Anda di halaman 1dari 35

14

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Sebelum penulis menguraikan pengertian kompetensi guru yang sesuai
dengan pembahasan ini, terlebih dahulu kita harus tahu tentang pengertian
guru, dalam hal ini :
Guru adalah sentral pelaksana kurikulum. Dia yang lebih dulu
mengenal, memahami, dan melaksanakan hal-hal yang tertuang dalam
kurikulum.1
Di sisi lain pengertian guru juga diungkapkan secara jelas bahwa
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan, oleh karena itu guru
merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan
serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang.2
Jadi jelaslah bahwa pengertian guru tidak semata-mata sebagai
pengajar namun sekaligus pembimbing yang memberikan pengarahan dan
menuntun siswa dalam belajar.

1
2

125

Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 34


Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

15

Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan


menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan
lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan harus
menuntun anak didiknya sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan
perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk
dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau
kesulitan yang dihadapi anak didik.3
Dengan demikian diharapknn dapat menciptakan perkembangan yang
lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental.
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru
harus: a) Mengumpulkan data tentang siswa, b) Mengamati tingkah laku siswa
dalam situasi sehari-hari, c). Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan
khusus, d) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling
pengertian tentang pendidikan anak, e) Bekerjasama dengan masyarakat dan
lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa, f)
Membuat catatan pribadi siswa serta menyingkapnya dengan baik, g)
Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu, h) Bekerjasama
dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan
masalah para siswa, i) Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama

Ibid., 140

16

dengan petugas bimbingan lainnya, j) Meneliti kemajuan siswa, baik di


sekolah maupun di luar sekolah.4
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa peran guru baik sebagai
pengajar maupun sebagai pembimbing, pada hakikatnya saling berhubungan
satu dengan yang lainnya menuju tercapainya perkembangan yang maksimal.
Untuk memahami lebih lanjut pengertian kompetensi guru, maka kita
perlu mengerti apa kompetensi yang membatasi ruang lingkup penerapan
kegiatan guru.
Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan.5
Dari pengertian tersebut kumpetensi merupakan suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Kemampuan guru
dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif mencakup segi kognitif
(intelektual) seperti penguasaan bahan, sikap afektif, seperti mencintai
profesinya dan segi psikomotorik (perilaku) seperti ketrampilan mengelola
kelas, menilai hasil belajar dan lain-lain.

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000),

34
5

Piet A. Sehertian dan Ida Al Eida Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program
Inservice Education, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 4

17

Sedangkan pengertian kompetensi menurut A. Wahid Evendi dalam


Tulisannya konsep kompetensi dalam perspektif AI-Qur'an :
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sccara
konsisten dan terus-menerus yang memungkinkan seseorang itu menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.6
Menurut MC. Ashan sebagaimana dikutip Abdul Majid dan Dian
Andayani mengatakan bahwa :
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik
termasuk menyangkut perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.7
Dengan demikian .jelaslah bahwa kompetensi merupakan kemampuan
yang harus dimiliki seseorang baik pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai
dan sikap untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh
orang lain yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional
dalam arti harus dilakukan secara benar. Rasulullah SAW. bersabda :

A. Wahid Evendi, Konsep Kompetensi Dalam PErspektif Al-Quran, (Mimbar Pembangunan


Agama, 225, Juni 2005), 20
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), 52

18




)










(
Apabila suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.8
Di dalam pendidikan apabila seorang pendidik tidak mendidik dengan
keahliannya atau kemampuannya, maka yang hancur adalah muridnya. Profesi
keguruan merupakan profesi yang paling mulia dan paling agung. Maka dari
itu guru harus memiliki kompeten yang tinggi.
Perlu juga dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik, scorang guru harus memiliki ilmu keguruan. Hal tersebut
mewajibkan guru untuk selalu memegang teguh kode etik guru. Kode etik
guru ini dirumuskan sebagai hasil kongres PGRI XIII pada tanggal 21-25
November 1973 di Jakarta yang terdiri dari: a) Guru berbakti membimbing
anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila, b) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing, c) Guru
mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan, d) Guru
menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik, e) Guru
8

1981), 21

Imam Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ismail, Shohih Bukhori, Jilid I, (Istambul: Darul Fikri,

19

memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan, f) Guru secara
sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengemhangkan dan meningkatkan
mutu profesinya, g) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara
sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan
keseluruhan, h) Guru secara bersama-sama memelihara, memhina dan
menigkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengbdiannya,
i) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.9
Dengan memahami sembilan kode etik guru tersebut, diharapkan guru
mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada anak
didik sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik, sehingga
hasilnya optimal.
Sedangkan menurut Imam AI-Ghazali yang dikutip Achmad Patoni
bahwa kode etik dan tugas-tugas guru atau pendidik sebagai berikut: a) Kasih
sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya
sendiri, b) Meneladani Rasulullah, sehingga jangan menuntut upah, imbalan,
Maupun penghargaan, c) Hendaknya tidak memberi predikat kepada peserta
didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan
memberi ilmu yang samar sebelum tuntas ilmu yang jelas, d) Hendaknya

Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di


Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 106-108

20

mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek sedapat mungkin dengan cara
sendirian dan tidak tunjuk hidung, e) Guru atau pendidik yang memegang
bidang studi menyajikan pelajaran pada peserta didik sesuai dengan taraf
kemampuan mereka, f) Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu,
sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak menyajikan detailnya, g)
Guru atau pendidik hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai
ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.10
Pendapat lain berpendapat, bahwa kode etik guru atau pendidik
adalah: a) Saling tolong-menolong atas kebajikan dan takwa, b) Menjadi
teladan bagi peserta didik dalam kebenaran dan berusaha memelihara akhlak
dan nilai-nilai Islam, c) Berusaha keras untuk menyebarkan ilmunya dan tidak
menganggap remeh, d) Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmu.11
Berdasarkan pendapat para ulama tersebut, dapat dipahami bahwa
kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru atau pendidik
diharapkan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya dapat
berhasil secara optimal.
Selain selalu memegang kode etik, seorang guru harus memenuhi
syarat-syarat menjadi guru dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang
guru, karena dengan memiliki keduanya, guru bisa melaksanakan proses
belajar mengajar dengan baik.

10
11

Achmad PAtoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 25
Ibid., 26

21

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pendidik Islam adalah


sebagai berikut :
a. Cakap dan berkepribadian
Sebagai seorang pendidik harus memiliki kecakapan dalam
menguasai

berbagai

macam

ilmu

pengetahuan

dan

mempunyai

kepribadian yang baik.


b. Ikhlas
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik ia harus
senantiasa ikhlas semata-mata untuk Allah dalam semua pekerjaannya
baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan atau hukuman. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 sebagai
berikut :


Artinya: Padahal mereka tiduk disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian
itulah agama yang lurus.12

c. Berkepribadian

12

Al-Quran, 98: 5

22

Guru yang mempunyai kepribadian yang baik tentu akan dapat


menanamkan kepribadian yang baik pula pada peserta dan dapat
membimbingnya ke arah pertumbuhan sosial yang sehat dan wajar.
d. Taqwa
Sifat terpenting yang harus dimiliki pendidik adalah taqwa. Dalam
pendidikan Islam ataupun dalam pendidik nasional di Indonesia yang
menjadi sasaran dan tujuan yang harus dicapai adalah taqwa. Jadi anak
didik yang bertaqwa hanya dapat dihasilkan oleh pendidik yang bertaqwa.
Adapun ayat yang memerintahkan dan mengajarkan bertaqwa
adalah Qur'an Surat Ali Imron ayat 102 yang berbunyi :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah


sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.13
e. Memiliki kompetensi keguruan
Kompetensi keguruan adalah kemampuan yang diharapakan yang
dapat dimiliki oleh seorang guru.14
Adapun syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang guru
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik adalah
sebagai berikut :
13
14

Al-Quran, 3: 102
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 20-23

23

a. Persyaratan Fisik
Yaitu kesehatan

jasmani,

maksudnya

seorang

guru

harus

berbadan sehat.
b. Persyaratan Psykis
Yaitu sehat rohaninya maksudnya tidak mengalami gangguan
kelainan jiwa atau penyakit syaraf.
c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi keguruan, mencintai dan mengabdi pada tugas jahatannya.
d. Persyaratan Moral
Yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur, maksudnya seorang guru
sanggup berbuat kebajikan serta bertingkah laku yang baik.

e. Persyaratan lntelektual atau Akademis


Yaitu mengenai pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
diperoleh dari lembaga pendidikan.15
Sebagai seorang pendidik ia mempunyai tanggungjawab yang besar
dalam mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan, sesuai dengan
pendidikan nasional yang bertujuan:
Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqvva kepada "Tuhan Yang Maha Esa,

15

Team Didaktik Metodek Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktif Metodik Kurikulum
PBM, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), 10

24

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi


warga negara yang, demokratis serta bertanggung jawab.16
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, seorang guru
disamping menguasai pengetahuan, juga harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang dengan sifat-sifat ini diharapkan segala tingkah laku dapat diteladani
dengan baik. Sebesar apapun ilmu pengetahuan yang dimiliki, tidak akan
berarti apa-apa jika guru tidak dapat diteladani sifat dan perbuatannya.
Banyak para ahli menentukan sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki oleh
guru, diantara para ahli menentukan sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki
oleh guru diantara para ahli tersebut adalah :
a. Abdurrahman an-Nahlawy
Adapun sifat-sifat pendidikan menurut an-Nhlawy sebagaimana dikutip
oleh Patoni sebagai berikut : 1) Guru harus bersifat Rabbani, 2) Guru
harus bersifat ikhlas, 3) Guru harus bersifat sabar, 4) Guru harus bersifat
jujur, 5) Guru harus senantiasa membekali diri dengan ilmu dan bersedia
mengkaji dan mengembangkannya, 6) Guru harus mampu menggunakan
berbagai metode mengajar yang bervariasi, 7) Guru harus mampu
mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak, dan meletakkan segala
masalah secara proporsional, 8) Guru harus mampu mempelajari
kehidupan psikis peserta didik selaras, dengan masa perkembangannya, 9)
Guru harus tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia
16

2003), 7

UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cemerlang,

25

yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola berpikir peserta didik,


memahami problem kehidupan modern dan bagaimana cara Islam
mengatasi dan menghadapinya, 10) Guru harus bersikap adil diantara para
peserta didiknya.17
b. Sementara itu menurut Hamachek sebagaimana dikutip oleh Muhaimin,
dkk, bahwa guru yang baik adalah guru yang memiliki sifat antara lain
sebagai berikut :
1. Memandang pekerjaan mengajar sebagai proses yang bersifat
memanusiawi
2. Berpengalaman luas dan mengetahui sumber-sumber informasi (wellinformed) mengenai berbagai masalah
3. Dapat mengadakan komunikasi secara efektif.18
2. Macam-macam Kompetensi Guru
(a) Kompetensi Guru Dalam Bidang Kepribadian
Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi
yang mereka miliki. Seorang guru harus menampilkan kepribadian yang baik,
tidak saja ketika melaksanakan tugasnya disekolah, tetapi di luar sekolah pun
guru harus menampilkan kepribadian yang baik. Hal ini untuk menjaga
wibawa dan citra guru sebagai pendidik yang selalu digugu dan ditiru oleh
siswa atau masyarakat. Bila seorang guru melakukan suatu perbuatan asusila
dan amoral maka guru telah merusak wibawa dan citra guru di tengah
masyarakat.
17

Patoni, Metodologi, 26
Muhaimin dkk, strategi Belajar Mengajar Penerapannnya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra Media, 1996), 65
18

26

Kepribadian

adalah

keadaan

manusia

sebagai

perseorangan

keseluruhan sifat yang merupakan watak orang, biasa bergeser, artinya: orang
yang baik sifatnya dan wataknya.19
Kepribadian sangat menentukan tinggi rendahnya seorang guru dalam
pandangan anak didik atau masyarakat. Kepribadian merupakan salah satu
unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dan murid yang tercermin
dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.
Maka dari itu kompetensi keguruan harus dikembangkan agar guru trampil
dalam : a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu
atau murid yang diajarnya, b) Membina suatu suasana sosial yang meliputi
interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral
(batiniyah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah
dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru, c) Membina suatu perasaan
saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya
mempercayai antara guru dan murid.20

Dengan adanya pengembangan kompetensi keguruan tersebut maka


sangatlah berpengaruh terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para
siswa. Sebab pada umumnya seorang siswa akan menyerap sikap-sikap

19

Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), 390
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (IAIN Pusat: 1980/1981), 210
20

27

keyakinannya, meniru tingkah lakunya dan perasaan-perasaannya dan


mengutip pernyataan-pernyataannya.
Sementara itu menurut pandangan siswa sifat-sifat atau karakteristik
guru-guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang: a)
Demokratis, seorang guru memberikan kebebasan kepada anak, tidak bersifat
otoriter, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta
dalam berbagai kegiatan, b) Suka bekerja sama (kooperatif), dalam mengajar
guru bersikap saling memberi dan saling menerima dan dilandasi oleh
kekeluargaan dan toleransi yang tinggi, c) Baik hati, seorang guru bersikap
suka memberi dan berkorban untuk kepentingan anak didiknya, d) Sabar, guru
yang sabar adalah guru yang sanggup menahan diri, menahan kemarahan,
tidak mudah tersinggung, dan suka memaafkan kesalahan siswanya, e) Adil,
dalam mengajar seorang guru tidak bersikap membeda-bedakan anak dan
memberi anak sesuai dengan kesempatan yang sama bagi semuanya, f)
Konsisten, guru harus selalu berkata dan bertindak sama dengan apa yang
diucapkannya, baik dulu maupun seterusnya, g) Bersifat terbuka, seorang guru
akan bersedia menerima kritik dan saran terhadap kekurangan atau
kelemahannya dalam kegiatan proses belajar mengajar, h) Suka menolong,
dalam mengajar seorang guru senantiasa siap untuk membantu anak didiknya
yang mengalami kesulitan belajar ataupun masalah tertentu, i) Ramah tamah,
seorang guru mudah bergaul dan disenangi oleh scmua orang, dia tidak

28

sombong dan bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik disamping


sebagai pembicara yang menarik.21
Sementara itu menurut Al-Rasyidin dan Samsul Nizar seorang
pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi
kepribadiannya. Diantara sifat-sifat tersebut adalah: a) Sabar dalam
menanggapi pernyataan murid, b) Senantiasa bersifat kasih, tanpa pilih kasih
(obyektif), c) Duduk dengan sopan, tidak riya' atau pamer, d) Tidak takabur,
kecuali terhadap orang yang zalim dengan maksud mencegah tindakannya, e)
Bersikap tawadhu' dalam setiap pertemuan ilmiah, f) Sikap dan pembicaraan
hendaknya tertuju pada topik persoalan, g) Memiliki sifat bersahabat terhadap
semua murid-muridnya, h) Menyantuni dan tidak membentak orang-orang
bodoh, i) Membimbing dan mendidik murid yang bodoh dengan cara yang
sebaik-baiknya, j) Berani berkata tidak tahu terhadap masalah yang sedang
dipersoalkan.22
Dengan demikian bila seorang guru melakukan suatu sikap dan
perbuatan yang baik, sering dikatakan bahwa guru tersebut memiliki
kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya bila guru tersebut
melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan
masyarakat maupun siswanya maka dikatakan bahwa guru tersebut tidak

21

Hamalik, Psikologi, 39
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historiss, Teoritis dan
Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), 88
22

29

memiliki kepribadian yang baik. Dcngan kata lain, baik tidaknya citra seorang
guru ditentukan oleh kepribadian.
(b) Kompetensi Guru Dalam Bidang Pengelolaan Kelas
Di dalam proses belajar mengajar, tugas guru di dalam kelas sebagian
besar adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang
optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Pengaturan tersebut
salah satunya berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar atau pengelolaan
kelas.
Pengelolaan kelas adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.23
Menurut Hasibuan dan Moedjiono pengelolaan kelas adalah:
Ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan
kegiatan perbaikan.24
Sebagai pengelola kelas, guru atau wali kelas dituntut untuk mengelola
kelas sebagai lingkungan belajar siswa juga sebagai bagian dari lingkungan

23

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Sikap Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta:
Rajawali, 1986), 67
24
Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 82

30

sekolah yang perlu diorganisasikan. Oleh karena itu, guru dan wali kelas
dituntut memiliki kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.
Kemampuan mengelola kelas yang harus dilakukun oleh guru dalam
menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif adalah :
a. Mengatur tata ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak
leluasa tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antara murid
yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.25
Besar kecilnya ruang kelas ikut menentukan proses interaksi belajar
mengajar. Ruang kelas yang terlalu besar adalah keluhan umum para guru
dan bahkan banyak yang percaya bahwa perbaikan mutu pengajaran
langsung dapat dicapau dengan mengurangi besarnya kelas sebab dengan
besarnya kelas akan menyulitkan guru mengelola interaksi belajar
mengajar yang kondusif. Sebaliknya, kecilnya kelas akan memudahkan
guru mengelola interaksi belajar mengajar. Sebab dengan kelas yang kecil,
jumlah anak didik juga relatif kecil.

b. Pengaturan tempat duduk

25

Ahmadi, Pedoman, 121

31

Dalam

mengatur

tempat

duduk

yang

terpenting

adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru sekaligus


dapat mengontrol tingkah laku murid. Oleh karena itu, pengaturan tempat
duduk akan mempengaruhi interaksi belajar mengajar. Daya serap anak
didik yang duduk berdekatan dengan meja guru atau yang duduk di depan
kelas lebih jelas mendengarkan penjelasan guru, sementara anak didik
yang duduk di belakang, kurang jelas mendengarkan penjelasan guru dan
memungkinkan besar bahan pelajaran kurang diperhatikan. Apalagi
dengan suara yang terlalu kecil dan ruang kelas yang besar dengan jumlah
anak didik yang besar pula.
Menyangkut pengaturan tempat duduk, munurut Howells dan
Becker sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah adalah: 1)
Anggota kelompok (siswa) yang ditempatkan di tengah kemungkinan
besar keluar sebagai pemimpin kelompok (siswa), 2) Pemimpin-pemimpin
kelompok (siswa) mungkin muncul dari bagian meja yang paling sedikit
pesertanya (siswanya), 3) Apabila komunikasi bebas, komunikasi
terbanyak akan terjadi antara mereka (siswa) yang duduk berhadapan.
Sementara komunikasi minimal akan terjadi antara mereka yang duduk
bersebelahan. Dengan kata lain, komunikasi akan cenderung mengalir
menyilang daripada mengitari meja.26

26

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), 91

32

c. Menciptakan atau menyediakan iklim belajar mengajar yang serasi


Dalam proses interaksi belajar mengajar, seorang guru harus bisa
menyediakan iklim yang serasi. Iklim belajar mengajar yang tidak serasi
adalah bila ada diantara tingkah laku anak didik yang tidak terlibat dalam
aktivitas belajar. Gejala ini akan terlihat bila anak didik yang membuat
keributan, mengantuk, mengganggu temannya yang sedang belajar, keluar
masuk ruang kelas, dan sebagainya. Tingkah laku anak didik yang
demikian harus diarahkan guru dengan cara menghentikannya dan
memerintahkannya pada perbuatan yang produktif dan bermakna.
Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Djamarah, tindakan
yang harus dilakukan guru adalah : 1) Langkah-langkah siswa yang sudah
sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan
yang positif, 2) Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa
menyimpang dari tugas, 3) Sikap siswa yang keras ditanggapi dengan
memadai dan tenang, 4) Guru harus selalu memperhatikan dan
memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.27

Terdapat 2 tujuan dalam pengelolaan kelas :


1) Tujuan Umum

27

Ibid., 89

33

Menyediakan

dan

menggunakan

fasilitas

kelas

untuk

bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil


yang baik. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar
dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap
apresiasi para siswa.
2) Tujuan Khusus
Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alatalat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil
yang diharapkan.28
Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas. Apabila guru mampu
mengelola kelasnya dengan baik, maka tidaklah sukar bagi guru untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun pengelolaan kelas yang baik
menurut John Jarolinck dan Clifford D. Foster sebagaimana dikutip oleh B.
Suryosubroto adalah :a) Mempertinggi perkembangan mental dan sosial
murid-murid, b) Memberi kebebasan intelektual dan fisik dalam karakter yang
ditentukan,

c)

Memungkinkan

pencapaian

tujuan

instruksional,

d)

Mengizinkan kepada murid untuk ikut berpartisipasi atas pengelolaan


kelasnya, e) Mengizinkan kepada murid untuk mengembangkan kecakapan

28

72

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2005),

34

sendiri dan tidak tergantung pada orang lain, f) Memebuat suasana yang
hangat terhadap hubungan antara guru dan murid, g) Menghasilkan sikap
murid yang positif terhadap kelasnya.29
(c) Guru Dalam Bidang Penguasaan Bahan
Kemampuan guru dalam penguasan atas ilmu pengetahuan yang
diajarkan dan dipadukan dengan kemampuun mengajar yang baik akan
menjadikan guru yang berwibawa di hadapan anak didiknya. Sebelum guru
tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih
dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang akan diajarkan dan sekaligus
bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar.
Dengan modal penguasaan bahan guru akan dapat menyampaikan materi
pelajaran secara dinamis. Kemampuan seorang guru dalam menguasai bahan
diantaranya adalah :
a. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
Meliputi :
1) Mengkaji bahan kurikulum bidang studi
2) Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan

3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum


bidang studi yang bersangkutan
b. Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi
29

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 50

35

Maksudnya adalah mempelajari dan memperluas wawasan


keilmuan yang relevan atau ilmu yang terdapat hubungan dengan bidang
studi yang bersangkutan.30 Misalnya untuk mengajar bidang studi fikih,
guru harus menguasai bahan-bahan yang lain seperti Qur'an Hadits,
Aqidah akhlak dan Bahasa Arab.
Dalam proses belajar mengajar, penguasaan bahan pengajaran harus
dikembangkan, karena semua itu selalu dibutuhkan guru dalam :
a. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus
diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasiinformasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang
bersangkutan
b. Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian
rupa baiknya sehingga akan memudahkan siswa untuk mempelajari
pelajaran yang diterimanya.31
Menguasai bahan yang diajarkan mutlak bagi guru. Tanpa penguasaan
bahan, sebenarnya guru tak dapat mengajar dengan baik, contohnya guru yang
tidak menguasai bahan ialah guru yang mendikte siswa, menyuruh siswa
menyalin dari buku, membacakan bahan dan buku sumber dan lain-lain.
Hal lain yang diperlukan dalam menetapkan bahan pengajaran, ialah
kepandaian atau kemampuan guru memilih atau menyeleksi bahan yang akan

30
31

Hamalik, Perencanaan, 52
Direktorat, MEtodik, 211

36

diberikan pada siswa. Tidak semua bahan yang ada pada buku sumber harus
diajarkan seluruhnya mengingat terbatasnya waktu yang tersedia.
Oleh karena itu guru harus memilih bahan mana yang perlu diberikan,
dan bahan mana yang tidak perlu. Dalam menetapkan pilihan tersebut,
hendaknya diperhatikan.
a. Tujuan Pengajaran
Maksudnya bahwa bahan yang perlu diberikan oleh guru harus
hahan yang sesuai dan menunjang
b. Urgensi bahan
Maksudnya bahan tersebut penting untuk diketahui oleh siswa.
Demikian juga sifat bahan tersebut merupakan landasan untuk
mempelajari bahan berikutnya.
c. Tuntutan Kurikulum
Maksudnya secara minimal bahan itu wajib diberikan sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
d. Nilai Kegunaan
Maksudnya bahan tersebut mempunyai manfaat bagi siswa dalam
kehidupannya sehari-hari.
e. Terbatasnya sumber bahan

37

Maksudnya sumber bahan yang sulit diperoleh siswa dan tidak ada
dalam buku sumber, perlu diberikan oleh guru.32

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya.33 Sedangkan menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun
kelompok.34 Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan kegiatan. Dalam kegiatan untuk mendapatkan prestasi tidak
semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai
tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan
dan keoptimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh
karena itu wajarlah kalau pencapaian prestasi itu harus dcngan jalan keuletan
kerja.
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
prestasi, semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari masingmasing individu, pada setiap kegiatan harus digeluti secara optimal. Dari
kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi maka, beberapa
ahli sepakat bahwa "prestasi" adalah "hasil" dari suatu kegiatan.
32

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2005), 71
33
34

Hoetomo, Kamus, 390


Djamarah, Prestasi, 19

38

Sedangkan belajar memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah


menurut Hilgard dan Bower, yang dikutip oleh Saleh dan Wahab
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,
atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).35
Menurut James O. Whittakker, sebagaimana dikutip oleh Wasty
Soemanto, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.36
Dengan demikian belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan
tingkahlaku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku menurut
Witherington sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, meliputi perubahan
ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar ialah
interaksi antara individu dengan lingkungannya.37
Memang banyak orang tua yang menganggap bahwa belajar itu hanya
di sekolah saja, tetapi sebenarnya anggapan itu tidak benar, sebab belajar itu
tidak hanya di sekolah saja, tetapi diluar sekolah pun dapat berlangsung
proses belajar.
Jika antara prestasi dan belajar dikaitkan, maka dapat diambil
pengertian bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari
35

Abdul Rahman Saleh dan Mubbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 209
36
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 99
37
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), 6

39

suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan dalam diri individu, yakni
perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang
cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan peruhahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas belajar.
Prestasi belajar siswa lazim ditunjukkan dengan nila tes (angka) yang
diberikan guru, sedangkan nilai tersebut diperoleh dengan mengadakan
evaluasi sebelumnya dan pada akhirnya didokumentasikan pada sebuah buku
yang disebut raport.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang berlangsung melalui proses, hal ini
tidak lepas dari pengaruh, baik pengaruh dari dalam maupun dari luar siswa.
Faktor yang datang dari siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai.
Mengacu pada hal tersebut di atas maka faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor dalam (internal)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak atau siswa,
meliputi:

1) Fisiologi

40

Yaitu sesuatu yang berhubungan dengan keadaan jasmani


seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, susunan-susunan dan
bagian-bagian yang berbeda dalam organisme kehidupan.38 Dalam hal
ini, faktor-faktor fisiologis meliputi :
a) Kondisi Fisik
Keadaan atau kondisi jasmani, pada umumnya dapat
dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar, keadaan jasmani yang
optimal akan lain sekali pengaruhnya, apabila dibandingkan
dengan keadaan jasmani yang lemah dan lelah. Sehubungan
dengan keadaan dan kondisi jasmani tersebut, maka ada 2 hal yang
perlu dikemukakan, yaitu :
(1) Cukupnya nutrisi atau nilai makanan gizi
Karena

kekurangan

kadar

makanan

atau

tidak

memenuhi gizi makanan yang sesuai dengan apa yang


dibutuhkan oleh fisik akan mengakibatkan menurun dan
merosotnya kondisi jasmani, sehingga menyebabkan seseorang
dalam kegiatan belajarnya sering merasa cepat lesu, lelah dan
secara keseluruhan tidak adanya kegairahan untuk belajar.

38

Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 53

41

(2) Beberapa penyakit cronis, seperti : flu, sakit gigi, batuk dan
yang sejenisnya, semuanya akan sangat mempengaruhi
kegiatan belajar seseorang.39
Pada umumnya jenis-jenis penyakit semacam itu,
sering diabaikan, dan kurang mendapatkan perhatian yang
serius, padahal dalam kenyataan hidup sehari-hari, penyakit
semacam ini sangat mengganggu kegiatan belajar.
b) Kondisi Panca Indera
Panca indera dapat diumpamakan sebagai pintu gerbang
masuknya pengaruh luar ke dalam diri seseorang yang belajar.
Maka baik tidaknya fungsi panca indera, adalah merupakan syarat
mutlak untuk bisa tidaknya seseorang dengan baik dalam kegiatan
belajar. Dalam sistem pengajaran dewasa ini, diantara panca indera
yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata
dan telinga. Maka dari itu, adalah menjadi kewajiban bagi setiap
pendidik (guru, orang tua) untuk tetap menjaga agar panca indera
anak-anaknya dapat berfungsi dengan baik dan sempurna. Apabila
hal tersebut tidak dilakukan akan mengakibatkan terhambatnya
proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa
tersebut.

39

Ibid., 54

42

Dalam mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata


dan telinga, dapat dilakukan dengan 2 hal:
(1) Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan
pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan
setempat.
(2) Menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara
bijaksana.40
2) Psikologi
Yaitu sesuatu yang berhubungan dengan jiwa atau mental
seseorang. Dalam hal ini faktor-faktor psikologi meliputi:
a) Bakat
Yaitu suatu potensi atau kemampuan khusus yang bersifat
menonjol yang dimiliki seseorang.41 Dengan melalui pendidikan
atau latihan-latihan tertentu bakat tersebut akan dapat berkembang
dan diaktulisasikan menjadi satu kemampuan atau kecakapan yang
nyata. Bakat akan memungkinkan seseorang untuk berprestasi
lebih baik dalam bidang yang sesuai dengan bakat yang
dimilikinya.

40

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2003), 133
41
Saleh Wahab, Psikologi, 254

43

b) Minat
Yaitu perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
Sedangkan menurut Saleh dan Wahab, minat adalah suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak
terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang.42
c) Kecerdasan
Kecerdasan atau inteligensi merupakan suatu kemampuan
tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh
manusia.43 Intelegensi ini diperoleh manusia, dan sejak itulah
potensi intelegensi mulai berfungsi mempengaruhi kualitas
perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka
fungsinya akan semaki berarti lagi bagi manusia yaitu akan
mempengaruhi

kualitas

penyesuaian

dirinya

dengan

lingkungannya.
d) Motivasi
Yaitu sesuatu yang ada dalam diri seseorang karena
didorong oleh adanya kebutuhan yang disadari dan terarah pada
tercapainya tujuan yang relevan dengan kebutuhan itu.44 Belajar
dengan motivasi yang kuat merupakan syarat agar dapat dicapai
42

Ibid., 263
Ibid., 179
44
Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), 106
43

44

sukses yang optimal. Akan tetapi tidak selalu dapat terjadi secara
langsung. Apalagi pada anak yang masih muda. Oleh karena itu
timbulnya motivasi harus secara sengaja diupayakan oleh guru.
e) Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan yang menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang
dalam ingatan.45 Dengan dimilikinya kemampuan kognitif proses
belajar akan menghasilkan

perubahan tingkah laku yang

bermacam-macam termasuk tingkah laku seperti mengetahui,


mengenal,

memahami,

dan

sebagainya.

Dengan

demikian

kemampuan melakukan tindakan berpikir sangat berpengaruh


terhadap hasil belajar.
b. Faktor Luar (Eksternal)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi:
1) Instrumental
Yaitu faktor yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang pula. 46
Dalam hal ini faktor-faktor instrumental, meliputi:

45
46

Hoetomo, Kamus, 368


Yoto dan Saiful Rahman, Manajemen Pembelajaran, (Malang: Yanizar Group, 2001), 14

45

a) Kurikulum
Dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah
kebutuhan anak. Dalam hal ini kurikulum merupakan perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Maka,
guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai
perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar
secara individual.
b) Sarana dan Prasarana
Dalam kegiatan proses belajar mengajar sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan para siswa sangat
dibutuhkan. Misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat
praktikum, dan sebagainya.
c) Guru
Dalam proses belajar mengajar, faktor guru merupakan
faktor yang penting. Bagaimana sikap dan keprihadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimana guru itu
mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
d) Administrasi
Administrasi sangat diperlukan dalam setiap proses
interaksi belajar mengajar. Tidak mungkin proses pengajaran
berjalan secara efektif dan efisien tanpa dilakukan perencanaan

46

sebelum mengajar di muka kelas. Oleh karena itu, masalah


administrasi

harus

betul-betul

difahami

sebagai

proses

penyelenggaraan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.


2) Liingkungan
Dalam hal ini faktor-faktor lingkungan, meliputi :
a) Lingkungan alam
Lingkungan alam seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada
keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar
dalam keadaan udara yang panas.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar siswa. Misalnya seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang
mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau
bercakap-cakap di dekat tempatnya belajar itu. Juga seperti suara
mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Untuk itu gedung sekolah sebaiknya didirikan dari
tempat yang jauh dari pabrik atau tempat kerja dan jauh dari
keramaian lalu lintas.

47

C. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar


Memperhatikan penjelasan di atas, dapat dimengcrti bahwa terdapat
pengaruh antara kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa. Dalam
pembahasan skripsi ini, kompetensi guru mencakup 3 hal yaitu kompetensi guru
dalam bidang kepribadian, kompetensi guru dalam bidang pengelolaan kelas, dan
kompetensi guru dalam bidang penguasaan bahan.
Kompetensi guru di atas sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Untuk itu para guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya
dalam proses belajar mengajar, karena hal tersebut akan menjadi daya dorong
bagi siswa dalam meningkatkan belajarnya sehingga para siswa akan lebih giat
lagi dalam belajar untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Selain itu guru juga
dituntut untuk kreatif dan berharap bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam
proses belajar mengajar secara aktif.
Dengan kepribadian guru yang positif, siswa akan merasa senang, puas
dan gembira, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa
yang direncanakan. Disamping itu siswa dapat mengikuti pelajaran yang
disampaikan oleh guru dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Dengan pengelolaan kelas guru yang baik maka siswa lebih mudah dalam
menggunakan alat-alat belajar dan membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Dengan penguasaan bahan guru yang baik akan menjadikan guru
berwibawa di hadapan anak didiknya sekaligus mendukung jalannya proses
belajar mengajar dan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis.

48

Anda mungkin juga menyukai