NPM : 1102014124
Sasaran belajar
1. Memahami dan menjelaskan anatomi pancreas
1.1.
Makroskopik
Pancreas
terletak dalam abdomen pada region umbilicalis dan
hypocondrium sinistra. Bagian atasnya terletak pada region
eoigastrium
Retroperitoneal, kecuali cauda intraperitoneal
Terdiri dari bagian-bagian : caput, colum, corpus dan cauda
pancreas yang terletak dalam hilum linealis
Processus uncinatus yang merupakan bagian dari caput
pancreas, ditepi caudal diantara caput dan corpus sebelah
dorsal a. v. mesentrica superior
Batas-batasnya :
Anterior : colon transversum, perlekatan mesocolon
transversum, bursa omentalis, gaster.
Posterior : ductus choledochus, v. portae dan v. linealis, v.
cava inferior dan aorta abdominalis, pangkal a. mesentrica
superior, m. psoas sinistra, kelenjar supra renalis sinistra dan
renalis sinistra, hillus linealis
Saluran kelenjar pancreas terdiri atas :
1. Ductus pancreaticus majus (wirsungi), cauda pancreas,
menerima banyak cabang dan selanjutnya menembus
postero medial duodenum pars ascendens dipertengahan
bermuara bersama dengan ductus choledochus disebut
ampula didalam papilla duodeni major
2. Ductus pancreaticus accesorius = minor (Santorini),
bila ada. Menalirkan dari atas caput pancreas untuk
selanjutnya bermuara ke dalam duodenum pars descendens
sedikit diatas muara ductus pancreaticus majus. Kadangkadang sering berhubungan dengan ductus pancreaticus
majus
Arteriae :
a. A. linealis cabang a. coeliacus
b. A.
pancreaticoduodenalis
superior
cabang
a.
gastroduodenalis cabang dari a. hepatica communis
c. A pancreaticoduodenalis inferior, cabang a. mesentrica
superior
Vena-vena senama ke sistim portal
Pembuluh lymphe : Ln. coeliacus mesentrica superior
Inesvasi : n. X (simpatis dan parasimpatis).
Produk enzim akan disalurkan dari pancreas ke duodenum
melalui saluran pancreas utama
Beberapa fungsi dari pancreas terdiri atas dua kelenjar eksokrin
dan endokrin.
sel
sel
o Sel
o 20% populasi sel
o Mensekresi glukagon
o Bentuk besar, mencolok, terutama di perifer
o Sel
o 75% dari polulasi, sel paling kecil, menempati bagian
tengah
o Mensekresi insulin
o Granula lebih kecil (200 m)
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan biokimia insulin
2.1.
Struktur
Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai
asam amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfide. Rantai A
terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Ada perbedaan kecil dalam komposisi molekul asam amino dari
suatu spesies ke spesies lain. Perbedaan ini biasanya tidak cukup
besar untuk mempengarui aktivitas biologis suatu insulin pada
spesies heterolog tetapi cukup besar untuk menyebabkan insulin
bersifat antigenic. Bila insulin dari suatu spesies disuntikkan dalam
Sintesis
Insulin merupakan hormone yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh beta kelenjar pancreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel
beta, insulin disintetis kemudian diekskresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan
tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.
Insulin disintesis sebagai suatu preprohormon (berat molekul sekitar 11.500)
dan merupakan prototype untuk peptide yang diproses dari molekul prekusor yang
lebih besar. Angkaian pemandu yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam amino
mengarahkan molekul tersebut ke dalam sisterna reticulum endoplasma dan
kemudian dikeluarkan. Proses ini menghasilkan proinsulin dengan berat molekul
9000 yang menyediakan bentuk yang diperlukan bagi pembentukan jembatan
disulfide yang sempurna. Penyusunan proinsulin, yang dimulai dari bagian terminal
amino, adalah rantai B peptide C penghubung rantai A. molekul proinsulin
menjalani serangkaian pemecahan peptide tapak- spesifik sehingga terbentuk insulin
yang matur dan peptide C dalam jumlah yang seimbang dan disekresikan dari granul
sekretorik pada sel beta pancreas.
2.3.
Sekresi
Sel-sel beta pancreas mempunyai sejumlah besar pengangkut
glukosa (GLUT-2) yang memungkinkan terjadinya ambilan glukosa
dengan kecepatan yang sebanding dengan nilai kisaran fisiologis
konsentrasi glukosa dalam darah. Begitu berada di dalam sel,
glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa di sel dan dianggap
sebagai mekanisme utama untuk mendeteksi glukosa dan
menyesuaikan jumlah insulin yang disekresinkan dengan kadar
glukosa darah. Glukosa-6-fosfatase selanjutnya dioksidasi untuk
Etiologi
DM dicirikan dengan peningkatan sirkulasi konsentrasi
glukosa akibat metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang
abnormal dan berbagai komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Semua keadaan diabetes merupakan akibat
suplai insulin atau respon jaringan terhadap insulin yang tidak
adekuat (Inzucchi, 2005), ada bukti yang menunjukkan bahwa
etiologi DM bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis
yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin,
tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas penderita DM. Manifestasi klinis DM terjadi jika
lebih dari 90% sel-sel beta telah rusak. Pada DM yang lebih
berat, sel-sel beta telah rusak semuanya, sehingga terjadi
insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang berkaitan
dengan defisiensi insulin (Anonim, 1999).
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes melitus tipe II menurut Guyton & Hall
(2002), yaitu:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
Ras dan Etnik
Resiko Diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada
hispani, kulit hitam, penduduk asli amerika dan Asia.
Klasifikasi
A. Diabetes Melitus tipe I
Dikarenakan destruksi sel Beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut. Bisa melalui proses imunologik
(autoimun) atau idiopatik.
B. Diabetes Melitus tipe II
Patofisiologi
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus,
zat kimia tertentu, dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas.
c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di
jaringan perifer
Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada
akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel
yang memproduksi insulin. Individu yang peka secara genetik
tampaknya memberikan respon terhadap kejadian-kejadian pemicu
yang diduga berupa infeksi virus, dengan memproduksi
autoantibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa.
Bukti untuk determinan genetik diabetes tipe 1 adalah adanya
kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (human leucocyte
antigen [HLA]) spesifik. Tipe dari gen histokompatibilitas yang
berkaitan dengan diabetes tipe 1 ( DW3 dan DW4) adalah yang
memberikan kode kepada protein-protein yang berperan penting
dalam interaksi monosit-limfosit. Protein-protein ini mengatur
respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika
terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan
penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans.
Juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi-antibodi terhadap
Manifestasi Klinis
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi
klien lebih banyak minum.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari
bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena
tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.
Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.
3.6.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik lengkap, termasuk :
1. Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang
2. Tanda neuropati
3. Mata ( visus, lensa mata dan retina )
4. Gigi dan mulut
5. Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan kuku.
6. Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat
penyuntikan insulin) dan pemeriksaan neurologis
7. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipelain
8. Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan penunjang, termasuk :
1. Glukosa darah sewaktu
cek GDS
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar
TTGO
Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) dilakukan
pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau
glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas
sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan
riwayat keluarga diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau
neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya.
TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes
gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil
yang menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga pada wanita hamil dengan
riwayat keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin pada kehamilan, atau
riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg. Skrining diabetes hamil
sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32 minggu. Pada mereka
dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining lebih awal.
Prosedur
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150
gram Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan
sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/ kgBB (anakanak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan harus istirahat dan tidak merokok
3.8.
Tatalaksana
Pilar penatalaksaan DM
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan
penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasiendalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk
mencapaikeberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yangkomprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda
dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harusdiberikan
kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darahdapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2. Terapi nutrisi medis
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupanenergi.
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga
penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan
keluarga yanglain Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan
energi. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
gula,asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake). Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan
asupan karbhidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat
diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai
bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh <
7 % kebutuhan kalori. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %,
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang
perlu dibatasi adalah yang banyakmengandung lemak jenuh dan
lemak trans antara lain: dagingberlemak dan susu penuh (whole
milk). Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
Protein
Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi. Sumber
protein yang baik adalah seafood. Pada pasien dengan nefropati
perlu penurunan asupan pro-tein menjadi 0,8 g/KgBB perhari
atau 10% dari kebutuhanenergi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
Natrium
Anjuran
asupan
natrium
untuk
penyandang
diabetes
samadengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak
lebihdari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh)
garam dapur. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium
sampai 2400mg.
Serat
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari .
Pemanis Alternatif
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang dia-betes
karena efek samping pada lemak darah. Pemanis tak
berkaloriyang masih dapat digunakan antaralain aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose,dan neotame
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secarateratur
(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan
jasmaniselain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
4. Intervensi farmakologis
Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):
SULFONILUREA
MEKANISME
KERJA.
Golongan
obat
ini
sering
disebut
sebagai
insulin
secretstogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari
granul sel-sel Langerhans pancreas. Rangsangannya
melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada
membrane sel-sel yang menimbulkan depolarisasi
membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. dengan
terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-sel ,
merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi
sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida
C. kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di
hepar. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang
besar dapat menyebabkan hipoglikemia.
FARMAKOKINETIK.
Berbagai sulfonylurea mempunyai sifat kinetic berbeda, tetapi
absorpsi melalui saluran cerna cukup efektif. Makanan dan
keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi. Untuk
mencapai kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan masa
paruh pendek akan lebih efektif bila diminum 30 menit
sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%-99% terikat
protein plasma terutama albumin; ikatan ini paling kecil untuk
klorpropamid dan paling besar untuk gliburid.
Masa paruh dan metabolisme sulfonylurea generasi I sangat
bervariasi. Masa paruh asetoheksamin pendek tetapi
metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid masa paruhnya lebih
panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan
tolazamid. Sebaiknya sediaaan ini diberikan dengan dosis
terbagi. Sekitar 10% dari metabolitnya diekskresi melalui
empedu dan keluar bersama tinja.
Sulfonilure
a
Glinid
Metformin
Penghamb
at
glukosidas
e-alfa
Tiazolidindi
on
insulin
DPP-4
inhibitor
Inkretin
analog/mi
metic
insulin
Meningkatka
n
sekresi
insulin,
menghamba
t
sekresi
glukagon
Meningkatka
n
sekresi
insulin,
menghamba
t
sekresi
glukagon
Menekan
produksi
glukosa hati,
stimulasi
pemanfaata
n glukosa
Sebah,
muntah
0,50,8%
Sebah,
muntah
0,51,0%
5. Suntikan
Insulin
KLASIFIKASI INSULIN
Jenis sediaan Bufer
Mula
kerja
Kerja cepat
Regular
solube
(kristal)
Lispro
Kerja sedang
NPH
(isophan)
Lente
Kerja
panjang
Protamin
zinc
Ultralente
Glargin
Fosfat
0,1-0,7
0,25
),
berpotensi
menurunka
n
infark
miokard
(ploglitazon
)
tidak
ada
kaitannya
dengan
berat badan
menimbulkan
infark
miokard
dan mahal
Penggunaan
jangka panjang
tidak disarankan
dan mahal
Penurunan
Injeksi
2x/hari,
berat badan penggunaan
jangka panjang
tidak disarankan
dan mahal
Dosis tidak
terbatas,
memperbai
ki profil lipid
da
sangat
efektif
Injeksi
1-4
kali/hari,
harus
dimonitor,
meningkatkan
berat
badan,
hipoglikemia dan
analognya mahal
Puncak
(jam)
Masa
kerja
(jam)
Kombinasi
dengan (jam)
1,5-4
0,5-1,5
5-8
2-5
Semua jenis
lente
Fosfat
Asetat
1-2
1-2
6-12
6-12
18-24
18-24
Regular
Senilente
Fosfat
asetat
-
4-6
4-6
2-5
14-20
16-18
5-24
24-36
20-36
18-24
Regular
Komplikasi
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan
yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi
metabolik yang paling serius pada diabetes tipe 1 adalah:
A. Ketoasidosis Diabetik (DKA).
Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM
tipe 1. Hal ini bisa juga terjadi pada DM tipe 2. Hal ini terjadi
karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien akan
mengalami hal berikut:
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolic
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis
,peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak
bebas disertai pembentukan benda keton (asetoasetat,
hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam
plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi
keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi
dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi
dan mengalami syok.3,7
Akhimya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak,
pasien akan mengalami koma dan meninggal. Koma dan
kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena pasien
maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya
komplikasi ini dan pengobatan DKA dapat dilakukan sedini
mungkin.3
Tanda dan Gejala Klinis dari Ketoasidosis Diabetik
1. Dehidrasi
8. Poliuria
2. Hipotensi (postural atau supine)
9. Bingung
3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer
10. Kelelahan
4. Takikardi
11. Mual-muntah
5. Kusmaul breathing
12. Kaki kram
6. Nafas bau aseton
13.
Pandangan
kabur
7. Hipotermia
14. Koma (10%)
B. Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)
Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering
terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan
karena
defisiensi
insulin
absolut,
namun
relatif,
hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Ciri-ciri HHNK adalah
sebagai berikut:
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600
mg/dl.
Dehidrasi berat
Uremia
Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila
keadaan ini tidak segera ditangani. Angka mortalitas dapat
tinggi hingga 50%. Perbedaan utama antara HHNK dan DKA
adalah pada HHNK tidak terdapat ketosis.3
Penatalaksanaan HHNK
Penatalaksanaan berbeda dari ketoasidosis hanya dua
tindakan yang terpenting adalah:Pasien biasanya relatif
sensitif insulin dan kira-kira diberikan dosis setengah dari
dosis insulin yang diberikan untuk terapi ketoasidosis,
biasanya 3 unit/jam.7
C. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat
ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dengan
kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obatan
hipoglikemik
oral
golongan
sulfonilurea,
khususnya
glibenklamid. Hasil penelitian di RSCM 1990-1991 yang
dilakukan Karsono dkk, memperllihatkan kekerapan episode
hipoglikemia sebanyak 15,5 kasus pertahun, dengan wanita
lebih besar daripada pria, dan sebesar 65% berlatar
belakang DM. meskipun hipoglikemia sering pula terjadi
pada pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan.
Kejadian
ini
sering
timbul
karena
pasien
tidak
memperlihatkan
atau
belum
mengetahui
pengaruh
beberapa perubahan pada tubuhnya.1
Penyebab Hipoglikemia
1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan
2. Berat badan turun
3. Sesudah olah raga
4. Sesudah melahirkan
5. Sembuh dari sakit
6. Makan obat yang mempunyai sifat serupa
Tanda hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah < 50
mg/dl, meskipun reaksi hipoglikemia bisa didapatkan pada
kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Tanda klinis dari
hipoglikemia sangat bervariasi dan berbeda pada setiap
orang.1
Tanda-tanda Hipoglikemia
1. Stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah
turun.
2. Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit
bicara, kesulitan menghitug sederhana.
DM
Early
Treatment
Diabetic
4.6.
Diagnosis
Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer
dilakukan melalui pemeriksaan funduskopi direk dan indirek.
Dengan fundus photography dapat dilakukan dokumentasi kelainan
retina. Metode diagnostik terkini yang disetujui oleh American
Academy of Ophthalmology (AAO) adalah fundus photography.
Keunggulan pemeriksaan tersebut adalah mudah dilaksanakan,
interpretasi dapat di- lakukan oleh dokter umum terlatih sehingga
mampu laksana di pelayanan kesehatan primer. Di pelayanan
primer pemeriksaan fundus photography berperanan sebagai
pemeriksaan penapis. Apabila pada pemeriksaan ditemukan edema
makula, retinopati DM non- proliferatif derajat berat dan retinopati
DM proliferatif maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mata
lengkap oleh dokter spesialis mata.
Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri
dari
pemeriksaan
visus,
tekanan
bola
mata,
slit-lamp
biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan stereoscopic fundus
photography
dengan
pemberian
midriatikum
sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan opti- cal
coherence tomography (OCT) dan ocular ultrasonography bila
perlu.
OCT memberikan gambaran penampang aksial untuk
menemukan kelainan yang sulit terdeteksi oleh pemeriksaan lain
dan menilai edema makula serta responsnya terhadap terapi.
Ocular ultrasonography bermanfaat untuk evaluasi retina bila
visualisasinya terhalang oleh perdarahan vitre- ous atau kekeruhan
media refraksi.
Pemeriksaan Funduskopi Direk pada Retinopati DM
Pemeriksaan funduskopi direk bermanfaat untuk menilai saraf
optik, retina, makula dan pembuluh darah di kutub pos- terior mata.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk melepaskan
kaca mata atau lensa kontak, kemudian mata yang akan diperiksa
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Peranan dokter umum dalam tata laksana retinopati DM
adalah mengendalikan faktor risiko, yaitu kadar gula, kadar lipid,
dan tekanan darah yang abnormal. Pengendalian atas ketiga faktor
ini terbukti mampu menurunkan risiko dan memperlambat
progresivitas retinopati DM. Target optimal yang harus dicapai
adalah kadar HbA1c <7%, kadar low-density lipoprotein (LDL) <100
mg/dL, kadar high-density lipoprotein >50 mg/dL, kadar trigliserida
<150 mg/dL dan tekanan darah <130/80 mmHg.
Edukasi oleh dokter umum mengenai DM dan komplikasi
retinopati akan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan penderita
DM menjalani pemeriksaan mata rutin. Dengan demikian rujukan
ke dokter spesialis mata dapat dilakukan pada saat yang tepat. Hal
tersebut akan menurunkan angka kebutaan akibat retinopati DM.
Tata laksana retinopati DM dilakukan berdasarkan tingkat
keparahan penyakit. Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan
hanya perlu dievaluasi setahun sekali. Penderita retinopati DM
nonproliferatif derajat ringan-sedang tanpa edema makula yang
nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan.
Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema
makula signifikan merupakan indikasi laser photocoagulation untuk
mencegah perburukan. Setelah dilakukan laser photocoagulation,
penderita perlu dievaluasi setiap 2-4 bulan. Penderita retinopati DM