Anda di halaman 1dari 7

Nama

NPM
Mata Kuliah
Bab

:
:
:
:

Mochammad Arief Wicaksono


F1315114
Manajemen Aset
Ujian Tengah Semester

1. Keterkaitan dengan unsur-unsur SPIP


a. Lingkungan Pengendalian
Dalam Pelaksanaan analisis kebutuhan, pimpinan

harus

dapat

memberikan kepemimpinan yang kondusif dalam tahapan kegiatan ini.


Hal tersebut dapat membuat staf yang terlibat dalam tahapan
kegiatan ini mampu melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan
kompetensinya. Penegakan integritas dan nilai etika akan menjadi
lebih mudah tercapai. Sehingga dalam kegiatan analisis kebutuhan ini
akan meminimalkan risiko adanya "kebutuhan" yang tercatat namun
sebenarnya instansi tidak membutuhkannya, akibat dari terjadinya
kecurangan maupun error oleh oknum yang tidak memiliki integritas
maupun kompetensi yang memadai ataupun terjadi pemisahan fungsi
yang gagal.
Pada Aktivitas Penilaian Ekonomis, lingkungan pengendalian yang
kondusif dapat mendukung penilaian ekonomis yang tepat sasaran
sesuai dengan sumber daya (resources) instansi yang ada. Sehingga
tujuan kebijakan instansi yang tepat biaya dan manfaat dapat tercapai
Pada Aktivitas Perencanaan, yang meliputi mempertegas tujuan
penggunaan aset, Penetapan resiko dan alokasi aset, serta Upaya
memverifikasi

jasa/sarana

yang

diperlukan

juga

membutuhkan

lingkungan pengendalian yang kondusif.


b. Penilaian Resiko
Dalam tahapan ini, penetapan tujuan dalam tingkatan aktivitas harus
ditentukan. Selain itu, dalam aktivitas analisis kebutuhan harus
ditentukan kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi yang
menghambat tercapainya tujuan (analisis risiko).
Pada tahapan Aktivitas Perencanaan, dibutuhkan kegiatan penilaian
risiko yang memadai. Karena pada aktiviitas perencanaan ini dilakukan
kegiatan seperti Penetapan resiko dan alokasi aset. Dalam tahap
penganggaran juga diperlukan penilaian risiko yang memadai untuk

pelaksanaan penetapan dana selama masa hidup/ manfaat aset untuk


pembelian, pemeliharaan dan memperpanjang masa pengoperasian
aset. Penilaian risiko untuk memitigasi risiko-risiko yang mungkin
terjadi dalam proses penganggaran, karena proses ini penitng untuk
kelangsungan aset selanjutnya.
c. Kegiatan Pengendalian
Setelah melakukan analisis risiko (penilaian risiko), pimpinan wajib
menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari aktivitas yang bersangkutan. Tindakan
untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan
dan

prosedur

untuk

memastikan

bahwa

tindakan

ini

telah

dilaksanakan secara efektif. Contoh kegiatan pengendalian yaitu


dokumentasi yang baik atas analisis kebutuhan yang ada, untuk
menghindari salah interpretasi kebutuhan instansi juga diperlukan
pengelolaan atas sistem informasi misalnya SIMAK-BMN. Selain itu
kegiatan pengendalian dapat dilakukan dalam bentuk:
1) Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
2) Pembinaan sumber daya manusia;
3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
4) Pengendalian fisik atas aset;
5) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
6) Pemisahan fungsi;
7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi
dan kejadian;
9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
dan
11) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern
serta transaksi dan kejadian penting.
Pada Aktivitas Penganggaran, kegiatan pengendalian dapat berupa
otorisasi pimpinan terhadap anggaran yang disusun dan ditetapkan
telah sesuai dengan kebutuhan dan sesuai masa hidup/ manfaat aset
yang bersangkutan.
Pada Aktivitas Penentuan Harga, kegiatan pengendalian dapat
berupa penentuan Biaya atas Penggunaan Aset (BPA), yang dapat
diilustrasikan

dalam

model

BPA

Biaya

pembuatan

Biaya

Pengoperasian + Biaya pemeliharaan + Biaya penghapusan + Biaya

penyisihan depresiasi. Kegiatan oengendalian dapat pula dalam


penentuan Harga Perkiraan Sendiri melalui analisis kondisi/harga
pasar.
Pada
Aktivitas

Pengadaan

dan

Penghapusan,

kegiatan

mempertimbangkan alternatif pengadaan aset, melalui pembuatan


sendiri,

pembelian

ataukah

sewa

guna

merupakan

kegiatan

pengendalian untuk memperoleh tujuan cost and benefit yang optimal.


d. Informasi dan Komunikasi
Informasi yang ada di dalam organisasi diidentifikasi, dicatat dan
dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat dengan cara
yang efektif. Ini dilaksanakan mulai dari pimpinan hingga ke seluruh
pegawai

yang

ada

di

instansi

pemerintah.

Dengan

mengkomunikasikan informasi secara efektif, maka akan tercipta


pengertian yang sama
menghindarkan

di seluruh tingkat organisasi.

terjadinya

kesalahpahaman

Ini akan

(misunderstanding)

maupun distorsi informasi sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi


organisasi akan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk melakukan komunikasi efektif, maka pimpinan instansi:
1) Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi; dan
2) Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem
informasi secara terus menerus.
Laporan maupun reviu juga merupakan bentuk komunikasi yang dapat
dilakukan oleh pimpinan dengan stafnya. Salain itu, laporan dan reviu
juga dapat mmeberikaninformasi kepada para pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan strategis instansi yang
bersangkutan.
Pada Aktivitas Pencatatan, Penilaian dan Pelaporan, evaluasi
atas

kinerja

fisik

dan

finansial

dari

aset

yang

dikendalikan,

dioperasikan dan dipelihara meruapkan salah satu benuk komunikasi


antara pimpinan dengan staf maupun pihak pengambil keputusan.
e. Pemantauan Pengendalian Intern
Untuk memastikan apakah SPIP dijalankan dengan baik oleh suatu
instansi pemerintah, maka perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan
akan menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan
bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera

ditindaklanjuti.

Pemantauan

dilakukan

melalui

tiga

Pemantauan berkelanjutan, Evaluasi terpisah, serta

cara,

yaitu:

Tindak lanjut

rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus.


Seluruh kegiatan SPIP terkait aktivitas-aktivitas utama manajemen
aset yaitu:
1) Analisis Kebutuhan
2) Penilaian Ekonomis
3) Perencanaan
4) Pengganggaran
5) Penentuan Harga
6) Pengadaan dan Penghapusan
7) Pencatatan, Penilaian, dan Pelaporan
8) Manajemen dalam penggunaan
dipantau melalui unsir SPIP terakhir ini. Antara

lain

melalui

pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan


lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Ataupun melalui penilaian
sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern.
Rekomendasi yang tercantum dalam hasil audit maupun reviu juga
perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai opini maupun akuntabilitas
instansi yang bersangkutan. Selain itu juga mencegah terjadinya risiko
kecurangan maupun error yang sejenis di masa yang akan datang.
2. Permasalahan penting yang biasanya sering terjadi dan
berpengaruh

terhadap

kualitas

penyajian

laporan

keuangan K/L atau pemda pada tahapan pengelolaan


BMN/D berikut ini:
a. Perencanaan kebutuhan aset (BMN/D)
b. Pengadaan aset (BMN/D)
a. Perencanaan Kebutuhan Aset
Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah untuk menghubungkan
pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan
datang. Perencanaan Kebutuhan meliputi perencanaan pengadaan,
pemeliharaan,

pemanfaatan,

pemindahtanganan,

dan

penghapusan BMN/D.
Hasil dari aktivitas ini adalah dokumen Rencana Kebutuhan Barang
Milik Negara/Daerah. RKBMN/D memuat informasi berupa unit

BMN/D yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan dan/atau


pemeliharaan, baik belanja barang/jasa maupun modal.
Perencanaan kebutuhan BMD diawali kegiatan identifikasi
kebutuhan. Pelaksanaan identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
menganalisis riwayat kebutuhan barang/jasa dari kegiatan yang
pernah dilakukan. Hal itu dilakukan agar barang yang masuk ke
dalam usulan RKBMD adalah barang yang sebenarnya dibutuhkan.
RKBMD disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan
tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah.
Pada tahap ini, permasalahan yang sering muncul yaitu RKBMD
yang tidak sesuai dengan Renja SKPD. Akibatnya barang yang
masuk dalam daftar tidak sesuai dengan kebutuhan rill yang sesuai
dengan program dan kegiatan SKPD yang bersangkutan. Namun
kondisi ini tidak menjadi permasalahan yang penting dalam
kualitas laporan keuangan.
Permasalahan yang sering

muncul

adalah

terkait

rencana

pengadaan barang/jasa yang berakibat pada belanja modal.


Perencanan kebutuhan BMD harus berpedoman terhadap standar
barang, standar kebutuhan, dan standar harga.
Permasalahan terkait standar barang dan standar harga
sering muncul dalam penyusunan RKBMD. Terkait standar barang,
SKPD akan kesulitan dalam menetukan spesifikasi barang dalam
dokumen perencanaan PBJ. Kesulitan tersebut karena dalam
penyusunan Kerangka Acuan Kerja, spesifikasi barang akan
mengarah kepada merek/produk tertentu. Sementara dalam
Perka LKPP No 14 tahun 2012 diatur bahwa spesifikasi teknis tidak
boleh mengarah kepada merek/produk tertentu, kecuali untuk
pengadaan suku cadang. Berdasarkan Kajian PBJ yang diadakan
oleh BPKP, masih banyak SKPD yang dalam menyusun dokumen
perencanaan yang mengarah kepada merek/produk tertentu. Hal
tersebut dilakukan oleh SKPD untuk mendapatkan produk dengan
spesifikasi yang bagus dan harganya murah. Kesulitan tersebut
sedikit teratasi dengan adanya e-catalogue.
Terkait standar harga, SKPD juga menghadapi permasalahan
dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Data yang

sering dipakai untuk menyusun HPS antara lain dapat diperoleh

dari:
harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya pengadaan

barang
informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan

Pusat Statistik (BPS)


harga menurut Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan

dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya


hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan
dengan instansi lain maupun pihak lain
Informasi harga tersebut sering tidak valid karena harga pasar
yang sangat fluktuatif. Selain itu perbedaan harga dapat terjadi
dalam suatu wilayah kabupaten tertentu karena faktor geografis.
Keadaan tersebut mengakibatkan HPS yang disusun menjadi tidak
wajar.
Atas beberapa permasalahan tersebut, rekomendasi yang dapat
diberikan antara lain:
Penyusunan RKBMD yang lebih memperhatikan Renstra dan

Renja SKPD.
Penggunaan e-catalogue dalam merencanakan spesifikasi

barang.
Mempertegas peraturan kepala daerah tentang standar

harga satuan.
Melakukan probity

audit

atas

perencanaan

pengadaan

barang/jasa terutama pada penyusunan HPS.


b. Pengadaan Aset
Permasalahan terkait pengadaan barang/jasa pemerintah lebih
banyak dihadapi oleh PPK dan ULP.
Aktivitas Pengadaan aset yang sering terjadi banyak permasalahan
adalah pengadaan melalui pelelangan. Tahapan pengadaan aset
diawali dengan pengumuman Rencana Umum Pengadaan. RUP
memuat

rencana

dilakukan
pengadaan
pelelangan.

melalui
BMN/D

pengadaan
pelelangan
yang

Sebagai

barang/jasa
maupun

sangat

contoh

kritis

pemerintah
swakelola.

terjadi

pelelangan

Masalah

pada

dengan

yang
tahap

metode

pascakualifikasi. Pada tahapan evaluasi penawaran dan evaluasi


kualifikasi sangat menetukan siapa yang akan menjadi penyedia.

Dalam tahap ini sering terjadi adanya konflik kepentingan.


Sesuai dengan peraturan, penyedia yang menjadi pemenang
seharusnya adalah yang penawaranya paling rendah tetapi tetap
sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Permasalahan yang
sering terjadi adalah terlambatnya proses pelelangan bahkan
gagal. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya penyedia yang
memenuhi kualifikasi. Bahkan mungkin saja tidak ada penyedia
yang

memasukkan

pelelangan

dapat

dokumen

penawaran.

mengakibatkan

Keterlambatan
keterlambatan

pelaksanan kegiatan pengadaan barang/jasa.


Tahap pelaksanaan kontrak sangat menentukan kualitas BMN/D
yang dihasilkan. Penyedia kadang tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai batas waktu yang ditentukan. Akibatnya
penyedia harus dikenakan denda keterlambatan. Dalam keadaan
seperti itu kualitas aset yang dihasilkan kadang tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis. Keadaan yang lebih parah apabila
penyedia tidak mampu menyelesaian pekerjaan sehingga
berakibat pada pemutusan kontrak.
Dari uraian kondisi di atas, kegiatan tahap pengadaan BMN/D
penuh dengan permasalahan. Berikut beberapa rekomendasi yang
dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di
atas:
PPK dan Pokja ULP hendaknya dijabat oleh orang yang

memiliki kompetensi teknis yang memadai dan berintegritas


Menggunakan
e-catalogue
dan
e-purchasing
dalam

melaksanakan pengadaan.
Melakukan probity audit pada tahap pelelangan dan tahap
pelaksanan pekerjaan untuk memberikan keyakinan kepada

PA/KPA dan PPK atas pekerjaan yang dilakukan oleh ULP.


PA/KPA, PPK dan PPTK agar tertib dalam administrasi
pembayaran prestasi pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai