Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan
sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna
Kelliat, 2006).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a.Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.
Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan
terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis
maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting
karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi
yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan
mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman2

temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal
ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan
adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi
individu yang interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan
terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus
belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman
sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan
mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan
intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan
jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti
daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak
dapat

mempertahankan

keseimbangan

hubungan

tersebut,

yang

seringkali

menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.


4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan
kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang
lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu
kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan
interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap
dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan

aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat
diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang
tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan
adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah

komunikasi

dalam

keluarga

dapat

menjadi

kontribusi

untuk

1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan

untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku.

mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaan anak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c.

Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial.
4

d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah
sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
C. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
a) Kurang spontan
b) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c) Ekspresi wajah kurang berseri
d) Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan
e) Tidak ada dan tidak memperhatikan kebersihan
f)Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
g) Mengisolasi diri
h) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
i) Asupan makanan dan minuman terganggu
j) Retensi urin dan feses
k) Aktivitas menurun
l) Kurang energi (tenaga)
D. Rentang Respon

Adaptif

Maladaptif

Menyendiri

Menarik diri

Otonomi

Ketergantungan

Bekerja sama

Manipulasi

Interdefenden

Curiga

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a.

Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang
termasuk respon adaptif.
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
terjadi di lingkungan sosialnya
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam

membina hubungan interpersonal.


b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif :
1) Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
6

3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu


sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4) Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain. (Stuart
dan Sundeen, 1998).
E. Akibat Yang Ditimbulkan
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya
tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan
seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat
dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari.
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang
berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi

dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan
latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada
SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.

Activity Daily Living (ADL)


Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang

meliputi:

1)
2)

Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah

3)

laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.


Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan

4)

sesudah mandi.
Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti

5)

pakaian.
Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.

6)

Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan


kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,

7)

rambut, kuku dan lain-lain.


Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya

8)

tanpa tujuan yang positif.


Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada
pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering
merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau

b.

mengawali tidurnya.
Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1. Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan
sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan
kawannya dan sebagainya.
2. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang
lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan
dalam berkomunikasi.
4. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan
orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).

5. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang
harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6. Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan
santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7. Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
G. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a) Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b) Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar, menolak interaksi ,tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.
c) Factor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai
suami , putus sekolah , PHK , perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d) Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
e) Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
10

Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi
dengan

bagia

tubuh yang

hilang

, mengungkapkan

keputus

asaan,

mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
f) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada klien dengan gangguan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
11

a) Isolasi sosial
b) Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
c) Halusinasi
c. Intervensi

Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

Rencana Tindakan
Tujuan
Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan psikoterapeutik
selama 3 x 24 jam Klien dapat berinteraksi Klien
dengan orang lain baik secara individu SP 1
maupun secara berkelompok dengan kriteria o Bina hubungan saling percaya
hasil :

o Identifikasi penyebab isolasi

o Klien

dapat

membina

saling percaya.
Dapat menyebutkan

isolasi sosial.
Dapat menyebutkan

hubungan

SP 2
penyebab
keuntungan

berhubungan dengan orang lain.


o Dapat menyebutkan kerugian tidak
o

sosial

berhubungan dengan orang lain.


Dapat berkenalan dan bercakapcakap dengan orang lain secara

bertahap.
o Terlibat dalam aktivitas sehari-hari

o Diskusikan bersama Klien


keuntungan
dengan

orang

berinteraksi
lain

dan

kerugian tidak berinteraksi


dengan orang lain
o Ajarkan kepada Klien cara
berkenalan dengan satu orang
o Anjurkan kepada Klien untuk
memasukan

kegiatan

berkenalan dengan orang lain


dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 3
12

o Evaluasi

pelaksanaan

dari

jadwal kegiatan harian Klien


o Beri kesempatan pada Klien
mempraktekan

cara

berkenalan dengan dua orang


o Ajarkan Klien berbincangbincang dengan dua orang
tetang topik tertentu
o Anjurkan kepada Klien untuk
memasukan

kegiatan

berbincang-bincang

dengan

orang

lain

dalam jadwal kegiatan harian


dirumah
SP 4
o Evaluasi

pelaksanaan

dari

jadwal kegiatan harian Klien


o Jelaskan tentang obat yang
diberikan

(Jenis,

dosis,

waktu, manfaat dan efek


samping obat)
o Anjurkan Klien memasukan
kegiatan

13

bersosialisasi dalam jadwal


kegiatan harian dirumah
o Anjurkan

Klien

untuk bersosialisasi
dengan orang lain
Keluraga
o Diskusikan
dirasakan

masalah

yang

kelurga

dalam

merawat Klien
o Jelaskan

pengertian,

tanda

dan gejala isolasi sosial yang


dialami

Klien

dan

proses

terjadinya
o Jelaskan dan latih keluarga
cara-cara merawat Klien
Tindakan psikofarmaka
o Beri

obat-obatan

sesuai

program
o Pantau keefektifan dan efek
sampig obat yang diminum
Ukur vital sign secara

periodik

Tindakan manipulasi lingkungan

14

o Libatkan
o

dalam

makan

bersama
Perlihatkan sikap menerima
dengan

cara

melakukan

kontak singkat tapi sering


o Berikan
reinforcement
positif setiap Klien berhasil
melakukan suatu tindakan
o Orientasikan Klien pada
waktu, tempat, dan orang
sesuai kebutuhannya
Gangguan

konsep

(harga diri rendah)

diri Setelah

dilakukan

tindakan

asuhan Tindakan Psikoterapeutik

keperawatan selama 3 x pertemuan klien Klien


mempunyai konsep diri yang positif dengan o Bina
criteria hasil:
o Dapat membina hubungan saling percaya
o Dapat mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki
o Dapat mengembangkan kemampuan yang
telah diajarkan
o Dapat terlibat dalam terapi aktivitas
kelompok orientasi realita dan stimulasi
persepsi
o Dapat mengikuti aktivitas di rumah
o Dapat minum obat dengan bantuan

hubungan

saling

percaya
Identifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
klien (individu, keluarga, dan

masyarakat)
o Bantu
klien

menilai

kemampuan klien yang dapat


digunakan
o Bantu
klien

memilih

kegiatan dan melatih sesuai


dengan kemampuan klien
o Anjurkan klien memasukan

minimal

15

dalam jadwal kegiatan harian


Keluarga
o Diskusikan
dirasakan

masalah

yang

keluargadalam

merawat klien
o Jelaskan pengertian, tanda,
dan gejala harga diri rendah
yang dialami klien beserta
proses terjadinya
Jelaskan cara-cara merawat

klien harga diri rendah


o Latih keluarga melakukan
cara

merawat

langsung

kepada klien harga diri rendah


dirumah
Bantu keluarga

membuat

jadwal aktivitas di rumah


termasuk minum obat
Tindakan Psikofarmaka
o Berikan obat-obatan sesuai
program pengobatan klien
o Pantau keefektifan dan efek
samping obat yang diminum
Tindakan

Manipulasi

Lingkungan
o Libatkan klien dalam setiap
16

aktivitas dirumah dan di


lingkungan
o Beri kesempatan pada klien
untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya sendiri
misalnya merapikan tempat
tidur,
o

membersihkan

alat

makan, dan minum obat


Berikan umpan balik positif
untuk

tugas-tugas

yang

dilakukan secara mandiri

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Dasjakasahdkakdjkd
    Dasjakasahdkakdjkd
    Dokumen1 halaman
    Dasjakasahdkakdjkd
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Dokumen11 halaman
    Penambahan Angka - Dalam Kode BCD
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Print
    Keluarga Print
    Dokumen22 halaman
    Keluarga Print
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Dasjakas
    Dasjakas
    Dokumen1 halaman
    Dasjakas
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Encoder Dan Decoder
    Encoder Dan Decoder
    Dokumen17 halaman
    Encoder Dan Decoder
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • PENGERTIAN
    PENGERTIAN
    Dokumen22 halaman
    PENGERTIAN
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Dokumen1 halaman
    Penanganan Dismenore Primer Dan Sekunder
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Remaja
    Remaja
    Dokumen1 halaman
    Remaja
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Bab III Itot
    Bab III Itot
    Dokumen5 halaman
    Bab III Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • BAB I Itot
    BAB I Itot
    Dokumen4 halaman
    BAB I Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Isi Nya
    Isi Nya
    Dokumen19 halaman
    Isi Nya
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Bab III Itot
    Bab III Itot
    Dokumen5 halaman
    Bab III Itot
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen9 halaman
    Definisi
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Pen Gerti An
    Pen Gerti An
    Dokumen18 halaman
    Pen Gerti An
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Geron Tik
    Geron Tik
    Dokumen6 halaman
    Geron Tik
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Defisit Perawatan Diri
    Defisit Perawatan Diri
    Dokumen21 halaman
    Defisit Perawatan Diri
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Senam Chikung
    Senam Chikung
    Dokumen10 halaman
    Senam Chikung
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Dokumen32 halaman
    Gerontik Asma Dan BP Fixed
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerontik KLPK 1
    Makalah Gerontik KLPK 1
    Dokumen16 halaman
    Makalah Gerontik KLPK 1
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat
  • Stroke File
    Stroke File
    Dokumen19 halaman
    Stroke File
    tatamahyuvi
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Fisiologi Kulit
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Dokumen34 halaman
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Novena Patricia Vita
    Belum ada peringkat