Anda di halaman 1dari 7

1.

DELIK KORUPSI DALAM KUHP


A. Pengertian Delik
Hukum pidana Belanda memakai istilah strafbaar feit, kadang-kadang juga delict yang berasal
dari bahasa latin delictum.1 Perbuatan pidana atau delik ialah perbuatan yang dilarang oleh
aturan hukum dan barangsiapa yang melanggar larangan tersebut dikenakan sanksi pidana.2
Selain itu perbuatan pidana dapat dikatakan sebagai perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
dilarang dan diacam pidana, perlu diingat bahwa larangan ditujukan pada orang yang
menimbulkan perbuatan pidana itu.3
Menurut Van Hamel, delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang
lain. Sedangkan menurut Prof. Simons, delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah
dilakukan dengan sengaja ataupun tidak senganja oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh Undang-undang telah dinyatakan sebagai
suatu tindakan atau perbuatan yang dapat dihukum.4
Berdasarkan Prof. Simons maka delik memuat beberapa unsur yaitu:
a. Suatu perbuatan manusia
b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-undang
c. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) KUHP maka seseorang dapat dihukum bila memenuhi hal-hal
sebagai berikut:
a. Ada suatu norma pidana tertentu
b. Norma pidana tersebut berdasarkan Undang-undang
c. Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan itu terjadi.5
Dengan kata lain tidak seorangpun dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu hukuman
berdasarkan Undang-undang terhadap perbuatan itu.
Menurut Moeljatno, kata perbuatan dalam perbuatan pidana mempunyai arti yang abstrak
yaitu merupakan suatu pengertian yang menunjuk pada dua kejadian yang kongkrit yakni adanya
kejadian tertentu dan adanya orang yang berbuat sehingga menimbulkan kejadian.6
B. Unsur-unsur Delik
Berdasarkan analisa, delik terdiri dari dua unsur pokok, yaitu:

a) Unsur pokok subyektif


Asas pokok hukum pidana Tak ada hukuman kalau tak ada kesalahan kesalahan yang
dimaksud disini adalah sengaja dan kealpaan.
b) Unsur pokok obyektif
- Perbuatan manusia yang berupa act dan omission. Act adalah perbuatan aktif atau perbuatan
positif. Sedangkan omission yaitu perbuatan tidak aktif atau perbuatan negatif. Dengan kata lain
adalah mendiamkan atau membiarkan.
- Akibat perbuatan manusia
Menghilangkan, merusak, membahayakan kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh
hukum. Misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan lain sebagainya.
- Keadaan-keadaan yaitu keadaan pada saat perbuatan dilakukan dan keadaan setelah
perbuatan melawan hukum.
- Sifat dapat dihukum dan sifat melewan hukum.7
Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatua dalam satu delik. Satu unsur saja tidak ada
atau tidak didukug bukti, akan menyebabkab tersangka / terdakwa dapat dihukum. Penyelidik,
penuntut umum harus dengan cermat meneliti tentang adanya unsur-unsur delik tersebut.8
C. Macam-macam Delik
1) Delik Kejahatan dan Pelanggaran
Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP dibagi atas kejahatan (misdrijven) dan
pelanggaran (overtredingen). Pembagian tersebut didasarkan atas perbedaan prinsipil.
Pembagian kejahatan disusun dalam Buku II KUHP dan pelanggaran disusun dalam Buku III
KUHP. Undang-undang hanya memberikan penggolongan kejahatan dan pelanggaran, akan
tetapi tidak memberikan arti yang jelas.
Kejahatan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum, sedangkan
pelanggaran merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan yang
ditentukan oleh penguasa Negara.9 Ada tiga macam kejahatan yang dikenal dalam KUHP yakni:
a. kejahatan terhadap Negara. Sebagai contohnya adalah Penyerangan terhadap Presiden atau
Wakil Presiden yang terdapat pada pasal 104 KUHP, Penganiayaan terhadap Presiden atau
Wakil Presiden pada pasal 131 KUHP, Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden pada
pasal 134 KUHP.

b. kejahatan terhadap harta benda misalnya pencurian pada pasal 362 s/d 367 KUHP,
pemerasan pada pasal 368 s/d 371 KUHP, penipuan pada pasal 406 s/d 412 KUHP. Menurut
undang-undang pencurian itu dibedakan atas lima macam pencurian yaitu:(a) pencurian biasa
pada apsal 362 KUHP, (b) pencurian dengan pemberatan pada pasal 363 KUHP, (c) pencurian
dengan kekerasan pada pasal 365 KUHP, (d) pencurian ringan pada pasal 364 KUHP, (e)
pencurian dalam kalangan keluarga pada pasal 367 KUHP.
c. kejahatan terhadap badan dan nyawa orang semisal penganiayaan dan pembunuhan.10
Pelanggaran yaitu perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui
setelah ada wet yang menentukan demikian.11 Pelanggaran dibagi tiga macam yakni:
Pelanggaran tentang keamanan umum bagi orang, barang dan kesehatan umum. Misalnya,
kenakalan yang artinya semua perbuatan orang bertentangan dengan ketertiban umum ditujukan
pada orang atau binatang atau baarang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian atau
kerusuhan yang tidak dapat dikenakan dalam pasal khusus dalam KUHP.12
Perbedaan kejahatan dan pelanggaran:
1. Pidana penjara hanya diancamkan pada kejahatan saja
2. Jika menghadapi kejahatan maka bentuk kesalahan (kesengajaan atau kealpaan) yang
diperlukan disitu, harus dibuktikan oleh jaksa, sedangkan jika menghhadapi pelanggaran hal itu
tidak usah.
3. Percobaan untuk melakukan pelanggaran tidak dapat dipidana (Pasal 54).
4. Tenggang kadaluwarsa, baik untuk hak menentukan maupun hak penjalanan pidana bagi
pelanggaran pidana satu tahun, sedangkan kejahatan dua tahun. 13
2) Delik Dolus dan Culpa
Delik dolus ialah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana yang dilakukan dengan
sengaja.14 Contohnya terdapat pada pasal 338 KUHP yang berbunyi Barang siapa dengan
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.15 Selain pada pasal 338 KUHP, terdapat pula contoh delik dolus
lainnya yaitu, pasal 354 KUHPdan pasal 187 KUHP.
Delik culpa ialah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana yang dilakukan dengan
kealpaan (kelalaian).16 Contoh delik culpa yaitu pasal 359 KUHP yang berbunyi Barang siapa
karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. 17

Culpa dibedakan menjadi culpa dengan kesadaran dan culpa tanpa kesadaran. Culpa
kesadaraan terjadi ketika si pelaku telah membayangkan atau menduga akan timbul suatu
akibat, tetapi walaupun ia berusaha untuk mencegah, agan tepat timbul masalah. Sedangkan
culpa tanpa kesadaran terjadi ketika si pelaku tidan menduga akan timbul suatu akibat, yang
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang, sedang ia seharusnya
memperhitungkan akan timbulnya akibat.18
Tindak pidana yang dilakukan oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab selalu
dianggap dilakukan dengan kesengajaan atau kealpaan.19 Kesengajaan dan kealpaan adalah
bentuk-bentuk kesalahan. Tidak adanya salamh satu dari keduanya tersebut berarti tidak ada
kesalahan.
3) Delik Commissionis dan Delik Ommisionis
Delik Commissionis adalah perbuatan melakukan sesuatu yang dilarang oleh aturan-aturan
pidana, misalnya mencuri (Pasal 362), menggelapkan (Pasal 372), menipu (Pasal 378). Delik
commisionis pada umumnya terjadi di tempat dan waktu pembuat (dader) mewujudkan segala
unsur perbuatan dan unsure pertanggungjawaban pidana. 20
Delik Ommisionis yaitu tindak pidana yang berupa perbuatan pasif yakni, tidak melakukan
sesuatu yang diperintahkan. 21 Contoh delik ommisionis terdapat dalam BAB V pasal 164 KUHP
tentang kejahatan terhadap ketertiban umum.
4) Delik Formil dan Delik Materiil
Delik Formil ialah rumusan undang-undang yang menitikberatkan kelakuan yang dilarang dan
diancam oleh undang-undang, seperti pasal 362 KUHP tentang pencurian. 22
Delik Materiil ialah rumusan undang-undang yang menitikberatkan akibat yang dilarang dan
diancam dengan pidana oleh undang-undang, seperti pasal 35 KUHP tentang penganiayaan. 23
Kadang-kadang suatu delik diragukan sebagai delik formil ataukah materiil, seperti tersebut
dalam pasal 279 KUHP tentang larangan bigami.
5) Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi
Delik biasa yaitu delik yang mempunyai bentuk pokok yang disertai unsur memberatkan atau
juga mempunyai bentuk pokok yang disertai unsur yang meringankan. 24 Contohnya pasal 341
lebih ringan daripada pasal 342, pasal 338 lebih ringan daripada pasal 340 dan 339, pasal 308
lebih ringan daripada pasal 305 dan 306.25
Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, mempunyai semua unsur bentuk pokok yang disertai

satu atau lebih unsur yang memberatkan. 26 Misalnya pencurian dengan membongkar,
penganiayaan yang mengakibatkan kematian, pembunuhan berencana. 27 Dalam pasal 365
terhadap pasal 362, pasal 374 terhadap pasal 372.
6) Delik Murni dan Delik Aduan
Delik murni yaitu delik yang tanpa permintaan menuntut, Negara akan segara bertindak untuk
melakukan pemeriksaan. Berdasarkan pasal 180 KUHAP setiap orang yang melihat, mengalami,
mengetahui, menyaksikan, menjadi korban PNS dalam melakukan tugasnya berhak melaporkan.
Delik aduan adalah delik yang proses penuntutannya berdasarkan pengaduan korban. Delik
aduan dibagi menjadi dua yaitu yang pertama murni dan yang kedua relatif.
7) Delik Selesai dan Delik Berlanjut
Delik selesai yaitu delik yang terdiri atas kelakuan untuk berbuat atau tidak berbuat dan delik
telah selesai ketika dilakukan, seperti kejahatan tentang pengahasutan, pembunuhan,
pembakaran ataupun pasal 330 KUHP yang berbunyi:
a. Barang siapa dengan sengaja menarik orang yang belum cukup umur dari kekuasaan yang
menurut undang-undang ditentukan atas dirinya atau dari pengawasan orang yang berwenang
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
b. Bilamana dalam hal ini dilakukan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau
bilamana anaknya belum berumur 12 tahun, dijatuhkan hukuman pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Berdasarkan bunyi ayat (2) pasal ini, maka unsur kekerasan atau ancaman kekerasan
merupakan hal yang memperberat pidana. Jadi, delik aslinya yang tercantum di ayat satu tidak
perlu ada unsur kekerasan atau ancaman kekerasan. 28
Delik berlanjut yaitu delik yang terdiri atas melangsungkan atau membiarkan suatu keadaan
yang terlarang, walaupun keadaan itu pada mulanya ditimbulkan untuk sekali perbuatan.
Contohnya, terdapat dalam pasal 221 tentang menyembunyikan orang jahat, pasal 333 tentang
meneruskan kemerdekaan orang, pasal 250 tentang mempunyai persediaan bahan untuk
memalsukan mata uang.

2.

3. UUD no.24 (prp tahun 1960)

BAB I
TENTANG PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
Pasal 1.
Yang disebut tindak pidana korupsi ialah:
a.tindakan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian Negara atau
Daerah atau merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari
keuangan Negara atau Daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal
kelonggaran-kelonggaran dari Negara atau masyarakat;
b.perbuatan seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau badan yang dilakukan
dengan menyalah-gunakan jabatan dan kedudukan;
c.kejahatan-kejahatan tercantum dalam pasal 17 sampai pasal 21 peraturan ini dan
dalam pasal 209, 210, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana.
BAB II
TENTANG PENGUSUTAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA
KORUPSI.
Pasal 2.
(1) Aturan-aturan mengenai pengusutan dan penuntutan menurut peraturan biasa,
berlaku bagi perkara korupsi, sekedar tidak ditentukan lain dalam peraturan ini.
(2) Perkara korupsi didahulukan untuk diusut dan dituntut.
Pasal 3.
(1) Dalam waktu 3 bulan setelah orang ditahan sementara, perkaranya harus
diajukan kemuka hakim.

(2) Jangka waktu antara saat orang ditahan sementara, hingga saat perkaranya
mulai diperiksa dimuka sidang pengadilan, tidak boleh melebihi 6 bulan.
4. uud no.3 tahun 1971 tentang TIPIKOR

Anda mungkin juga menyukai