Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian
a. Pengertian Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses
penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang
dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan,
penciuman, pendengaran, pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap
rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami gangguan sehingga
terjadilah salah tafsir (miss interpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara lain
karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut, excited
(tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau
perubahan persepsi (Triwahono, 2004).
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan
antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi
somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia
masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang
merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat
dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan
proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat
memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi.
b. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005).
Halusinasi adalah pesan, respon, dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart Sudden, 2007).
1

B. Etiologi
Menurut stuart (2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan syaraf berhubungan dengan

respon

neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh


penelitian-penelitian sebagai berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofren
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neorotransmiter yang
berlebihan.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti :

kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang


terisolasi
b. faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (Kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
2

otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus


yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
C. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart Sudden, 2007, Halusinasi dibagi dalam :
1. Halusinasi Pendengaran/ Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang.
Biasanya klien mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan/ Visual
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama yang kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikkan
seperti darah, urin, faces. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dimensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, faces.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah
vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
3

Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa


bergerak.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
E. Fase Halusinasi
1. Tahap 1 (Comforting)
a. Tertawa tidak sesuai dengan situasi
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Bicara lambat
d. Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 (Condeming)
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian dan konsentrasi menurun
4

d. Afek labil
e. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 (Controlling)
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c. Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
F. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologi.
a. Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
ada di dalam maupun diluar dirinya.
c. Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di
sertai banyak-banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
d. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
belaku.
e. Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan
antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.
f. Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu manifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang : yaitu manisfetasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
h. Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau
berbudaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.

j. Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan,
dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indra walaupun sebenarnya stimulasi itu tidak ada.
G.

Asuhan Keperawatan
1. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
1

Resiko menciderai diri dan orang lain.


Data Obyektif :

Perilaku hiperaktif, agresi dan destruktif.

Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

Sikap bermusuhan.

Menolak makan.

Data Subyekyif :

klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang

klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.


Data Obyektif :
-

Bicara, senyum/ tertawa sendiri.


6

Menarik diri dan menghindar dari orang lain..

Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan.

Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

Berbicara dan tertawa sendiri

Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu.

Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar sesuatu.

Duduk menyendiri

Dissorientasi.

Data Subyektif
-

Pasien mengatakan : Mendengar suara suara, melihat gambaran tanpa adanya


stimulasi yang nyata, mencium bau tanpa stimulasi.

Perubahan isolasi sosial : menarik diri.


Data Obyektif :
-

Tidak memeprdulikan lingkungan.

Kegiatan menurun, mobilitas kurang.

Klien tampak diam, melamun dan menyendiri.

Menghindar dari orang lain

Komunikasi kurang

Kontak mata kurang

Data Subyektif
-

Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi dengar.

Perubahan persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan dengan adanya


isolasi sosial : manarik diri.

3. Intervensi
Diagnosa 1. Resiko menciderai diri sendiri dan oaring lain berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
a

Tujuan Umum

Klien tidak menciderai orang lain


b
1

Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya

kriteria hasil:
-

Ekspresi wajah bersahabat

menunjukkan rasa senang

ada kontak mata atau mau jabat tangan

mau menyebutkan nama

mau menyebut dan menjawab salam

mau duduk berdampingan dengan perawat

mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
a

Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal

perkenalkan diri dengan sopan


8

tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

jelaskan tujuan pertemuan

jujur dan menepati janji

tunjukkan sikap empati dan terima klien apa adanya

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasionalisasi
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya

Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria hasil:
a

Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi

Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasinya

Bantu klien mengenal halusinasinya


-

Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang


sedang terdengar

Katakan bahwa perawat pwecaya klien mendengar suara itu namun


perawat sendiri tidak melihatnya

KAtakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien

Katakan bahwa perawat siap membantu klien

Diskusikan dengan klien


-

Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi


9

Klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria hasil:
-

Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk


mengendalikan halusinasinya

Klien dapat menyebutkan cara baru

Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan


halusinasi

Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok

Intervensi
a

Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.


Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi

Diskusikan manfaat dara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi


1

Katakan saya tidak mau dengar kamu

Menemui orang lain untuk bercakap-cakap

Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul

Meminta perawat/teman/keluarga untuk menyapa jika klien melamun,


rasional: memberi alternatif pikiran bagi klien

Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap


rasional: memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara pengendalian halusinasi

10

Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil

Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita

Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita


klien

Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Kriteria hasil
-

Klien dapat hubungan saling percaya pada perawat

Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk


mengendalikan halusinasi

Intervensi
a

Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika sedang halusinasi


Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol
halusinasi

Diskusikan dengan keluarga tentang


1

Gejala halusinasi yang dialami klien

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus


halusinasi

Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri


kegiatan jangan biarkan sendiri

Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan bantuan. Rasional:


Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi

Klien memanfaatkan obat dengan baik


11

Kriteria hasil
-

Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping

Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat

Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa konsultasi

Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat

Intervensi
a

Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuansi dan manfaat
obat

Ajurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya

Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat
yang dirasakan.Rasional: dengan mengetahui efek samping obat klien tahu
apa yang harus dilakukan setelah minum obat

Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.Rasional: Pengobatan dapat


bejalan sesuai rencana

Bantu klien menggunakan prinsip 5 benar. Rasional: dengan mengetahui


prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap

Diagnosa Keperawatan 2 : Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d menarik diri.


a

Tujuan umum
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.

b Tujuan khusus
12

1. Dapat membina hunbungan saling percaya.

Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah beersahabat, menunjukkan rasa senang, adanya kontak mata,


mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.

Intervensi Keperawatan :

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik.

Sapaklien dengan ramah baik vebal maupun nonb verbal.

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Jujur dan menepeti janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat.

Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab.

Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan


perawat mengikuti pembicaraan klien.
Rasionalisasi :

13

buru buru, tunjukkan bahwa

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksi selanjutnya
2

KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Kriteria evaluasi :
-

KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Intervensi keperawatan :

Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pearasaan penyebab


menarik diri tidak mau bergaul.

Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab
yang muncul.

Berikan

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

klien

dalam

mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :
-

Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan factor presipitasi


yang dialami klien.

KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

Kriteria Evaluasi :
-

KLien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian berhubungan dengan orang lain.

Intervensi Keperawatan :

14

Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan berhubungan dengan


orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang


berhubunagn dengan orang lain

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang


kerugian bila tidak berhubungan denagn orang lain.

Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan denagn orang lain


dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan mengungkapkan


pearasaan tentang keuntungan berhubunagn dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan denagn orang lain.
Rasionalisasi :
-

Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang klien rasakan bila


berhubungan dengan orang lain.

Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak berhubungan


dengan orang lain.

KLien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria evaluasi ;
Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial secara bertahap k-p, k-p-p
lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok masyarakat.

Intervensi Keperawatan :
Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan orang lain.

15

Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang lain melalui tahap k-p,
k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok masyarakat.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai.

Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.

Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan bersama klien dalam


mengisi waktu luang.

Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

Beri reinfgorcement atas kegiatan klien dalam ruangan.


Rasionalisasi :
-

KLien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa


membina hubungan yang sehat dengan orang alain

Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi


untuk berinteraksi.

Klien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.

Kriteria evaluasi :
KLien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain untuk diri sendiri dan orang lain.

Intervensi Keperawatan :
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengn
orang lain.

Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungn dengan


orang lain.

16

Beri reinforcement atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya


berhubungan dengan orang lain.
Rasionalisasi :
-

Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan orang lain akan sangat
membantu klien memahami manfaat berhubungan dengan orang lain.

Klien

dapat

memberdayakan

system

pendukung

atau

keluarga

mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya,

Menjelaskan cara mearawat

klien menarik diri, mendemontrasikan cara perawatan klien menarik diri,


berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

Intervensi Keperawatan :

Bina hubungan saling percaya denagn keluarga : salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat
kontrak eksplorasi perasaan keluarga.

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik
diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi,
cara keluarga menghadapi klien menarik diri.

Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali
seminggu.

Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan
orang lain.

Beri reinforcement atas hal hal yang telah dicapai keluarga.


Rasionalisasi :
17

Keluarga dapat membantu dan mendukung klien untuk berhubungan


dengan orang lain melalui keterlibatan keluarga dalam merawat klien.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar.

Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi


keluhan.

Intervensi Keperawatan :
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping
minum obat)

Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,


obat, dosis, cara, waktu).

Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat dengan benar.


Rasionalisasi :
- Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan obat, akan
meminimalkan terjadinya ketidakefektifan pengobatan atau keracunan.
Hal ini juga dimaksudkan untuk memotivasi klien agar bersedia minum
obat (patuh dalam pengobatan).

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Dasjakasahdkakdjkd
    Dasjakasahdkakdjkd
    Dokumen1 halaman
    Dasjakasahdkakdjkd
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Dokumen11 halaman
    Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Print
    Keluarga Print
    Dokumen22 halaman
    Keluarga Print
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Dasjakas
    Dasjakas
    Dokumen1 halaman
    Dasjakas
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Encoder Dan Decoder
    Encoder Dan Decoder
    Dokumen17 halaman
    Encoder Dan Decoder
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • PENGERTIAN
    PENGERTIAN
    Dokumen22 halaman
    PENGERTIAN
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Dokumen1 halaman
    Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Remaja
    Remaja
    Dokumen1 halaman
    Remaja
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Bab III Itot
    Bab III Itot
    Dokumen5 halaman
    Bab III Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • BAB I Itot
    BAB I Itot
    Dokumen4 halaman
    BAB I Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Isi Nya
    Isi Nya
    Dokumen19 halaman
    Isi Nya
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Bab III Itot
    Bab III Itot
    Dokumen5 halaman
    Bab III Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • A. Definisi
    A. Definisi
    Dokumen17 halaman
    A. Definisi
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen9 halaman
    Definisi
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Geron Tik
    Geron Tik
    Dokumen6 halaman
    Geron Tik
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Defisit Perawatan Diri
    Defisit Perawatan Diri
    Dokumen21 halaman
    Defisit Perawatan Diri
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Senam Chikung
    Senam Chikung
    Dokumen10 halaman
    Senam Chikung
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Dokumen32 halaman
    Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerontik KLPK 1
    Makalah Gerontik KLPK 1
    Dokumen16 halaman
    Makalah Gerontik KLPK 1
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Stroke File
    Stroke File
    Dokumen19 halaman
    Stroke File
    tatamahyuvi
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Fisiologi Kulit
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Dokumen34 halaman
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat