I. PENDAHULUAN
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 0
kelembagaan di tingkat petani (lembaga kelompok tani, lembaga produksi,
lembaga pemasaran, lembaga pasca panen), maupun kelembagaan
pendukung di luar sistem usahatani (lembaga pemasaran, lembaga
penyuluhan, lembaga keuangan mikro dan sebagainya).
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1
berbagai komoditas pertanian dan pendapatan serta kesejahteraan
masyarakat petani di perdesaan. Kelambatan tersebut terjadi antara lain
karena diseminasi inovasi teknologi belum efektif dilaksanakan. Melalui
program M-P3MI diharapkan dapat menjadi wadah yang mampu
mensinergikan antar komponen-komponen tersebut sehingga sistem
percepatan adopsi teknologi mulai dari lembaga pemasok, lembaga
penyampai sampai ke pengguna dapat berjalan baik.
Melalui implementasi M-P3MI secara komprehensif, diharapkan dapat
mewujudkan terciptanya Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) pada masing-
masing komoditi secara terpadu dari sektor hulu (sumberdaya lahan dan
manusia, teknologi produksi, dan permodalan) hingga sektor hilir (pasca
panen dan kelembagaan), yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan
dampak terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan
nilai tambah, penumbuhan simpul-simpul agribisnis, pemantapan ketahanan
pangan dan peningkatan kesejahteraan petani di kawasan binaan di Sulawesi
Selatan. Dengan demikian, Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi dapat menjawab apa yang diharapkan oleh Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah (i) memfasilitasi
penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis
berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif (ii) Menciptakan agribisnis
berkelanjutan melalui penerapan teknologi di tingkat petani-peternak. (iii)
Meningkatkan peran kelembagaan baik kelembagaan di tingkat petani
maupun kelembagaan pendukung di luar sistem usahatani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2
1.2.2. Tujuan Jangka Panjang
Kegiatan ini bertujuan: 1). Memperluas spektrum atau jangkauan
sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna dan kadar
adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian khususnya teknologi sistem
pembibitan sapi potong berbasis Zero Waste dengan pemanfaatan pakan
ternak berbasis sumberdaya lokal dan pengolahan limbah ternak menjadi
pupuk organik dan biogas 2). Menumbuhkembangkan usaha agribisnis
perdesaan sesuai potensi pertanian melalui pemberdayaan kelompok
tani/gapoktan.
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang dituju adalah Kelompok tani -ternak/gapoktan di kecamatan
Lanrisang Kabupaten Pinrang
1.2.4. Keluaran
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4
pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka
produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar
terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi
yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-
80% dari keseluruhan biaya produksi (Maryono, dkk. 2003)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5
IV. METODOLOGI
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6
4.2.2. Sosialisasi dan Koordinasi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7
4.2.4. Penentuan teknologi Inovasi Pertanian
Penentuan teknologi inovasi pertanian dilakukan berdasarkan
permasalahan spesifik yang dialami peternak secara umum di Kecamatan
Lanrisang yang diperoleh dari hasil pelaksanaan PRA. Adapun permasalahan
dibidang peternakan antara lain :
1. Sumber pakan hijauan terbatas yang disebabkan luas lahan terbatas
2. Pengetahuan dan pengalaman beternak secara teknis masih kurang
3. Belum tersedia lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan
informasi teknologi pertanian pada tingkat desa
4. Usaha peternak umumnya belum berorientasi agribisnis
5. Akses informasi teknologi pada lembaga penelitian teridentifikasi masih
terbatas
Data dan informasi dikumpulkan yakni data sekunder dan data primer.
Data sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dari hasil kajian
pustaka, laporan-laporan yang ada pada berbagai instansi terkait antara lain
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8
monografi Desa, laporan tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pinrang, Peta desa, Buku statistik kecamatan/kabupaten, sedangkan data
primer diperoleh melalui hasil wawancara terstruktur kepada petani/peternak
menggunakan kuisioner. Cakupan informasi meliputi :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau
teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan
dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus
yang disebut 'insemination gun'. Adapun hasil pelaksanaan IB yang dilakukan
pada unit percontohan pembibitan sapi di Desa Amassangan dapat di lihat
pada tabel 2.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10
Tabel 2. Hasil Inseminasi Buatan Kegiatan MP3-MI di Kecamatan Lanrisang
Kabupaten Pinrang
Jumlah Jumlah
No Kelompok Tani Induk (ekor) Straw yg Hasil IB S/C
digunakan (ekor)
1 Pammase Dewata 10 12 10 1,2
2 Padangloang 35 37 17 2,2
3 Banggae 10 14 8 1,8
4 Makkawaru 33 33 15 2,2
5 Perorangan 22 17 7 2,4
Jumlah 112 113 57 9,8
Rata-rata 1,96
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11
Gambar 1. Pelaksanaan Inseminasi Buatan di Kecamatan Lanrisang
Kabupaten Pinrang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12
volume yang besar) serta mempunyai keterbatasan kualitas karena
kandungan protein, TDN (Total Digestabity Nutrient), palatabilitas dan
kecernaan yang rendah. Bahan pakan ini dapat digunakan secara optimal
sebagai pakan basal (pakan dasar) dan telah terbukti selain dapat
menurunkan biaya ransum juga mampu meningkatkan produktivitas ternak.
Teknologi inovasi pakan murah untuk usaha pembibitan sapi potong lokal
diharapkan dapat memenuhi target :
1. Menekan kematian pedet pra-sapih kurang dari 3%,
2. Jarak beranak selambat-lambatnya dari 14 bulan,
3. Laju pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet s/d. disapih umur 7
bulan sekurang-kurangnya 0,4 kg,
4. Skor kondisi tubuh (kegemukan) induk selama menyusui dalam kategori
sedang .
5. Usaha pembibitan sapi potong lokal dapat memberikan keuntungan
ekonomis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan pakan
diantaranya, ketersediaan bahan, kadar gizi, harga, kemungkinan adanya
faktor pembatas seperti zat racun atau anti nutrisi serta perlu tidaknya bahan
tersebut diolah sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Jenis pakan dan
persentase kandungan nutrisinya sebagai syarat dari penyusunan pakan
murah dapat dilihat pada gambar 1.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13
Pakan Sumber Pakan Sumber Sumber Vitamin
Protein PK > Energi TDN > dan Mineral
20% 75% Premix
Ransum
Seimbang PK >
9% dan LK< 5%
Bahan formulasi pakan murah terdiri dari : Dedak padi, keong mas,
tongkol jagung, tumpi jagung, jerami padi dan limbah pertanian lainnya.
Seluruh limbah pertanian digiling sampai halus dan dicampur kemudian
diberikan ke ternak sapi sebanyak 3% dari berat badan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 14
pertanian baik perkebunan maupun tanaman pangan sebagai limbah yang
dapat diolah sebagai pakan konsentrat.
Konsentrat adalah suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi yang
dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi
dari keseluruhan pakan yang dimakan untuk disatukan dan dicampur sebagai
pelengkap (suplemen). Konsentrat sapi potong tidak selalu berbentuk
konsentrat buatan pabrik atau yang dijual di pasaran (konsentrat komersial);
namun dapat berupa bahan pakan tunggal atau campuran beberapa bahan
pakan.
Introduksi penggunaan konsentrat sapi potong dianjurkan sebesar 1-
1,5% bobot badan. Untuk menekan biaya ransum, pemberian konsentrat
dapat dikombinasikan dengan bahan pakan limbah agroindustri potensial
setempat. Pemanfaatan bahan pakan setempat dapat menggantikan
konsentrat komersial s/d 75%. Penggunaan konsentrat murah lebih
dianjurkan untuk pengembangan sapi potong di wilayah potensial bahan
pakan limbah pertanian atau agroindustri pertanian berkualitas rendah
diantaranya potensial limbah jerami padi, jerami jagung, dedak padi, tumpi
jagung, kulit kopi, kulit kacang dll. Adapun jenis pakan dan persentase
kandungan nutrisinya sebagai syarat dari penyusunan pakan konsentrat
dapat dilihat pada gambar 2.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 15
Pakan Sumber Pakan Sumber
Protein PK > 15% Energi TDN = Sumber Vitamin
60% dan Mineral
Konsentrat
KA=12% Limbah Hijauan
PK > 12%; LK < pertanian
5%
Ransum Seimbang
PK = 9% dan LK<
5%
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 16
pakan lokal dengan menggunakan mesin pencampur sederhana serta ramah
lingkungan sehingga harganya sangat murah. Banyak digunakan untuk
pengembangan sapi potong penggemukan/pembibitan di wilayah yang tidak
tersedia pakan hijauan sepanjang tahun.
Limbah Pertanian,
Limbah Hijauan Segar Vitamin dan
Agroindustri, Mineral
Leguminosa
Pakan Komplit
KA=12%, PK = 9%
dan LK < 6%
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 17
pakan yang dialami para peternak pada umumnya. Berikut ini dapat dilihat
proses pencampuran pakan yang dilakukan para peternak yang dibimbing
oleh peneliti/Penyuluh BPTP Sul-Sel.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 18
sehingga hasilnya tidak optimal dan juga produksinya juga masih rendah.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan, teknologi, manajemen
yang dimiliki oleh peternak. Masalah utama yang dialami peternak adalah
limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi peliharaannya cenderung
menyebabkan pencemaran lingkungan. Para peternak terkendala dalam
pemanfaatan limbah ternak karena keterbatasan pengetahuan/informasi
teknologi sehingga diperlukan suatu penerapan teknologi yang dapat
mendorong peningkatan pendapatan dan nilai tambah produk yang
dihasilkan.
Urine sapi merupakan limbah yang cukup banyak dihasilkan oleh
ternak sapi selain veses. Kini air kencing (urine) sapi ternyata telah mulai
menjadi komoditi berharga. Dalam sehari, ternak sapi menghasilkan antara
10 - 15 liter urine. Jika tidak dikelola dengan baik, maka limbah ini dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Bentuk penanggulangannya adalah
mengolah urine menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik mempunyai efek
jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur
kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian
yang aman bagi kesehatan. Oleh karena itu penggunaan pupuk organik saat
ini digalakkan pemakaiannya di kalangan petani.
Melalui program MP3-MI, BPTP Sul-Sel berkomitmen mengarahkan
petani untuk mendukung pertanian organik. Komitmen ini diwujudkan
dengan menyebarluaskan informasi teknologi pemeliharaan/pembibitan
ternak sapi berbasis zero waste. Salah satu contoh adalah mendiseminasikan
teknologi pemanfaatan limbah ternak sapi berupa urine menjadi pupuk rganik
cair. Pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi menggunakan bioaktivator
berupa MOL yang terbuat dari keong mas. Adapun kerangka pembuatan
pupuk organik cair urine sapi dapat dilihat pada skema berikut :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 19
Urine sapi
(2500 ltr) Dicampur Diaerasi
dalam tower POC
menggunakan URINE
penampung POC
aerator SAPI
URINE
lalu ditutup selama 1 POC
SAPI
MOL Keong rapat & URINE
minggu untuk POC
SAPI
Mas (50 ltr) difermentasi URINE
menguapkan POC
SAPI
selama 3 gas amoniak URINE
POC
SAPI
minggu URINE
SAPI
Molases
(10 ltr)
Gambar. 6
Unit pengolahan
Pupuk Organik Cair
(PCO) di Desa
Amassangang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 20
5.1.6. Teknologi Biogas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 21
Berikut ini disajikan skema pemanfaatan by produk ternak sapi dimana
pemanfaatannya sebagai bahan baku produk klaster lainnya, misalnya dari
budidaya ternak sapi selain menghasilkan veses dan urine yang dapat
dimanfaatkan menjadi produk bio gas dan pupuk organik cair, limbah pada
pembuatan bio gas (slurry) dimanfaatkan menjadi produk pakan udang dan
kompos sehingga tidak dikenal by produk yang dinamakan limbah, dengan
kata lain unit usaha akan merubah aktivitas cost center menjadi profit center.
Adapun skema pemanfaatan by produk ternak sapi dapat dilihat pada gambar
4:
BIOGAS
VESES
& URINE
PEMANFAATAN
SLURRY
BY PRODUK SLURRY
TERNAK SAPI
URINE
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 22
5.1.7. Pengolahan limbah digester biogas (slurry) menjadi pakan
udang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 23
5.2. Inisiasi Model Percontohan Penggunaan inovasi
PENDAPATAN BERSIH
30 40 JUTA/THN
D
P I
A O INPUT (benih, pupuk, INPUT (bibit, pakan, obat-
S L tenaga kerja dll) obatan, tenaga kerja dll)
A A
R H
BIOMAS
LIMBAH PADAT
BIOGAS
ENERGI
KOMPOS
PAKAN UDANG
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 24
5.3. Sinergi dan Peran Beberapa Kelembagaan Pemerintah pada
Pelaksanaan Kegiatan MP3-MI di Kabupaten Pinrang
KELOMPOK TANI
PELAKSANA MP3-MI
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 25
VI. KESIMPULAN
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 26
ROAD MAP KEGIATAN MP3-MI DI KABUPATEN PINRANG TAHUN 2011- 2015
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 0
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, R., A. Djauhari, Enrico S., A. Gozali, dan Sad Hutomo. 2009.
Disain Model Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Program Unggulan
Badan Litbang Pertanian. Laporan Penelitian SINTA 2009. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Parakkasi, Aminudin. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-
Press. Jakarta