Anda di halaman 1dari 19

40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Poltekkes Kemenkes Kendari
Politeknik Kesehatan Kendari (Poltekkes Kemenkes Kendari)
bertempat di jalan Jend.A.H. Nasution. No. G.14 Andonohu, Kota Kendari
provinsi Sulawesi tenggara.
1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
a. Kedudukan
Politeknik Kesehatan Kendari adalah unit pelaksana teknik
dilingkungan Kementrian Kesehatan, dipimpin oleh Direktur yang
berada dibawah Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI, dan sehari-hari
bertanggung jawab kepada kepala Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Pembinaan Politeknik Kesehatan Kendari dilakukan oleh
Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui koordinasi
dengan

unit-unit

kerja

yang

berkaitan

dengan

kesehatan

dilingkungan Kementrian Kesehatan.


b. Tugas
Politeknik Kesehatan Kendari mempunyai tugas melaksanakan
pendidikan professional dalam program Diploma III dan Diploma
IV Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Fungsi
Politeknik Kesehatan Kendari40mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan pengembangan pendidikan professional dalam
sejumlah keahlian dibidang kesehatan.
2) Pelaksanaan penelitian dibidang kesehatan professional dan
kesehatan.

41

3) Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan


bidang yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
4) Pelaksanaan pembinaan civitas akademika

dalam

hubungannya dengan lingkungan.


5) Pelaksanaan kegiatan pelayanan administratif.
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Menjadi perguruan tinggi yang mampu mempersiapkan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan professional
dibidang kesehatan untuk mendukung paradigm sehat.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi professional dibidang kesehatan
yang mampu menjawab tuntutan masyarakat.
2) Menyelenggarakan pendidikan tinggi dibidang

kesehatan

yang

mempunyai daya saing dengan pendidikan tinggi lainnya diseluruh


Indonesia.

c. Tujuan
1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi dibidang kesehatan pada program
Diploma III dan Diploma IV yang terdiri atas:
a) Jurusan Keperawatan
b) Jurusan Gizi
c) Jurusan Kebidanan
2) Mengembangkan proses yang dapat mengembangkan potensi akademik,
keterampilan, sikap dan etika moral para mahasiswa.
3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kesehatan untuk kepentingan keilmuan dan
kemanusiaan.
4) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3. Keadaan Dosen dan Mahasiswa

42

Poltekkes Kemenkes Kendari memiliki dosen yang bervariatif


dilihat dari status pendidikan seperti pada tabel berikut :

43

Tabel 2. Keadaan Dosen Politeknik Kesehatan Kendari


No
.

Jurusan

Tingkat Pendidikan

D3
1.
Keperawatan
D IV/S1
S2
S3
D3
2.
Kebidanan
D IV/S1
S2
S3
D3
3.
Gizi
D IV/S1
S2
S3
(Sumber : Data Sekunder, 2011)

2010
2
17
16
3
13
13
3
12
24
-

Keadaan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari sangat


bervariatif, artinya Poltekkes Kemenkes Kendari memiliki beberapa
jurusan dan tingkatan kelas dengan jumlah mahasiswa yang variatif
seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3. Keadaan Mahasiswa Tingkat I, II, III, D IV, dan Program
Khusus T.A 2009/2010
No
Jurusan
Distribusi Mahasiswa
Jumlah
Umum
Khusus
Progsus
.
1. Keperawatan
- Tingkat I
99 orang
99 orang
-Tingkat II
110 orang
110 orang
-Tingkat III
220 orang
220 orang
2.
Kebidanan
- Tingkat I
99 orang
99 orang
-Tingkat II
110 orang
110 orang
-Tingkat III
153 orang
35 orang 188 orang
- D IV
60 orang
60 orang
3.
Gizi
- Tingkat I
74 orang
74 orang
-Tingkat II
75 orang
75 orang
-Tingkat III
95 orang
95 orang
- D IV
9 orang
9 orang
(Sumber : Data Sekunder, 2011)

44

45

B. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 10 Oktober tahun
2012 di Poltekkes Kemenkes Kendari. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan, personal hygiene,

dan pola

makan dengan kejadian flour albus pada Mahasiswa Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Kendari.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari yang aktif mengikuti perkuliahan
di Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun Akademik 2011/2012 berjumlah 199
orang, yang tersebar didua tingkat, yaitu tingkat I berjumlah 100 orang dan
tingkat II berjumlah 99 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan teknik proportional stratified random
sampling dengan besar sampel sebanyak 54 orang. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan terhadap
responden.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan komputer.
Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan
penjelasannya. Maka hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak lahir, umur
responden sangat penting diperoleh untuk memberikan gambaran
usia responden.

Distribusi responden berdasarkan umur dapat

disajikan pada Tabel 4.

46

Tabel 4.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada


Mahasiswa
Jurusan
Kebidanan
Poltekkes
Kemenkes Kendari Tahun 2012.

No.
1
2
3
4
5

Umur (Tahun)
Jumlah
Persen
18
7
13,0
19
27
50,0
20
18
33,3
21
1
1,9
23
1
1,9
Total
54
100,0
Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

umur, responden yang paling banyak adalah umur 19 yaitu


sebanyak 27 responden (50,0%) sedangkan responden yang paling
sedikit pada umur 21 tahun dan umur 23 yaitu masing-masing
berjumlah 1 orang (1,9%).
b. Tingkat Kelas
Tingkat kelas dapat memberikan gambaran tentang perbedaan
tingkat antara tingkat I dengan tingkat II pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari. Distribusi responden
berdasarkan tingkatan kelas dapat disajikan pada Tabel 5.

47

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas


pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari Tahun 2012.
No

Tingkat

Jumlah populasi setiap tingkat Persen


(n)
(%)
1. Tingkat I
27
50%
2. Tingkat II
27
50%
Jumlah
54
100,0
Sumber : Data primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

tingkatan kelas. Jumlah responden dari tingkat I dan tingkat II sama


yaitu masing-masing sebesar 27 responden (50%) dengan total
keseluruhan 54 responden (100%).
2. Analisis Variabel Penelitian
a. Analisis univariat
Analisis deskriptif tentang faktor yang berhubungan dengan
kejadian flour albus pada Mahasiswa Kebidanan Poltekkes
kemenkes Kendari tahun 2012 dapat disajikan sebagai berikut:
1) Kejadian Flour Albus
Flour albus (white discharge, leukorrhea,) merupakan
gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah. Flour albus
merupakan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit
organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004).

Distribusi

responden berdasarkan kejadian flour albus dapat disajikan


pada Tabel 6.

48

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden menurut


Kejadian Flour albus pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun
2012.
No
1
2

Kejadian Flour Albus


Jumlah (n) Persen (%)
Pernah Mengalami
51
94,4
Tidak pernah mengalami
3
5,6
Total
54
100,0
Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 54 responden, sebagian

besar pernah mengalami flour albus yaitu sebanyak 51


responden (94,4%) dan yang tidak pernah mengalami flour
albus sebanyak 3 responden (5,6%).
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya.
Pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek (Hadi dalam Irvan
2010). Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dapat
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden menurut
Pengetahuan
pada
Mahasiswa
Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun
2012.
No
1
2

Pengetahuan
Jumlah (n)
Persen (%)
Cukup
6
11,1
Kurang
48
88,9
Total
54
100,0
Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 54 responden, sebagian

besar terdapat 48 responden (88,9%) memiliki pengetahuan

49

yang kurang dan 6 responden (11,1%) memiliki pengetahuan


yang cukup tentang flour albus.
3) Personal hygiene
Personal hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara

dan

melindungi

kebersihan

individu

dan

lingkungannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


kebersihan daerah kewanitaan meliputi kebiasaan dalam
menggunakan produk pembersih daerah kewanitaan yang
menggunakan

antiseptik,

pemilihan

pakaian

dalam,

penggunaan WC umum, kebiasaan membersihkan organ


genitalia, dan kebiasaan pergantian pembalut saat menstruasi
(Wikipedia, 2012). Distribusi responden berdasarkan personal
hygiene dapat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden menurut
Personal Hygiene pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun
2012.
No
1
2

Personal Hygiene
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik
12
22,2
Buruk
42
77,8
Total
54
100,0
Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 54 responden, terdapat

42 responden (77,8%) cenderung memiliki personal hygiene


yang buruk dan 12 responden (22,2%) memiliki personal
hygiene baik.
4) Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai macam dan model bahan makanan yang

50

dikonsumsi. Distribusi responden berdasarkan pola makan


dapat disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pola
Makan pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2012.
No
1
2

Pola Makan
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik
5
9,3
Buruk
49
90,7
Total
54
100,0
Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden yang memiliki pola makan yang buruk yaitu


sebanyak 49 responden (90,7%) sedangkan responden yang
memiliki pola makan baik yaitu sebesar 5 responden (9,3%).
b. Analisis bivariat
1) Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Flour Albus
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya.
Pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek (Hadi dalam Irvan
2010). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian
flour albus disajikan pada tabel 10 berikut ini:
Tabel

Pengetahuan
Cukup
Kurang
Total

n
4
47
51

10. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan


Kejadian Flour albus pada Mahasiswa
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Kendari Tahun 2012.

Flour Albus
Ya
Tidak
%
n
%
66,7 2 33,3
98
1
2
94,4 3 5,6

Jumlah
n
6
48
54

%
100
100
100

Xhit

Value

4,864

0,027

51

Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012


Tabel 10 melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa
dari 6 responden yang berpengetahuan cukup, terdapat 4
responden (66,7%) yang pernah mengalami flour albus dan 2
responden (33,3%) yang tidak pernah mengalami flour albus.
Sedangkan dari 48 responden yang berpengetahuan kurang,
terdapat 47 responden (98%) mengalami flour albus dan 1
responden (2%) tidak mengalami flour albus.
Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil
X2hitung= 4,864 dan Value= 0,027. Dengan menggunakan =0,05
dan dk=1, maka diperoleh X2tabel=3,841. Oleh karena X2hitung
lebih besar dari pada X2tabel dan Value<0,05, maka H0 ditolak
yaitu ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian flour
albus

pada

Mahasiswa

Jurusan

Kebidanan

Poltekkes

Kemenkes Kendari tahun 2012.


Pengetahuan adalah apa yang diketahui dan mampu
diingat oleh setiap individu setelah mengalami, menyaksikan,
mengamati, dan mendapatkan pelajaran sejak lahir sampai
dewasa khususnya setelah diberikan pendidikan formal
maupun nonformal (Notoatmodjo dalam Fitriyani, 2009).

52

Untuk menumbuhkan peran serta masyarakat, terlebih


dahulu harus merubah perilaku masyarakat yang kurang
menguntungkan bagi kesehatan kearah yang menguntungkan
kesehatan. Perubahan perilaku terjadi bila individu atau
masyarakat

dapat

menghayati

dan

mengerti

manfaat

pengetahuan tersebut. Untuk itu masyarakat terlebih dahulu


harus mempunyai pengetahuan tentang masalah kesehatan
yang dihadapi, sehingga nantinya akan timbul kesadaran dan
inisiatif dari diri mereka untuk mengatasi masalah tersebut
(Notoatmodjo dalam Fitriyani, 2009).
Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan bahwa
responden yang berpengetahuan dengan kategori cukup
terdapat responden yang tidak mengalami flour albus. Hal ini
disebabkan karena responden tersebut sudah menyadari
tentang pentingnya menjaga kesehatan agar terhindar dari
flour

albus.

Sedangkan

responden

yang

tingkat

pengetahuannya kurang umumnya mangalami flour albus. Hal


ini disebabkan karena sikap remaja yang masih acuh tak acuh
terhadap flour albus

sehingga merasa tidak perlu untuk

memeriksakan penyakit atau mengontrol kesehatannya.


Dengan adanya pengetahuan, orang dapat termotivasi
untuk berperilaku sehat, sebab jika seseorang telah mengetahui
tentang masalah kesehatan yang dihadapinya akan lebih besar

53

kemungkinan orang tersebut berperilaku sehat.

Tetapi bila

sebaliknya dimana seseorang memiliki pengetahuan yang


benar tapi masih melakukan tindakan-tindakan yang tidak
sesuai dengan pengetahuan tersebut, hal ini disebabkan karena
proses peralihan tersebut bukanlah suatu proses yang
sederhana untuk sampai pada penerapan pengetahuan kedalam
bentuk tindakan.
Menurut Clayton (2006) dalam Hidayai (2010),
Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik dan mengenali
penyebab masalah flour albus akan dapat mempengaruhi cara
pencegahan flour albus sehingga flour albus dapat teratasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) mengenai hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku menjaga kebersihan genitalia
eksterna dengan kejadian flour albus pada siswi SMA Negeri 4
Semarang

menunjukkan

bahwa

ada

hubungan

antara

pengetahun menjaga kebersihan genitalia eksterna dengan


kejadian flour albus.
2) Analisis Hubungan Personal Hygiene dengan Flour Albus
Personal hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara

dan

melindungi

kebersihan

individu

dan

lingkungannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


kebersihan daerah kewanitaan meliputi kebiasaan dalam
menggunakan produk pembersih daerah kewanitaan yang

54

menggunakan

antiseptik,

pemilihan

pakaian

dalam,

penggunaan WC umum, kebiasaan membersihkan organ


genitalia, dan kebiasaan pergantian pembalut saat menstruasi
(Wikipedia, 2012). Analisis hubungan antara Personal
Hygiene dengan kejadian flour albus disajikan pada tabel 11
berikut ini:
Tabel 11. Analisis Hubungan Personal Hygiene dengan
Kejadian Flour albus pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun
2012.
Persona
l
Hygiene
Baik
Buruk
Total

N
9
42
51

Flour Albus
Ya
Tidak
%
n %
75
3 25
100 0
0
94
3
6

Jumlah
n
12
42
54

%
100
100
100

Xhit

Value

6,863

0,009

Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012


Tabel 11 melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa
dari 12 responden yang memiliki personal hygiene baik,
terdapat 9 responden (75%) yang pernah mengalami flour
albus dan 3 responden (25%) yang tidak pernah mengalami
flour albus. Sedangkan dari 42 responden yang memiliki
personal hygiene buruk, seluruhnya (100%) yang mengalami
flour albus.
Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil
X2hitung= 6,863 dan Value= 0,009. Dengan menggunakan =0,05
dan dk=1, maka diperoleh X2tabel=3,841. Oleh karena X2hitung

55

lebih besar dari pada X2tabel dan Value<0,05, maka H0 ditolak


yaitu ada hubungan antara personal higiene dengan kejadian
flour albus pada Mahasiswa Jurusan Kabidanan Poltekkes
kemenkes kendari Tahun 2012.
Hasil penelitian pada tabel 11 menunjukkan bahwa
responden dengan status personal hygiene baik dapat terindar
dari kejadian flour albus. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari
sudah cukup memadai sehingga dapat terhindar dari kejadian
flour albus. Terdapatnya beberapa responden yang masih
mengalami flour albus karena kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan diri. Untuk menghindari kejadian flour
albus, perlu adanya kesadaran dalam menjaga kebersihan diri.
Sebab kebersihan dapat menghindari diri dari gangguan
berbagai macam penyakit termasuk kejadian flour albus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Prasetyowati (2009) mengenai hubungan
personal hygiene dengan kejadian flour albus pada siswi SMU
Muhamadiyah Metro Tahun 2009 menunjukkan bahwa ada
hubungan antara personal hygiene dari segi pemilihan pakaian
dalam yang ketat dengan kejadian flour albus.
3) Analisis Hubungan Pola Makan dengan Flour Albus
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai macam dan model bahan makanan yang

56

dikonsumsi. Analisis hubungan antara pola makan dengan


kejadian flour albus disajikan pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Analisis Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Flour albus pada Mahasiswa Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun
2012.
Pola
Makan
Baik
Buruk
Total

n
3
48
51

Flour Albus
Ya
Tidak
%
n
%
60
2
40
98
1
2
94
3
6

Jumlah
n
5
49
54

%
100
100
100

Xhit

Value

6,275

0,012

Sumber: Data Primer, Diolah tanggal 11 Oktober 2012


Tabel 12 melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa
dari 5 responden yang memiliki pola makan yang baik,
terdapat 3 responden (60%) yang pernah mengalami flour
albus dan 2 responden (40%) yang tidak pernah mengalami
flour albus. Sedangkan dari 49 responden memiliki pola
makan yang buruk, terdapat 48 responden (98%) yang
mengalami flour albus dan 1 responden (2%) yang tidak
mengalami flour albus.
Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil
X2hitung= 6,275 dan Value= 0,012. Dengan menggunakan =0,05
dan dk=1, maka diperoleh X2tabel=3,841. Oleh karena X2hitung
lebih besar dari pada X2tabel dan Value<0,05, maka H0 ditolak
yaitu ada hubungan antara pola makan dengan kejadian flour

57

albus

pada

Mahasiswa

Jurusan

Kebidanan

Poltekkes

Kemenkes Kendari Tahun 2012.


Hasil penelitian pada tabel 12 menunjukkan bahwa
responden dengan pola makan yang baik sudah terindar dari
kejadian flour albus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
pola makan yang baik dalam kehidupan sehari-hari sudah
cukup memadai sehingga dapat terhindar dari kejadian flour
albus. Terdapatnya responden yang menderita flour albus
karena memiliki pola makan yang buruk. Hal ini disebabkan
jenis makanan yang mereka konsumsi adalah makanan yang
kandungan gulanya berlebihan yang dapat memicu terjadinya
flour albus.
Menurut Clyton dalam Kurnia (2010) makanan dengan
jumlah gula yang berlebih dapat menimbulkan efek negatif
pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di vagina. Selaput
lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa
gula. Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus
(bakteri baik) yang mampu meragikan gula menjadi asam
laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan
menahan perkembangan infeksi vagina.
Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan
bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula
kedalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan
penyakit, maka jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau

58

bakteri perusak akan bertambah banyak. Flour albus tetap


terkendali bila makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat
dengan kadar gula yang rendah misalnya kol, wortel,
kangkung, bayam, kacang panjang, tomat dan seledri.
Makanan ini rendah dalam kalori dan banyak mengandung
vitamin dan mineral.

Demikian pula dengan daging yang

pengolahannya menggunakan tepung yang mengandung gula


dan dikonsumsi secara berlebihan (Clyton dalam Kurnia,
2010).
Jenis buah tertentu yang memicu terjadinya flour albus
yaitu buah yang mengandung fruktosa atau gula yang
merupakan sumber makanan bagi bakteri candida sebagai
agent penyakitnya sehingga dengan mengkonsumsi jenis buah
ini dapat memudahkan pertumbuhan bakteri didaerah vagina.
Jenis buah tersebut seperti ketimun, bengkoang, pisang, nanas,
anggur dan jagung manis. Demikian pula dengan minuman
yang mengandung soda. Salah satu kandungan minuman
bersoda adalah kadar gula yang tinggi. Jenis minuman ini
antara lain sprite, fanta dan coca cola (Admin, 2012). Fruktosa
dalam soft drink merupakan gula sintetik yang diekstrak secara
kimiawi dari jagung dan berkalori sangat tinggi, sehingga
meningkatkan kadar gula darah dengan cepat (Bilal, 2010).

Anda mungkin juga menyukai