Anda di halaman 1dari 10

INVERSI UTERI

A. DEFINISI
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. dapat keluar melalui kanalis servikalis
sehingga menonjol ke dalam vagina.2
Pada inversio uteri, dimana uterus terputar balik dengan fundus uteri terdapat
dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversio
uteri completa.

Kalau hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri, disebut
inversio uteri incompleta.

Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio
prolaps.

Keadaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, persalinan abnormal, dan
uterus non gravid akibat mioma uteri submukosum. Kejadian inversio uteri sangat
jarang dilaporkan. Shah Hosseini dan Evrard (1989) melaporkan insiden inversio
uteri sekitar 1 di antara 6.400 persalinan di RS Women and Infant, Rhode Island.
Platt dan Druzin (1981) melaporkan kejadian 28 kasus di antara 60.000 persalinan
dengan insiden sekitar 1 di antara 2100 persalinan .3
Walaupun kejadian inversio uteri sangat jarang, tetapi merupakan komplikasi
persalinan yang serius. Hal ini terjadi karena inversio uteri dapat mengancam
kehidupan dengan adanya perdarahan sampai syok, sepsis, bahkan kematian.
Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam 2 jam post partum akibat perdarahan atau
syok.

B. ETIOLOGI
Etiologi inversio uteri terbanyak adalah kombinasi antara implantasi plasenta
di fundus yang abnormal dan atoni uterus. Faktor-faktor predisposisinya adalah:
plasenta akreta, tali pusat pendek, implantasi plasenta di fundus, penekanan pada
fundus sewaktu melahirkan plasenta, tarikan berlebihan pada tali pusat, gangguan
kontraksi uterus, kelainan kongenital uterus. Banyak klasifikasi inversio uteri yang
dikemukakan penulis, akan tetapi umumnya klasifikasi berdasarkan waktu kejadian
dan derajat kelainannya.
berdasarkan waktu kejadian : 1
1. Inversio akut, terjadi segera setelah persalinan.
2. Inversio subakut, terbentuknya cincin kontriksi pada servik.
3. Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Berdasarkan derajat kelainan : 2
1. Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak melewati kanalis servikalis.
2. Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar melalui cincin servik tetapi tidak
mencapai introitus vagina.
3. Derajat tiga (totalis), korpus uteri mencapai atau keluar introitus vagina.
Berdasarkan Etiologi: 2
1. Inversio Uteri Non Obstetri
Biasanya disebabkan oleh mioma uteri submukosum atau neoplasma yang
lain
2. Inversio Uteri Obstetri
Merupakan inversio uteri tersering yang terjadi setelah persalinan.
3. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
4. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri : 4


1. Tonus otot rahim yang lemah, yaitu uterus yang lembek, lemah, tipis
dindingnya.
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan
tangan, tarikan tali pusat yang berlebihan)
3. Patulous kanalis servikalis.
Maka inversio uteri dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan, juga karena
perasat Crede.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.

Penarikan tali pusat berlebihan menyebabkan inversio uteri

Gbr. Inversio Uteri total

C. DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS 4


Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri dilakukan palpasi abdomen dan
pemeriksaan dalam.
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam :

Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus
uteri cekung ke dalam.

Bila komplit, fundus uteri tidak dapat diraba, di atas simfisis uterus
teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.

Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

D. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN INVERSIO UTERI 5


Tertundanya penanganan akan sangat meningkatkan angka kematian. Sejumlah
langkah perlu dilakukan segera dan secara simultan.
Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim
atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali
pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
PENCEGAHAN INVERSI SEBELUM TINDAKAN :
KOREKSI MANUAL :

Pasang sarung tangan DTT

Uterus yang baru mengalami inversi dengan plasenta yang sudah terlepas
mungkin dengan mudah dapat dikembalikan dengan cara mendorong fundus
dengan telapak tangan dan jari tangan mengarah ke sumbu panjang vagina.
Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui
serviks. Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus dari dinding
abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas, lakukan plasenta manual
setelah tindakan koreksi, sampai sistem infus terpasang, cairan dialirkan dan
anestesia sebaiknya halotan atau enfluran telah diberikan. Obat tokolitik
misalnya terbutalin, ritodrin atau magnesium sulfat dilaporkan berhasil
digunakan untuk relaksasi uterus dan reposisi. Segera setelah uterus
dikembalikan ke posisi normalnya, obat yang digunakan untuk relaksasi
dihentikan dan secara bersamaan pasien diberi oksitosin agar uterus
berkontraksi sementara operator mempertahankan fundus dalam posisi
normal.

Gambar reposisi inversio uteri secara manual

Jika koreksi manual tidak berhasil, lakukan koreksi hidrostatik.

KOREKSI HIDROSTATIK :

Pasien dalam posisi Trendelenburg, dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm


dari perineum.

Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi, berupa selang 2 m berujung


penyemprot berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air
hangat 3 5 l (atau NaCl) dan dipasang setinggi 2 m.

Identifikasi forniks posterior

Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia
sekitar ujung selang dengan tangan.

Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.

KOREKSI KOMBINASI ABDOMINAL VAGINAL


Umumnya uterus yang mengalami inversio dapat dipulihkan keposisinya yang
normal dengan teknik-teknik di atas. Apabila uterus masih tidak dapat direposisi,
maka :

Kaji ulang indikasi

Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum, dan singkirkan usus


dengan kasa. Tampak uterus berupa lekukan.

Dengan jari tnagn lakukan dilatasi cincin kontriksi serviks

Pasang tenakulum melalui cincing serviks pada fundus

Lakukan tarikan / traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan


koreksi menual melalui vagina.

Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi serviks di bagian
belakang untuk menghindari risiko cedera kandung kemih, ulang tindakan
dilatasi, pemasangan tenakulum dan traksi fundus.

Jika koreksi berhasil, tutup dindnig abdomen setelah melakukan penjahitan


hemostasis dan dipastikan tidak ada perdarahan.

Jika ada infeksi, pasang drain karet.

Gbr. Inversi uteri komplet dilihat dari atas

PERAWATAN PASCA TINDAKAN :

Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit.

Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60


tetes permenit.

Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau


prostaglandin

Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :


-

Ampisilin 2 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V

Atau sefazolin 1 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V

Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi


abdominal-vaginal.

Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam.

Ampisilin 2 g I.V tiap 6 jam

Dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V setiap 24 jam.

Dengan metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.

Berikan analgesik jika perlu.

E. PROGNOSA
Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosa, tetapi
jika pasien dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri maka maka prognosa
berangsur baik.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bagian Obstetri & Ginekologi, 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri


& Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
Elstar offset. Bandung

2.

Cunningham gary.F,dkk, 2006. Obstetri Williams. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

3.

Saifuddin Abdul Bari, Prof.dr.SpOG,MPH, 2002. Buku Panduan Praktis


Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai