Anda di halaman 1dari 27

DESTILASI SINGLE STAGE

I.

TUJUAN

Memisahkan komponen-komponen dari campuran etanol-air.

Menghitung komposisi umpan, destilat dan residu.

II.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Seperangkat alat destilasi sederhana
Piknometer
Neraca analitik
Pipet ukur 25 mL
Bulb
Gelas ukur 250 mL
Gelas kimia 100, 400, dan 2.000 mL
Erlenmeyer 100 mL
B.

Bahan
Etanol absolute
Campuran etanol-air
Aquadest

III. DASAR TEORI


A. Pengertian Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan
warna dan terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O.
Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja,
maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk
kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain
matahari yang merupakan sumber energi.
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan
bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses,
perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam
tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan
dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
B. Etanol (Alkohol)

Ethyl alkohol atau etanol adalah salah satu turunan dari senyawa
hidroksil atau gugus OH, dengan rumus kimia C2H5OH. Istilah umum
yang sering dipakai untuk senyawa tersebut, adalah alkohol. Etanol
mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut dalam
air, berat molekul 46,1, titik didihnya 78,3c, membeku pada suhu
117,3 C, kerapatannya 0,789 pada suhu 20 C, nilai kalor 7077
kal/gram, panas latent penguapan 204 kal/gram dan angka oktan 91
105 (Hambali.,et al., 2008).
Pemurnian Etanol

Peningkatkan kadar etanol dari 30-35 % hingga 70-80% yang


dikenal sebagai etanol teknis, dapat dilakukan destilasi ulang (destilasi
bertingkat) dengan destilator skala laboratorium tanpa alat pengontrol
suhu. Untuk meningkatkan kadar etanol hingga 95 % atau lebih yang
dikenal sebagai alkohol ahidrat, digunakan unit pengolahan yang
dilengkapi dengan tangki penguapan terkontrol dengan suhu 78-80oC.
Sedangkan peningkatan kadar etanol > 96% tidak mungkin dilakukan
dengan destilasi biasa, walaupun dengan suhu terkontrol.
Cara yang digunakan untuk lebih memurnikan etanol yakni
menggunakan dehidrator yang dilengkapi dengan hidrat molecular
sieve (saringan molekuler) yang berfungsi menyerap air yang ada dalam
larutan etanol. Pada proses ini, akan dihasilkan etanol murni kadar 99,599,8%. Etanol dengan kemurnian yang tinggi (99,5-99,8 %) dikenal
sebagai etanol anhidrat atau etanol absolut. Etanol ini digunakan
sebagai bahan bakar dan populer dengan nama FGE (Full Grade
Ethanol).
Pada pemurnian etanol, dikenal tiga proses utama yakni evaporasi,
destilasi dan dehidrasi. Proses evaporasi adalah pemanasan etanol kasar
dengan menggunakan evaporator, suhu pemanasan berkisar 79-100 %,
tergantung kadar etanol bahan baku, makin tinggi kadar etanol bahan

baku makin rendah suhu pemanasan pada evaporator (Lay, 2009).


Proses destilasi bertujuan untuk memisahkan etanol dari campuran
etanol-air. Titik didih etanol adalah 780C dan titik didih air adalah
1000C sehingga dengan pemanasan pada suhu 780C dengan metode
destilasi maka etanol dapat dipisahkan dari campuran etanol-air. Kadar
maksimum etanol yang dapat diperoleh dengan cara destilasi biasa
adalah 96% dan bersifat larutan azeotropik, (3) proses dehidrasi larutan
azeotropik untuk meningkatkan kadar bioetanol menjadi 99,5 %
merupakan cara yang populer untuk menghasilkan etanol absolut
(Tjokoroadikoesoemo, 1986).
C. Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode untuk memisahkan
suatu komponen dari larutannya yang dimana hal itu tergantung dari
distribusi zat antara fase gas dan fase cair, dapat diaplikasikan kepada
semua komponen dalam fase tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang
perbedaan antara distilasi dan operasi lain dapat di lihat contoh berikut,
pada proses pemisahan larutan garam dan air, air dalam larutan dapat
menguap seluruhnya tanpa menghilangkan garam didalamnya, proses
ini disebut evaporasi. Sedangkan untuk distilasi lebih mementingkan
pemisahan larutan dengan komponen terlarutnya sama-sama mudah
menguap, contohnya seperti larutan amonia dan air. (Treybal,1980)
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang

memiliki titik

didih lebih

rendah

akan

menguap

lebih

dulu. Dimana zat yang mempunyai titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu,kemudian uap tadi akan mengalami proses
pendinginan pada kondensor. Didalam kondensor akan terjadi proses
perubahan fasa, uap akan berubah menjadi fasa cair yang akan mengalir
keluar sebagai distilat. Titik didih air murni adalah 100 C

Pada proses destilasi terjadi perubahan wujud dari cair ke uap hasil
pemanasan berdasarkan titik didihnya. Kemudian uap tersebut di
dinginkan dan terjadi proses pengembunan sehingga memperoleh cairan
murni ( destilat ). Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton.
Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan
atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak
terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran
dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan.
Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada
tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam
wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya
disebut residu. (Evinliany,2013)
Destilasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.
2.

3.
4.

Destilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua,yaitu:


- Distilasi kontinyu
- Distilasi batch
Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Distilasi atmosferis
- Distilasi vakum
- Distilasi tekanan
Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu:
- Destilasi system biner
- Destilasi system multi komponen
Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu:
- Single-stage Distillation
- Multi stage Distillation

Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan


macam-macam destilasi, yaitu:
1.

Destilasi sederhana

Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan


zat cair yang titik didih nya rendah, atau memisahkan zat cair
dengan zat padat atau minyak.
2.

Destilasi bertingkat (fraksional)


Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke
dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi
yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk
destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian
zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair
yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik
didih senyawa yang akan dimurnikan.

3.

Destilasi azeotrop
Digunakan

dalam

memisahkan

campuran

azeotrop

(campuran-campuran dua atau lebih komponen yang sulit di


pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang
dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.
4.

Destilasi vakum
Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi
atau bias rusak pada pemansan yang tinggi. Sehingga dengan
menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka
destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat
dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan tekanan.

5.

Refluks / destruksi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam
macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan.
(Anakes,2013)

Syarat Terjadinya Destilasi

Syarat destilasi agar destilasi berjalan dengan sempurna adalah:


Syarat utama agar terjadinya proses destilasi adalah adanya
perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap.
Destilasi dilakukan secara pengolahan secara fisika yang primer.
Harus homogen.
Zat yang di campurkan atau bercampur tidak boleh menghasilkan
panas, warna, ataupun tanda-tanda reaksi kimia lainnya, karena
destilasi ini merupakan pengolahan/pemisahan secara proses fisika
bukan secara proses kimia.
Destilasi dilakukan dengan paling banyak sebagai pelarutnya.
Zat yang titik didihnya rendah akan memiliki fraksi pada fase uap
yang lebih banyak/baik dari pada fraksi pada fase cair, ataupun
sebaliknya.
C.

Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan
setimbang yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran.
Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari komponen A
(yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah
menguap). Karena pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam
keadaan bubble temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap
ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan komposisi uap dan cairan yang ada
dalam kesetimbangan ditunjukkan pada Gambar 2.
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara
titik didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih
komponen yang kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA
selalu lebih besar daripada harga xA.

Gambar 1. Kesetimbangan uap cair pada temperatur bubble dan temperatur


dew
xA,1 dan yA,1 adalah komposisi cairan
dan uap pada keadaan setimbang.

Gambar 2. Komposisi uap dan cairan


pada kesetimbangan
D. Persamaan Rayleigh
Persamaan ini menjelaskan hubungan antara jumlah yang terdestilasi dan
yang tertinggal di ketel. Apabila kita tinjau suatu ketel distilasi batch
sederhana, pada setiap t, mengandung sejumlah cairan L. Misalkan jumlah
mol cairan dalam bejana pada suatu saat adalah L dengan komposisi x dan
sejumlah cairan yang diuapkan sejumlah dL, dengan komposisi y, maka
konsentrasi yang tinggal dalam ketel berubah menjadi (x dx) dan jumlah
molnya (L dL). Neraca massa untuk komponen A adalah :
Komponen A total = komponen A dalam cairan + komponen A dalam uap
L . x ( x dx ) . ( L dL) y . dL

(2-11)

L . x L x x dL L dx dL dx y . dL

Karena dL dx sangat kecil sehingga dapat diabaikan, maka persamaan


dapat dituliskan menjadi :
0 x dL L dx y . dL

atau,
dL
dx

L
( y x)

(2-12)

Dengan integrasi antara kondisi umpan pada t = 0, dimana L = F


dan pada saat t = t , di mana dalam ketel terdapat residu sejumlah W,

dengan komposisi xW

maka bentuk integrasi dari persamaan (2-12)

adalah,
F

dW
W W

ziW

xiW

dxi
( y i xi )

(2-13)

Di mana F adalah jumlah mol mula-mula dari umpan, ziF adalah fraksi
mol komponen i dalam umpan, dan ziW fraksi mol komponen i dalam
residu pada saat t. Integrasi persamaan (2-13) akan memberikan,

F
ln

ziW

xiW

dxi
( yi xi )

(2-14)

Persamaan (2-14) di atas dikenal dengan Persamaan Rayleigh. Karena


yi = Ki xi , bentuk lain dari persamaan Rayleigh adalah;

ln

ziW

xiW

dxi
xi ( K i 1)

(2-15)

Jika hanya ada satu tangki yang digunakan sebagai penampung


distilat, komposisi rata-rata distilat dapat dihitung dari neraca massa
sepanjang interval waktu distilasi. Neraca massa untuk komponen i
adalah,
*
z iF F xiW .W ( yiD
) avg . D

sehingga,
z iF F xiW W
F W

*
( yiD
) avg . D

(2-16)

Untuk menghitung ziW diperlukan prosedur trial dan error. Jika


diagram T-x-y tersedia untuk suatu campuran biner. Wilayah dibawah

o
kurva 1 / ( y i xi ) vs xi untuk rentang xi= ziF hingga xi= xiW adalah

sama dengan ln (F/W). Oleh karena itu, jika jumlah umpan F, dan
perubahan komposisi xi= ziF menjadi xi= xiW ditentukan, jumlah residu
yang tersisa dalam ketel (W) dapat dihitung dari hubungan ;
W F exp ( Area )

dimana besaran Area menunjukkan wilayah yang terletak di bawah


kurva.

Area

ziW

xiW

dxi
ln ( F / W )
( yi xi )

Gambar 3. Kurva
Persamaan
Rayleigh

IV. PROSEDUR KERJA


1. Membuat larutan deret standar etanol (0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
2.

90, dan 100) % volume.


Membuat kurva kalibrasi densitas vs fraksi volume etanol dan densitas

3.

vs fraksi mol etanol.


Mencampurkan etanol air hingga mencapai 4800 mL, dimasukkan ke

4.
5.
6.
7.

dalam labu destilasi yang sebelumnya sudah diukur densitasnya.


Menyetting suhu 78 o C.
Menyalakan pemanas, dan sirkulasi air pendingin.
Pada saat suhu sudah mencapai suhu setting, pemanasan dikurangi.
Pada saat terbentuk destilat, mencatat suhu, volume, dan mengukur
densitasnya. Dilakukan hal yang sama pada rsidu.

V. DATA PENGAMATAN
Berat Piknometer Kosong
Berat piknometer + aquadest
Berat Piknometer + Umpan
Volume Umpan
Volume Residu
Berat Piknometer + Residu

= 16.9340 gram
= 42.2574 gram
= 40.6217 gram
= 3400 mL
= 2800 mL
= 41.3355 gram

a. Data untuk kurva standar


% Etanol

volume (ml)

volume total

Berat Piknometer+Larutann

(ml)

(g)

Etanol

Air

30

30

42.2574

10

27

30

41.8845

20

24

30

41.5594

30

21

30

41.1596

40

12

18

30

40.7917

50

15

15

30

39.9852

60

18

12

30

39.7660

70

21

30

39.1614

80

24

30

38.4805

90

27

30

37.7996

100

30

30

36.8419

b. Data Pengambilan Destilat


No.

Suhu ( oC )

Volume ( mL )

Berat Piknometer + Destilat ( gram )

79

89

37.8621

79

77

37.6223

79

51

37.4571

80

36

37.8812

80

35

37.9231

79

79

37.8953

79

54

37.8312

79

46

37.4305

79

44

37.6504

10

79

43

37.6082

11

79

30

Vol. Total Destilat


VI.

37.5991

584

PERHITUNGAN
a. Penentuan Volume Pikno
Berat piknometer kosong
Berat piknometer + aquadest

=16.9340gram
= 42.2574 gram

Densitas air pada suhu 30

=0.99567g/ml

Berat Aquadest
= (Beratpikno + aquadest) (Berat pikno kosong)
= (42.2574 16.9340) gram
= 25.3234 gram
Volume piknomete

a.

Pembuatan kurva standard


Penentuan densitas larutan deret standard
Untuk konsentrasi 0 %
Densitas =

=
= 0,99567 g/ml
Untuk data selanjutnya menggunakan rumus seperti diatas, nilai
densitasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Konsentrasi etanol (%)


0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

Densitas (g/ml)
0,995670535
0,979770881
0,967031
0,953928
0,937024
0,91865
0,897007
0,872299
0,845057
0,816874
0,783192

Penentuan volume etanol


o Untuk konsentrasi = 0 %

Vol etanol =

= 0 mL

Vol air =

= 25,3842 mL

Penentuan fraksi volume etanol


Fraksi volume etanol =

=0
Untuk data selanjutnya menggunakan rumus seperti diatas, nilai
fraksi volumenya dapat dilihat pada tabel berikut

Volume etanol (mL)


0
2,538421
5,076843
7,615264
10,15369
12,69211
15,23053
17,76895
20,30737
22,84579
25,38421

Volume air (mL)


25,38421
22,84579
20,30737
17,76895
15,23053
12,69211
10,15369
7,615264
5,076843
2,538421
0

Penentuan fraksi mol etanol


o Untuk volume etanol = 0 ml

Mol etanol =

=
= 0 mol

Fraksi volume etanol


0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1

Mol air

=
= 1,4041 mol
Fraksi mol etanol =

=
=0
Fraksi mol air

= 1 Fraksi mol etanol


=10
=1

Untuk data selanjutnya menggunakan rumus seperti diatas,


nilai fraksi
molnya dapat dilihat pada tabel berikut
Fraksi mol

densitas

Etanol
0

(g/ml)
0,995670535

0,054067 1,263715

0,041029

0,979770881

0,106727 1,123302

0,086768

0,967030673

0,157922 0,982889

0,13843

0,953928034

0,206831 0,842477

0,197112

0,937023818

0,25348

0,702064

0,265273

0,918650184

0,296997 0,561651

0,345889

0,8970068

0,336953 0,421238

0,444417

0,872298516

0,373063 0,280826

0,57053

0,845057162

0,405698 0,140413

0,742886

0,816874276

0,783191907

Mol
Etanol
0

0,432189

air
1,404128

b. Penentuan fraksi mol dan mol total


Umpan
Volume umpan = 5187 mL
Penentuan densitas umpan
Densitas =

=
= 0,89656 g/mL

Penentuan fraksi mol umpan


Fraksi mol etanol
Penentuan fraksi mol etanol dilakukan dengan metode
ploting pada kurva deret standar fraksi mol etanol vs
densitas etanol.
Dari metode ploting pada kurva deret standar didaptkan
nilai fraksi mol etanol = 0,3918

Penentuan mol umpan


Mol etanol

=
= 39,6155 mol

Mol air

=
= 174,4872 mol
Mol total umpan = mol etanol + mol air

= (39,6155 + 174,4872) mol


= 214,1027 mol

Penentuan fraksi mol umpan


Fraksi mol etanol =

=
= 0,1850

Destilat
Volume destilat = 761 mL
Penentuan densitas destilat
Untuk densitas pengambilan I

Densitas =

=
= 0,8218222 g/mL
Untuk data selanjutnya dengan menggunakan rumus seperti
diatas, nilai densitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah

Destilat
pengambilan ke1

0,8218222

0,822905587

0,824863498

0,82353984

0,823516203

0,825292899

0,825871999

0,828728106

0,829023566

10

0,827955973

11

0,828101733

Densitas rata rata


destilat

Densitas(g/ml)

0,825601967

Penentuan fraksi mol destilat


Fraksi mol etanol
Penentuan fraksi mol etanol dilakukan dengan metode
ploting pada kurva deret standar fraksi mol etanol vs
densitas etanol.

Dari metode ploting pada kurva deret standar didaptkan


nilai fraksi mol etanol = 0,7169

Penentuan mol destilat


Mol etanol

=
= 9,7916 mol

Mol air

=
= 11,9171 mol
Mol total destilat = mol etanol + mol air
= (9,7916 + 11,9171) mol
= 21,7087 mol

Penentuan fraksi mol destilat


Fraksi mol etanol

=
= 0,8216
Residu
Volume residu = 4.285 mL
Penentuan densitas residu

Densitas =

=
= 0,914076473 g/mL

Penentuan fraksi mol residu


Fraksi mol etanol
Penentuan fraksi mol etanol dilakukan dengan metode
ploting pada kurva deret standar fraksi mol etanol vs
densitas etanol.
Dari metode ploting pada kurva deret standar didaptkan
nilai fraksi mol etanol = 0,3166

Penentuan mol residu


Mol etanol

=
= 26,409 mol

Mol air

=
= 162,4044 mol
Mol total residu = mol etanol + mol air
= (26,409 + 162,4044) mol

= 188,8134 mol

F = umpan

Penentuan fraksi mol residu dengan neraca massa


Neraca massa total

D = destilat

Input = Output
F

=D+B

Neraca massa komponen etanol


F

B = residu
Xf

= fraksi mol umpan

Xd

= fraksi mol destilat

Xb

= fraksi mol residu

214,1027 mol

Xb =
= 0,1153

Penentuan fraksi mol residu dengan persamaan Reyleight

Dengan menggunakan grafik fraksi cair vs fraksi uap dibawah,


dapat dihitung nilai Xb dengan metode trial and error
menggunakan metode trafezeodal hingga diperoleh Xb yang
sesuai yaitu 0,1256dengan batas nilai Xf = 0,1850

X (fraksi cair)
0,0190
0,0721
0,0966
0,1238
0,1661
0,2337
0,2608
0,3273
0,3965
0,5079
0,5198
0,5732
0,6763
0,7472
0,8943

Trial I (Xb = 0,125)

Y (fraksi uap)
0,1700
0,3891
0,4735
0,4704
0,5089
0,5445
0,5580
0,5826
0,6122
0,6564
0,6599
0,6841
0,7385
0,7815
0,8943

1/(y-x)
6,62251656
3,15457413
2,93341156
2,88517023
2,91715286
3,21750322
3,36473755
3,91696044
4,63606861
6,73400673
7,13775874
9,01713255
16,0771704
29,154519
6,62251656

X
0,125
0,145
0,165
0,185

y
2,88
2,92
3,00
3,09

Xb =

= 0,1781

Trial II (Xb = 0,145)

X
0,145
0,165
0,185

y
2,92
3,00
3,09

Xb =

= 0,1201

VI.

PEMBAHASAN
Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dari larutan
homogen dengan perbedaan titik didih. Tujuan untuk memisahkan
komponen ini agar mengetahui konsentrasi murni dari suatu komponen.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan sulit mendapatkan
konsentrasi murni dari suatu komponen jika hanya melalui destilasi single
stage maka dari itu pada praktikum ini ditentukan jumlah volume yang
masuk dan keluar dengan menggunakan metode neraca massa. Dengan cara
ini kita dapat mengetahui konsentrasi dari setiap keluaran pada saat
melakukan destilasi. Keluaran pada destilasi ini ada dua yaitu destilat ( D )
dan residu ( B ), sedangkan yang masuk hanyalah umpan ( F ). Pada
praktikum ini kita akan menentukan konsentrasi dari setiap umpan, destilat,
dan residu serta kita akan menentukan jumlah fraksi mol etanol pada residu
dan akan membandingkannya dengan literatur yang diperoleh secara
matematis.
Konsentrasi ini akan menentukan bahwa campuran etanol-air telah
terpisah. Apabila konsentrasi ataupun berat jenis dari destilat mendekati
etanol murni maka pada saat destilasi terjadi pemisahan yang dapat
memisahkan antara etanol-air menjadi komponen yang murni. Untuk
membuktikan hal tersebut maka ditentukan dengan cara mencari fraksi mol

dari residu dan membandingkannya dengan literatur. Fraksi yang diperoleh


pada praktikum kami yaitu sebesar 0,1153 sedangkan berdasarkan
persamaan reyleght diperoleh nilai sebesar 0,1256, dimana persamaan
reyleght ini juga dibuktikan secara grafis sehingga diperolehlah nilai sebesar
0,1201. Jika dibandingkan nilai-nilai tersebut masih ada jarak namun jarak
ini tidak memiliki rentan yang terlalu jauh, menandakan bahwa destilasi ini
belum berjalan sempurna. Kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan
karena tidak beraturannya pengambilan destilat, dimana kami tidak
menyetting waktu pengambilan destilat secara berkala serta pengeluaran
residu dalam keadaan panas sehingga sebagian besar dari residu ada yang
teruapkan yang mengakitban perubahan jumlah volume dari larutan awal
dan larutan akhir.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
Terpisahnya komponen campuran etonal-air pada suhu 75,5oC dengan
nilai komposisi :

Umpan
0,185

Fraksi mol etanol


Destilat
0,8216

Residu
0,1153

Anda mungkin juga menyukai