Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 778,9 ribu rumah tangga, subsektor
tanaman pangan 701,9 ribu rumah tangga, hortikultura 427 ribu rumah tangga, perkebunan 581,2 ribu
rumah tangga, peternakan 600,9 ribu rumah tangga, perikanan 40,3 ribu rumah tangga, dan kehutanan
434,4 ribu rumah tangga.
Jumlah rumah tangga petani gurem di NTT tahun 2013 sebanyak 289,9 ribu rumah tangga atau
sebesar 37,6 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami peningkatan sebanyak
64,9 ribu rumah tangga atau naik 28,9 persen dibandingkan tahun 2003.
Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 928,3 ribu orang, terbanyak di subsektor
tanaman pangan sebesar 791,7 ribu orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan budidaya ikan
sebesar 14,4 ribu orang.
Petani utama NTT sebesar 27,2 persen berada di kelompok umur 35-44 tahun.
Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 0.92 ha, terjadi
peningkatan sebesar 3 persen dibandingkan tahun 2003 sebesar 0,89 ha.
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 936,6 ribu ekor, terdiri dari 803,4 ribu ekor sapi
potong, 39 ekor sapi perah dan 133,1 ribu ekor kerbau.
1. PENDAHULUAN
Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan
Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah
rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan The World Programme
for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015. Pelaksanaan ST2013
dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan
pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan
Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada MeiOktober 2014.
Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung
dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal
Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.
2.
USAHA PERTANIAN
Berdasarkan Hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha
pertanian pada tahun 2013 sebesar 778,9 ribu rumah tangga. Subsektor usaha tanaman pangan, peternakan,
dan perkebunan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian
terbanyak yaitu masing-masing 701,9 ribu rumah tangga, 600,9 ribu rumah tangga, dan 581,2 ribu
rumah tangga. Sementara itu, perikanan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga
usaha pertanian, yaitu sebanyak 40,3 ribu rumah tangga.
Gambar 1.
Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor,
Tahun 2003 dan 2013 (ribu)
1.000,00
800,00
600,00
400,00
27,3
20,4
434,4
263,6
40,3
45,2
600,9
527,8
581,2
526,1
427
472,4
701,9
663,8
778.9
729,5
200,00
0,00
NTT
Tanaman
Pangan
2003
Perikanan
Kehutanan
Jasa
Pertanian
2013
Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 49,4 ribu rumah
tangga dari 729,5 ribu rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 778,9 ribu rumah tangga, yang berarti terjadi
peningkatan sebesar 6,77 persen. Secara absolut peningkatan terbesar terjadi di subsektor kehutanan dan
penurunan terendah di subsektor perikanan, yaitu masing-masing sebanyak 170,8 ribu rumah tangga (64,80
persen) dan -4,9 ribu rumah tangga (-10,78 persen).
Tabel 1.
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian (RumahTangga)
Usaha
2003
(1)
(2)
SEKTOR PERTANIAN
Pertumbuhan
2013
(3)
Absolut
(4)
(5)
729.483
778.854
49.371
6,77
663.832
701.852
38.020
5,73
353.865
373.679
19.814
5,60
SUBSEKTOR:
TANAMAN PANGAN
PADI
PALAWIJA
625.252
583.677
-41.575
-6,65
HORTIKULTURA
472.431
426.970
-45.461
-9,62
PERKEBUNAN
526.063
581.242
55.179
10,49
PETERNAKAN
527.811
600.865
73.054
13,84
45.162
40.292
-4.870
-10,78
9.848
12.386
2.538
25,77
PERIKANAN
BUDIDAYA IKAN
PENANGKAPAN IKAN
KEHUTANAN
BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN
PENANGKARAN SATWA/TUMBUHAN LIAR
PEMUNGUTAN HASIL HUTAN DAN PENANGKAPAN SATWA LIAR
JASA PERTANIAN
38.416
30.917
-7.499
-19,52
263.572
434.362
170.790
64,80
241.835
416.758
174.923
72,33
113
675
562
497,35
35.861
67.587
31.726
88,47
20.397
27.278
6.881
33,74
Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah
tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang
menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di NTT tahun 2013 sebanyak 289,9 ribu rumah tangga.
Komposisi terbanyak berada di Pulau Timor sebesar 137,5 ribu rumah tangga, disusul Pulau Flores
sebesar 120,4 ribu rumah tangga dilanjutkan Pulau Sumba sebesar 18,4 ribu rumah tangga. Sementara
komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Pulau Alor sebesar 13,6 ribu rumah tangga.
Sedangkan kabupaten dengan jumlah rumah tangga petani gurem terbesar pada tahun 2013 berada di
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebesar 54,5 ribu rumah tangga dan terkecil berada di Kabupaten
Sumba Tengah sebesar 1,9 ribu rumah tangga.
Gambar 2.
Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Pulau,
Tahun 2003 dan 2013
225
FLORES
93
290
120
14
12
ALOR
2013
TIMOR
101
2003
138
18
19
SUMBA
0
50
100
150
200
250
300
350
Ribu
Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013
mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di NTT sebanyak 225 ribu rumah tangga, maka
pada tahun 2013 bertambah menjadi 289,9 rumah tangga atau naik sebesar 28,9 persen. Peningkatan
terbesar secara absolut terjadi di Kabupaten TTS yang mencapai 33,5 ribu rumah tangga (159,3
persen). Sementara penurunan jumlah rumah tangga petani gurem secara absolut terjadi di Kabupaten
Sumba Barat dengan jumlah penurunan mencapai 1,6 ribu rumah tangga (-38,9 persen).
Peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari peningkatan 67,1
ribu rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan 1000-4999 m2. Selain itu bertambahnya jumlah
rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan 5000-9999 m2 sebanyak 24,0 ribu rumah tangga juga turut
menyumbang terjadinya peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem secara keseluruhan pada tahun
2013.
Tabel 2.
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kabupaten
Tahun 2003 dan 2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan
Kabupaten/Kota
Pertumbuhan
2003
(1)
2013
(2)
(3)
Absolut
(4)
(5)
15.518
16.694
1.176
7,58
32.722
36.667
3.945
12,06
[03] KUPANG
51.721
56.533
4.812
9,30
91.369
101.067
9.698
10,61
43.364
44.981
1.617
3,73
[06] BELU
56.997
57.763
766
1,34
[07] ALOR
30.880
31.026
146
0,47
[08] LEMBATA
20.120
21.231
1.111
5,52
37.837
38.128
291
0,77
[10] SIKKA
45.098
45.767
669
1,48
[11] ENDE
39.907
35.773
-4.134
-10,36
[12] NGADA
22.365
23.884
1.519
6,79
[13] MANGGARAI
44.392
48.002
3.610
8,13
21.197
20.812
-385
-1,82
33.537
39.828
6.291
18,76
10.258
11.582
1.324
12,91
37.729
46.277
8.548
22,66
[18] NAGEKEO
21.043
22.500
1.457
6,92
43.588
49.167
5.579
12,80
14.795
15.825
1.030
6,96
7.602
7.357
-245
-3,22
722.039
770.864
48.825
6,76
[71] KUPANG
[53] NUSA TENGGARA TIMUR
Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 98,9 persen merupakan
rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (770,9 ribu rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha
pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 1,03 persen, atau sebanyak 7,9 ribu rumah tangga. Selama
kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami peningkatan sebesar
48,8 ribu rumah tangga atau sebesar 6,8 persen. Peningkatan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut
terjadi di Kabupaten TTS yang mencapai 9,7 ribu rumah tangga.
Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di
Kabupaten Ende yang mencapai 10,4 persen. Pada tahun 2003, jumlah rumah tangga pertanian pengguna
lahan di Provinsi NTT mencapai 722,0 ribu rumah tangga selanjutnya pada tahun 2013 menjadi 770,9 rumah
tangga atau meningkat 6,8 persen.
Tabel 3.
Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian
Menurut Kabupaten dan Jenis Lahan Tahun 2013
(m3)
Kabupaten/Kota
Lahan Bukan
Pertanian
Lahan Pertanian
Lahan Sawah
Jumlah
2003
2013
2003
2013
2003
2013
2003
2013
2003
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1.547,32
220,56
2.008,98
2.772,71
5.405,19
11.592,42
7.414,18
14.365,13
8.961,50
14.585,69
3.083,14
815,81
2.736,38
2.984,41
4.939,15
10.140,04
7.675,52
13.124,45
10.758,66
13.940,26
[03] KUPANG
[04] TIMOR TENGAH
SELATAN
[05] TIMOR TENGAH
UTARA
[06] BELU
1.894,44
575,72
1.055,19
1.441,34
5.777,94
6.220,60
6.833,13
7.661,94
8.727,57
8.237,66
1.916,68
324,22
274,88
263,35
7.052,10
5.640,17
7.326,98
5.903,52
9.243,66
6.227,74
2.285,98
281,36
715,71
1.129,83
6.612,13
9.369,39
7.327,84
10.499,21
9.613,82
10.780,58
2.948,15
521,26
819,99
1.302,15
6.719,47
7.959,40
7.539,46
9.261,55
10.487,61
9.782,81
[07] ALOR
2.210,77
250,63
169,55
74,86
7.054,94
8.765,03
7.224,49
8.839,89
9.435,25
9.090,52
[08] LEMBATA
1.845,25
265,96
31,08
15,53
6.535,76
9.239,53
6.566,83
9.255,06
8.412,08
9.521,02
1.151,10
280,72
104,65
86,60
7.181,53
9.494,10
7.286,19
9.580,70
8.437,28
9.861,42
[10] SIKKA
1.438,42
323,46
212,90
300,06
6.497,53
8.651,73
6.710,43
8.951,79
8.148,84
9.275,25
[11] ENDE
639,40
247,29
504,28
587,38
6.307,06
8.654,95
6.811,34
9.242,33
7.450,74
9.489,62
[12] NGADA
1.977,81
856,55
1.463,20
1.671,75
9.551,70
10.911,22
11.014,90
12.582,97
12.992,71
13.439,52
[13] MANGGARAI
1.196,75
308,05
1.413,05
1.345,80
5.124,17
4.857,73
6.537,22
6.203,53
7.733,98
6.511,58
1.571,42
582,39
2.890,14
4.862,46
2.937,61
3.352,56
5.827,75
8.215,03
7.399,17
8.797,42
2.091,44
562,63
2.718,70
2.291,93
7.467,43
6.394,42
10.186,12
8.686,34
12.277,57
9.248,97
2.526,72
192,01
2.842,21
3.285,59
6.222,02
9.590,81
9.064,23
12.876,40
11.590,95
13.068,41
1.628,28
336,81
616,48
602,49
9.119,26
10.970,97
9.735,74
11.573,46
11.364,02
11.910,27
1.824,53
419,72
2.005,92
2.161,45
7.560,35
8.879,61
9.566,27
11.041,07
11.390,80
11.460,79
1.812,19
239,51
2.048,78
1.864,92
9.438,14
6.153,98
11.486,91
8.018,89
13.299,11
8.258,41
442,46
209,49
262,30
457,44
1.275,22
1.439,97
1.537,52
1.897,42
1.979,97
2.106,90
304,29
478,42
68,39
511,83
171,66
1.361,71
240,05
1.873,54
544,34
2.351,96
1.738,15
396,19
986,51
1.228,38
6.246,08
7.616,50
7.232,59
8.844,88
8.970,75
9.241,07
(1)
[71] KUPANG
[53] NUSA TENGGARA
TIMUR
Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki
rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 rata -rata
lahan yang dikuasai sebesar 0,89 ha, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat
menjadi 0,92 ha untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai
terutama berasal dari peningkatan penguasaan lahan pertanian dari 0,7 ha pada tahun 2003 menjadi
0,9 ha pada tahun 2013. Sebaliknya pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi penurunan
penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 0,17 ha pada tahun 2003 menjadi
hanya 0,04 ha pada tahun 2013.
Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di
Kabupaten Sumba Barat seluas 1,4 ha, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil
terdapat di Kota Kupang seluas 0,2 ha. Kabupaten/Kota dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per
rumah tangga terbesar adalah Kabupaten Sumba Barat seluas 1,4 ha dan kabupaten/kota dengan rata-rata
penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil adalah Kota Kupang seluas 0,2 ha. Sementara itu,
penguasaan lahan sawah terbesar terdapat di Kabupaten Rote Ndao sebesar 0,5 ha dan terkecil terdapat di
Kabupaten Lembata sebesar 0,015 ha per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan
6
pertanian bukan sawah terbesar berada di Kabupaten Sumba Barat yaitu sebesar 1,16 ha dan terkecil
berada di Kota Kupang sebesar 0,14 ha per rumah tangga pertanian.
Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013
menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 928,3 ribu orang yang bekerja di sektor
pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 691,4 ribu orang (74,5 %). Sedangkan
jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini berjumlah 236,9 orang atau sebesar 25,5 persen.
Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani lakilaki terbesar berada di subsektor tanaman pangan yang mencapai 88,6 persen sementara persentase petani
laki-laki paling sedikit berada di subsektor budidaya ikan yang mencapai 1,7 persen.
Tabel 4.
Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sektor/Subsektor
(1)
SEKTOR PERTANIAN
Absolut
Absolut
Absolut
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
691.366
74,48
236.903
25,52
928.269
100,00
TANAMAN PANGAN
612.530
77,37
179.132
22,63
791.662
100,00
HORTIKULTURA
364.234
76,01
114.932
23,99
479.166
100,00
PERKEBUNAN
508.455
81,46
115.749
18,54
624.204
100,00
PETERNAKAN
511.754
75,28
168.057
24,72
679.811
100,00
42.640
91,09
4.171
8,91
46.811
100,00
BUDIDAYA IKAN
11.620
80,45
2.824
19,55
14.444
100,00
PENANGKAPAN IKAN
31.020
95,84
1.347
4,16
32.367
100,00
387.732
83,32
77.623
16,68
465.355
100,00
SUBSEKTOR:
PERIKANAN
KEHUTANAN
Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 791,7 ribu petani
yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor tanaman pangan atau terbesar dari seluruh subsektor
pertanian. Subsektor lain yang juga banyak meyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor
peternakan dan perkebunan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 679,8 ribu orang dan 624,2
ribu orang.
Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 211,5 ribu rumah tangga usaha pertanian dengan
kelompok umur petani utamanya antara 35-44 tahun. Sementara jumlah rumah tangga usaha pertanian yang
kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun sebanyak 30 rumah tangga dan jumlah rumah tangga
usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya di atas 60 tahun sebanyak 99,6 ribu rumah tangga.
Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama NTT terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun
yakni sebesar 207,7 rumah tangga atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok
umur di bidang usaha pertanian.
Tabel 5.
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013
Kelompok Umur
Petani Utama
(Tahun)
(1)
< 15
15 24
25 34
35 44
45 54
55 64
65 +
Jumlah
Distribusi (Persen)
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
(2)
(4)
22
7.997
103.527
186.577
173.633
110.314
77.066
659.136
84,62
Absolut
(6)
8
1.136
10.180
24.961
34.097
26.836
22.500
119.718
15,37
30
9.133
113.707
211.538
207.730
137.150
99.566
778.854
100,00
Distribusi
(Persen)
(7)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika
dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar
659,1 ribu rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar
119,7 ribu rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar
berada pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 28,3 persen dan terendah berada pada kelompok umur di
bawah 15 tahun yang mencapai 0,003 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama
perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun (28,5 %) dan terendah berada
pada kelompok umur <15 tahun (0,01%).
Gambar 3.
Jumlah Petani Utama Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 (persen)
0,004
12,8
1,2
14,6
<15
15-24
25-34
17,6
35-44
27,2
26,7
45-54
55-64
65+
Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 35-44
tahun sebesar 27,2 persen, kemudian disusul kelompok umur 45-54 tahun (26,7 %) dan kelompok umur 5564 tahun (17,6%). Kelompok umur dibawah umur 15 tahun dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua
kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 0,004
persen dan 1,2 persen
8
35
30
2003
2013
18 18
20
10
10
5
0
0
NTT
Tanaman
Pangan
10
7 7
6
2 2
0 0
Perikanan
Kehutanan
Jasa
Pertanian
Jumlah Perusahaan Pertanian pada tahun 2013 meningkat dibanding tahun 2003. Jika pada tahun 2003
jumlah perusahaan pertanian sebanyak 35 unit maka pada 10 tahun kemudian tumbuh menjadi 52 unit atau
dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 17 unit (48,6 %). Peningkatan jumlah perusahaan pertanian
berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 secara absolut terjadi di subsektor
peternakan, yang mengalami peningkatan jumlah unit usaha mencapai 8 perusahaan pertanian.
Tabel 6.
Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya
Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
Sektor/Subsektor
(1)
SEKTOR PERTANIAN
SUBSEKTOR :
1. Tanaman Pangan
Padi
Palawija
2. Hortikultura
3. Perkebunan
4. Peternakan
5. Perikanan
Budidaya Ikan
Penangkapan Ikan
6. Kehutanan
7. Jasa Pertanian
2003
2013
(2)
(3)
Usaha Pertanian
Lainnya 2013
(Unit)
Perubahan
Absolut
(4)
%
(5)
35
52
17
0
0
0
2
6
2
18
0
0
7
0
5
1
4
2
10
10
18
13
5
7
0
5
1
4
0
4
8
0
13
5
0
0
(6)
48,6
541
230
0
0
173
217
353
24
0
0
197
0
0,00
66,7
400,0
0,00
0,00
Jantan
,7
Jantan,
247.945
Betina,
555.505
Jantan,
40.045
Betina, 32
Betina,
93.077
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kabupaten dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kabupaten TTS dengan jumlah sapi
dan kerbau sebanyak 162,3 ribu ekor. Sedangkan Kabupaten Flores Timur adalah kabupaten dengan jumlah
sapi dan kerbau paling sedikit (1,9 ribu ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kabupaten
TTS yaitu sebanyak 161,9 ribu ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kabupaten TTS dengan
jumlah sapi perah sebanyak 28 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kabupaten Sumba
Timur yang berjumlah 34,1 ribu ekor.
Tabel 7.
Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kabupaten dan Jenis Kelamin
(ekor)
Sapi Potong
Kabupaten
(1)
10
Sapi Perah
Jantan
Betina
Jumlah
(2)
(3)
(4)
375
16.399
47.891
52.687
31.358
34.873
1.776
1.361
539
3.572
10.053
7.842
6.509
12.286
3.801
1.356
633
7.697
3.452
1.254
2.231
247.94
5
904
35.180
99.607
109.303
74.222
80.953
2.737
2.940
1.395
9.699
23.632
17.915
17.504
31.667
8.732
4.035
1.392
19.584
8.968
2.124
3.012
555.505
1.279
51.579
147.498
161.990
105.580
115.826
4.513
4.301
1.934
13.271
33.685
25.757
24.013
43.953
12.533
5.391
2.025
27.281
12.420
3.378
5.243
803.450
Jantan Betina
(5)
(6)
0
0
1
3
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
7
Kerbau
Jumlah
(7)
0
0
2
25
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
32
0
0
3
28
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
39
Jantan
Betina
Jumlah
(8)
(9)
(10)
3.210 6.672
9.882
10.403 23.677 34.080
208
660
868
90
234
324
68
287
355
396
993
1.389
24
44
68
0
0
0
1
4
5
349
992
1.341
488 1.360
1.848
1.954 5.173
7.127
1.461 3.755
5.216
2.758 7.665 10.423
5.449 14.043 19.492
1.991 4.563
6.554
4.753 7.425 12.178
1.692 4.171
5.863
2.497 6.570
9.067
2.224 4.767
6.991
29
22
51
40.045 93.077 133.122
Jumlah
Sapi dan
Kerbau
(11)
11.161
85.659
148.369
162.342
105.935
117.221
4.581
4.301
1.939
14.612
35.533
32.884
29.229
54.376
32.025
11.945
14.203
33.144
21.487
10.369
5.296
936.611
Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 7), tiga kabupaten yang memiliki sapi potong paling banyak
adalah Kabupaten TTS dengan jumlah populasi sebanyak 161,9 ribu ekor, kemudian Kabupaten Kupang
( 147,5 ribu ekor), dan Kabupaten Belu ( 115,8 ribu ekor). Sementara itu, kabupaten yang memiliki sapi
potong paling sedikit adalah Sumba Barat dengan jumlah populasi sebanyak 1,3 ribu ekor.
Sapi perah paling banyak terdapat di Kabupaten TTS dengan jumlah populasi sebanyak 28 ekor,
disusul Kabupaten Belu (6 ekor), dan Kabupaten Kupang (3 ekor) dan Kota Kupang (2 ekor). Sedangkan
selain kabupaten/kota tersebut tidak memiliki populasi ternak sapi perah.
Kerbau paling banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah populasi sebanyak 34,1
ribu ekor, kemudian Kabupaten Manggarai Barat (19,5 ribu ekor), dan Kabupaten Sumba Barat Daya
(12,2ribu ekor). Kabupaten yang sama sekali tidak memiliki populasi kerbau adalah Kabupaten Lembata.
Secara umum populasi sapi dan kerbau terbesar berada di Pulau Timor sebanyak 603,9 ribu ekor
atau sebanyak 64,5 persen disusul Pulau Flores sebesar 205,2 ribu ekor (21,9 %) dan Pulau Sumba
sebanyak 123 ribu ekor (13,1 %). Alor merupakan wilayah dengan jumlah populasi sapi dan kerbau
paling sedikit yaitu sebesar 4,5 ribu atau hanya sebesar 0,5 persen dari total populasi sapi dan kerbau di
NTT.
11
laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada
tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.
Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan
bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama,
tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian.
Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai
lahan kurang dari 0,5 hektar.
Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di
rumah tangga usaha pertanian.
Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain,
dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan
sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang
melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan,
peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.
Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas
dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian.
Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian
Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri
menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya.
Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013
baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha
konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya.
12
13