Anda di halaman 1dari 2

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang memiliki risiko

tinggi. Sayangnya, tidak banyak masyarakat Indonesia yang menyadari dirinya


mengidap penyakit penyebab kematian keenam tersebut.
Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak mampu mengenali gejala-gejala
diabetes sehingga penanganannya menjadi terlambat. Penelitian kualitatif dalam
laporan berjudul "Blueprint for Change" ini juga menunjukkan bahwa banyak
orang yang hidup dengan diabetes tidak mengetahui serba-serbi penyakit ini
yang kemungkinan besar disebabkan oleh edukasi yang rendah.
Dalam laporan tersebut dipaparkan jumlah penderita diabetes di Indonesia
mencapai 7,6 juta orang. Namun, hanya 41 persen yang mengetahui kondisinya
dan 39 persen mendapatkan pengobatan. Yang mengejutkan, hanya 0,7 persen
penderita diabetes mencapai sasaran pengobatan dengan tepat.
Penyakit diabetes tidak bisa dianggap enteng. Berdasarkan data Global Status
Report on NCD yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010
disebutkan, Diabetes Melitus menduduki peringkat keenam sebagai penyebab
kematian pada kategori penyakit tidak menular. Rentang usia penderita diabetes
pun bervariasi mulai dari 20 tahun hingga 79 tahun.
Lalu studi terbaru dari International Diabetes Federation pada 2012
mengungkapkan, penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia mencapai 371 juta
orang. Adapun Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan penderita
diabetes terbanyak. Posisi pertama adalah Cina dengan 92,3 juta penderita,
India sebanyak 63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa, Brasil 13,4 juta jiwa,
Rusia 12,7 juta jiwa, Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan jumlah
penderita diabetes sebanyak 7,6 juta orang.
Vice President Global Public Affairs Novo Nordisk, Niels Lund, mengatakan ada
empat hambatan utama dalam menangani diabetes. Pertama, rendahnya
pengetahuan pencegahan dan pengobatan diabetes. Kedua, ketidakmerataan
penyediaan dan kebutuhan kesehatan. Ketiga, terbatasnya sumber daya dalam
sistem kesehatan publik. Terakhir, terbatasnya jumlah pasien yang mendapat
pengobatan diabetes dengan tepat.
Menurut dia, kebutuhan untuk mengatasi empat hambatan itu menjadi semakin
besar mengingat ada 32 juta orang Indonesia yang melakukan urbanisasi hingga
2030. Urbanisasi ini menyebabkan pergeseran pola makan serta rendahnya
aktivitas fisik yang diasosiasikan dengan gaya hidup kaum urban.
"Konsekuensinya, jumlah pengidap diabetes di Indonesia diprediksi mencapai
11,8 juta orang pada 2030 atau meningkat enam persen setiap tahunnya," kata
Niels Lund dalam peluncuran "Blueprint for Change", di Kementerian Kesehatan,
Jakarta, Selasa, 3 Septermber 2013.
Profesor Sidartawan Soegondo, Ketua Asosiasi Diabetes Indonesia, mengatakan

sekitar 75 persen penderita diabetes tidak terdeteksi mengidap. Hal ini


disebabkan masih rendahnya edukasi dan informasi tentang penyakit diabetes.
Kasus yang kebanyakan terjadi adalah penderita diabetes datang ke dokter
sudah dalam kondisi parah akibat ketidaktahuan. Padahal, hampir 90 persen
penderita diabetes disebabkan karena faktor keturunan yang semestinya bisa
terdeteksi secara dini dengan mengenali beberapa gejalanya.

Anda mungkin juga menyukai