada selama 30 detik dengan
rasio 1 : 3 .
3. Nilai kembali frekuensi napas, frekuensi jantung dan warna kulit .
4. Pemberian adrenalin dapat di ulang setelah 3 menit ( 6 siklus x 30
detik) atau 5 menit (10 siklus x 30 detik )

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 9

DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR
Beri nilai untuk setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya
atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).
2. Mampu : Langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kodisi di luar normal.
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutan dan waktu kerja yang sangat
efisien .
T/D : Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

Nama peserta:
No

Tanggal:..

Aspek yang dinilai

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 10

Gambar

Nilai
0 1 2

I.
1.

Persiapan
Menyiapkan alat dan menguji alat

II. Langkah awal


2.

Menerima bayi dengan selembar kain


kering dan menanyakan usia gestasi,
menangis/ bernapas, warna air ketuban
dan tonus otot

3.

Membaringkan bayi di bawah


pemanas
radiant
yang
telah
dihangatkan dan diposisikan dengan
benar

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 11

Memposisikan bayi terlentang, kepala


posisi netral sedikit ekstensi.

Ganjal punggung dengan kain setebal


2.5 cm bila kepala bayi besar atau
occiputnya menonjol.

III. Buka jalan napas


6.

Membersihkan mulut dan hidung bayi


dengan penghisap.

7.

Menghisap lendir mulai dari mulut


kemudian hidung tidak lebih dari 6
detik

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 12

8.

Jika ketuban bercampur meconium


kental dapat dilakukan intubasi
endotrakea untuk mengisap sekret
secara langsung dari mulut dan trakea
melalui pipa endotrakea

9.

Keringkan mulai dari kepala dan


seluruh tubuh bayi kemudian selimuti
diganti dengan kain yang kering

IV. Rangsangan taktil


10.

Lakukan rangsangan berupa menepuk/


menyentil
telapak
kaki
atau
menggosok punggung bayi., tubuh
(perut) atau ekstremitas bayi (paha)

V. Evaluasi kondisi bayi

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 13

11.

Menilai pernapasan bayi dengan


melihat
pengembangan
dada.
Mendengarkan suara napas di seluruh
lapangan paru dengan stetoskop.

12

Menilai denyut jantung dengan


mendengar irama jantung dengan
stetoskop.

13.

Menilai warna kulit warna kulit

VI. Pemberian napas bantu


14.

Memberikan pernapasan buatan atau


ventilasi tekanan positif dengan
oksigen 100 %. Bila gasping/apneu/
denyut jantung > 100 x per menit dan
sianosis sentral menetap

15.

Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi


atau ganjal bahu

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 14

16.

Bersihkan dan hisap

sekret air

ketuban/ meconium/ darah dengan


terlebih dahulu dan pastikan jalan
napas bersih.
17.

Pasang pipa orofaring

18.

Letakkan sungkup di wajah bayi


( menutup hidung dan mulut bayi )
dengan rapat agar tidak bocor melalui

19.

sisi sungkup
Berikan napas bantu dengan ventilasi
tekanan positip melalui bag-valvemask dengan lembut sambil melihat
pengembangan dada bayi

20-30

x/selama 30 detik
20.

Melakukan evaluasi pernapasan dan


denyut jantung dan warna kulit secara
simultan.

VII. Pijat Jantung (penekanan dada) (dilakukan bila denyut jantung < 60 kali
per menit)

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 15

21.

Penekanan

dada

sepertiga

bagian

dibawah

garis

menghubungkan

dilakukan
bawah

sternum,

imajiner
papilla

pada
yang

mammae.

Sedalam 1,5 cm atau 1/3 diameter


antero posterior

Metode ibu jari:

22.

Dilakukan dengan memegang dada


bayi dari lateral dengan kedua tangan
dan tempatkan kedua ibu jari pada
sternum.

23.

Dua ibu jari bisa berdampingan atau


bersusun.

24.

Menekan sternum dengan ibu jari dan


jari yang lain menyangga punggung
bayi

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 16

B.

Metode 2 jari

25.

Menggunakan jari manis dan jari


tengah untuk menekan sternum
dengan arah tegak lurus

26.

Tangan yang bebas digunakan untuk


menyangga punggung bayi.

27.

Kekuatan menekan: menggunakan


kekuatan secukupnya untuk menekan
sedalam 1.5 cm /1/3 diameter antero
posterior kemudian dilepaskan.

28.

Kecapatan penekanan dada yaitu


sekitar 90 - 120 kali/menit.
Perbandingan VTP : KJL = 1:3

VIII. Pemberian Obat Adrenalin

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 17

29.

Bila setelah dilakukan VTP dan


Kompresi dada selama 30 detik ,
frekuensi denyut jantung masih di
bawah 60 x/ menit maka di berikan
adrenalin melalui vena umbilikalis

30.

Lakukan kembali VTP dan kompresi


dada selama 30 detik dengan rasio 1 :
3.

31.

Nilai kembali frekuensi napas,


frekuensi jantung dan warna kulit

32.

Pemberian adrenalin dapat di ulang


setelah 3- 5 menit

PENILAIAN:

Makassar,

NILAI =
%

x 100% =
64

Panduan Keterampilan Klinik Resusitasi BBLPage 18

Penguji

2016

Anda mungkin juga menyukai