Disusun Oleh
Kelompok 3:
Nama Kelompok: Dhania Djulian
Nyimas Maryama
Ratih Wulandari
Via Anggriyani
Yanti Saputri
Kelas
: 2 B D-IV Keperawatan
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Post
Partum meliputi tindakan keperawatan sesuai diagnosa pada ibu post partum normal
dan komplikasi, vulva hygiene dan toilet training, serta pemantauan involusi pada ibu
post partum.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak
lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau
sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum
sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam
setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24
jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi. (I.B.G Manuaba, 2007).
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya
sebagai obstetric langsung dan tidak langsung. Menurut laporan WHO (2008)
bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab
tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%,
penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.(Depkes RI, 2008)
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian
ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%).
Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian
ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari
seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. (Depkes RI, 2010)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post partum dan periodenya?
2. Apa saja tindakan keperawatan sesuai diagnosa pada ibu post partum
normal dan komplikasi?
3. Bagaimana Vulva Hygiene dan toilet training pada ibu post partum?
4. Bagaimana Involusi ibu post partum?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas dari dosen pembimbing.
2. Memberikan pemahaman tentang vulva hygiene, toilet training, dan
pemantauan involusi ibu post partum sehingga dapat menerapkan asuhan
keperawatan secara tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk,
2009).
Menurut Bobak (2004) Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan nornal sebelum hamil
sedangkan Ambarwati & Wulandari (2008) masa post partum (nifas/puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau
42 hari.
Periode Post Partum
Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai
berikut :
1. Periode Immediate Post partum (24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh
karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode Early Post partum (24 jam 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode Late Post partum (1 minggu 5 minggu)
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
Ajarkan klien cara naik, turun tempat tidur dan duduk dengan benar
untuk mengurangi rasa nyeri pada luka episiotomi.
2)
3)
Kriteria hasil
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Kriteria hasil
: Asi Lancar
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Motivasi klien agar tetap menyusui bayinya agar bayi belajar menyusu
dan
5)
6)
7)
diaphoresis
3) Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
Pada post partum: Penyakit Blues
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tindakan Keperawatan:
1) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan
2) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam
pertama setelah kelahiran.
4) Berikan kompres panas lembab (misalnya ; rendam duduk / bak
mandi)
5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum
menyusui
(sangat
gembira,
ansietas,
kegirangan),
2.3 Perawatan vulva hygiene dan toilet training pasien post partum
Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang
harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus,
section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah
perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai
membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan
2.
3.
4.
2.
3.
Harus Diperhatikan
Berikan penjelasan/ informasi yang tepat pada pasien
1. Jelaskan alasan dilakukannya prosedur
2. Jelaskan frekuensi dilakukannya prosedur dan berapa lamanya
3. Jelaskan tahap-tahap dari prosedur dan rasionalisasinya secara garis
besar dari tiap-tiap bagian
4. Jaga privacy, kenyamanan, keamanan klien selama prosedur
5. Ajarkan untuk dapat merawat/Vulva higiene pada waktu dirumah
(Home Care)
Lidi waten
Kassa
Deppers
1.
2.
3.
Hanschoen bersih
4.
Korentang
5.
6.
7.
Selimut mandi
8.
9.
Menyiapkan
lingkungan
pasien
(menutup
pintu
dan
jendela,
Cuci tangan
Cari dan raba daerah TFU, massage dari atas ke bawah secara
dan anjurkan tarik nafas panjang
perlahan
o Perineum
o Anus
Dilakukan satu kali usapan dari atas ke bawah kemudian ganti sampai
bersih dan kapas kita buang dalam plastik disposable
Rapikan pasien
Rapikan alat
Cuci tangan
Toilet Training
Buang air kecil (miksi)
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24 sampai 48
jam pertama sampai sekitar hari ke lima setelah melahirkan. Ini
terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil
tidak dibutuhkan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu
perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.
Sebaliknya, ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa
sakit pada jahitan. Menahan buang air akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni. Akibatnya, timbul gangguan pada
kontraksi rahim sehingga pengeluaran darah pervagina tidak
serat dan cukup minum sehingga bisa BAB dengan lancar. Bila
sampai hari ke 3 belum bisa BAB, ibu bisa menggunakan
pencahar
berbentuk
suppositoria.
Ini
penting
untuk
Berat
2 minggu
simfisis
Tidak teraba
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
Sumber : Mochtar, 1998.
1000
uterusgram
750 gram
500 gram
30 gram
b. Lochea
Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam macam lochea fisiologi
1)
Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.
2)
Lochea Sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah lama,
serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 7 post partum.
3)
Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada hari ke 7 - 14 post
partum
4)
Lochea alba
Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang kadang terdapat perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua
jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya dapat
dilalui satu jari (Mochtar, 1998).
d.
e.
vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi
dapat sembuh dalam waktu satu minggu (Mochtar, 1998; Bobak, 2005).
f.
dan lemak.
b)
dalam mamae.
d)
sebagai berikut :
a)
Refleks Prolaktin
b)
Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi
puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke
pori-pori putting susu.
c)
Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat juga ibu
tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah tetesan
susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara
ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh
bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks
atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga
merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)
3.
badan bayi masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6 bulan pertama
pertambahan berat badan bayi kurang dari 600 gram, BAK kurang dari 6
kali dengan warna kuning dan berbau tajam dan BAB jarang dan sedikit
tinjanya kering, keras dan berwarna hijau.
3.
Sstem urinaria
Sistem pencernaan
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anestesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal. Buang air besar biasanya tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot
menurun selama proses persalinan dan pada awal pasca partum, diare
sebelum persalinan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah
menduga rasa nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi,
laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu
dicapai kembali setelah tonus otot kembali ke normal (Bobak, 2004).
5.
Sistem muskuloskletal
Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi
ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg
dan disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka dicurigai pre
eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan permenit, segera
setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan
badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam
pertama meningkat atau sama dengan 38 0C, namun bila terjadi
peningkatan lebih dari 38 0C maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan
adalah waktu penyembuhan untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan
penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru mulai dari selesai persalinan
sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3 bulan setelah
persalinan
DAFTAR PUSTAKA
http://ritafitriyanti21.blogspot.co.id/2013/05/askep-keluarga-tn-y.html
http://mertinursyabani.blogspot.co.id/2011/12/makalah-asuhan-keperawatan-padaibu.html
http://mertinursyabani.blogspot.co.id/2011/12/makalah-asuhan-keperawatan-padaibu.html
Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan maternitas, edisi I. Jakarta: Salemba Medika.