Anda di halaman 1dari 38

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI MINYAK BIJI BUAH

RAMBUTAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ELISA WINANDA (331-14-037)

NOVRIYANI LAYUK (331-14-039)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2017

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan anugrah-

Nya sehingga penulis dimampukan menyelesaikan penyusunan laporan proposal

sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir di Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

Penulis menyadari bahwa dalam proses awal hingga selesainya Tugas Akhir ini,

banyak sekali pihak yang telah terlibat dan berperan serta untuk mewujudkan

selesainya Tugas Akhir ini, karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada mereka yang secara moril maupun material telah banyak

membantu penulis menyelesaikan penyusunan laporan proposal ini.

Pertama-tama ucapan terima kasih saya haturkan secara khusus kepada orang

tua yang telah membesarkan dengan penuh kesabaran, juga kepada seluruh saudara

dan teman yang telah memberikan semangat serta dorongannya selama ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih saya haturkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.

Hamzah Yusuf, M.Si. selaku Direktur Politeknik dan Bapak Wahyu Budi Utomo,

HND,M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Teknik Kimia yang selama ini telah

membantu penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan proposal ini.

Ucapan terima kasih penulis juga kepada kedua pembimbing penulis Bapak Drs. Abdul

Azis,M.T selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.Herman Bangngalino, M.T selaku Pembimbing

II yang mana keduanya dengan penuh kesabaran memberikan bimbingannya dalam

penyelesaian menyelesaikan penyusunan laporan proposal ini. Juga kepada rekan-rekan

iii
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu pada kesempatan ini. rekan –

rekan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu pada kesempatan ini.

Akhirnya, kiranya Tuhan Yang Maha Esa tetap memberikan perlindungan

kepada kita semua.

Makassar, ………………

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................

Lembar Pengesahan ............................................................................................

Kata Pengantar ....................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................

B. Identifikasi Masalah .................................................................................

C. Perumusan Masalah ..................................................................................

D. Tujuan Penelitian......................................................................................

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................

Bab II. Tinjauan Pustaka

A. Briket Arang ...........................................................................................

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi sifat Bariket Arang ..........................

C. Syarat dan Kriteria Briket yang Baik ......................................................

Bab III. Metode Penelitian

A. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................................

B. Alat dan Bahan Yang Digunakan .............................................................

C. Cara Kerja .................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambutan merupakan tanaman asli kepulauan Asia Tenggara, mencakup

Indonesia dan Malaysia. Dari kawasan ini menyebar ke negara tetangganya seperti

Thailand, Vietnam dan Filipina. Tanaman rambutan memiliki nama ilmiah

Nephelium lappaceum L., termasuk dalam suku Sapindaceae. Buah-buahan lain yang

satu suku dengan rambutan antara lain buah leci, buah lengkeng dan buah matoa.

Buah rambutan adalah buah yang biasa hidup pada daerah dengan suhu dingin,

dan merupakan tanaman yang berbuah musiman. Buah rambutan dipercaya memiliki

khasiat. Dari daun, buah, kulit bahkan sampai bijinya pun bisa dimanfaatkan untuk

tujuan kesehatan.

Buah rambutan memiliki daging buahnya yang rasanya manis dan mengandung

banyak serat, selain buah rambutan yang dimanfaatkan kulit dan bijinya pun dapat

dimanfaatkan. Biji rambutan seringkali tidak diminati masyarakat karena bagian

terluar dari biji rambutan dilapisi oleh kulit yang bertekstur keras seperti kayu tipis.

Buah Rambutan merupakan buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

sekitar secara langsung maupun diolah terlebih dahulu, namun biji buah rambutan

hingga kini masih menjadi limbah dan belum ada pemanfataan biji buah rambutan

secara optimal.
Biji rambutan dulunya dianggap sebagai limbah bagi masyarakat tetapi seiring

dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, biji rambutan sudah mulai

dimafaatkan dan diolah karena memiliki banyak kegunaan. Biji rambutan diketahui

mengandung karbohidrat, lemak dan juga protein.

B. Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Pelarut manakah yang paling baik digunakan untuk mengekstraksi biji buah

rambutan.

2. Berapakah perbandingan yang baik untuk pelarut dan biji buah rambutan.

3. Bagaimanakah karakteristik ekstrak dari biji buah rambutan yang dihasilkan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Mengetahui pelarut yang paling baik digunakan dalam mengekstraksi biji buah

rambutan.

2. Mengetahui perbandingan yang baik antara pelarut dengan biji buah rambutan.

3. Mengetahui karakteristik ekstrak dai biji buah rambutan.


D. Manfaat Penelitian

1. Bisa mengurangi limbah padat khusus yang berasal dari biji buah

rambutan.

2. Memberikan nilai ekonomis dari limbah biji buah rabutan.


BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Rambutan

Tanaman rambutan merupakan sumber vitamin C yang baik (Mangku

et al., 2006). Menurut Prihatman (2000), rambutan termasuk tanaman tropis

yang berasal dari Indonesia dan telah menyebar ke daerah beriklim tropis

lainnya seperti Filipina, Malaysia dan negara-negara Amerika Latin.

Pertumbuhan rambutan sangat dipengaruhi oleh iklim, terutama ketersediaan

air dan suhu. Intensitas curah hujan berkisar antara 1.500 – 2.500 mm/tahun

dan merata sepanjang tahun. Suhu optimal bagi pertumbuhan rambutan adalah

25˚C pada siang hari. Intensitas cahaya matahari sangat berperan penting,

karena berkaitan erat dan mempengaruhi suhu lingkungan. Kelembaban udara

yang dibutuhkan oleh rambutan tergolong rendah,karena pada kelembaban

udara yang rendah, udara akan menjadi kering sedikit uap air, dan kondisi

tersebut cocok untuk pertumbuhan rambutan.

2.2 Komposisi Kimia

Menurut Setiawan (2003), buah rambutan mengandung karbohidrat,

protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah mengandung

tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung

tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonida, pectic

substance, dan zat besi. Senyawa-senyawa tanin, saponin, dan flavonoid


termasuk senyawa golongan fenol yang merupakan zat antibakteri yang kuat

(Brooks et al, 1996).

Biji rambutan sampai sekarang masih belum dimanfaatkan dengan

baik padahal biji rambutan memiliki kandungan asam lemak sebesar 37-43% .

Biji rambutan memiliki kandungan asam lemak antara lain: asam palmitat (2.0

%), asam stearat (13.8 %), asam arakhidat (34.7%), asam oleat (45.3%), dan

ericosenoic acid sebesar 4.2%.Biji rambutan juga mengandung lemak

polifenol cukup tinggi. Komposisi zat-zat kimia dalam biji rambutan tersebut

menghasilkan khasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula dalam darah)

sehingga biji rambutan banyak digunakan untuk pengobatan alternatif guna

menormalkan kadar gula darah penderita kencing manis (diabetes melitus

yang cenderung tinggi). Selain itu, minyak dari biji rambutan dapat digunakan

untuk produksi lilin dan sabun (Khasanah, 2011).

2.2.1 Minyak

Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak

larut/bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada

sifat tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam

arti sempit, kata 'minyak' biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau

produk olahannya: minyak tanah (kerosena). Namun, kata ini sebenarnya

berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya

minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai


pelumas (misalnya minyak rem), sebagai medium pemindahan energi,

maupun sebagai wangi-wangian (misalnya minyak nilam).

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan

lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,

tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter

(C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang

polaritasnya sama.

Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang

berarti “triester dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester.

Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan gliserol, Asam

karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon

yang panjang dan tidak bercabang.

Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya,

yaitu dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in ,

misalnya :

- tristearatdari gliserol diberi nama tristearin

- tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin


Selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa

dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya:

-triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat

- tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat

Perbedaan Antara Lemak dan Minyak

Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu:

a. Pada temoperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud

cair.

b. Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida

pada tumbuhan berupa miyak (minyak nabati)

2.2.2 Klasifikasi bahan baku minyak

Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak berbeda-beda

tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak

(nabati-hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam

lemak (C28-C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan

sifat fisiko-kimia.
Tabel 1. Tumbuhan Indonesia Penghasil Minyak Lemak.

Kadar
No. Nama Nama Latin Sumber Biji P/NP
%-b-kr
1 Saga Utan Adenanthera pavonina Inti biji 14-28 P
2 Kemiri Aleurites mohiccana Inti biji 57-59 P
Kemiri
P
3 cina Aleurites trisperma Inti biji
4 Sirsak Annona muricata Inti biji 20-30 NP
5 Srikaya Annona squamosa Biji 15-30 NP
Kacang
P
6 suuk Arachis hypogel Biji 35-55
7 Nimba Azadiractha indica Daging Biji 40-50 NP
8 Randu alasBombax malabaricum Biji 18-26 NP
Callophylum
9 Nyamplung inophyllum Inti biji 40-73 NP
10 Bintaro Carbera manghas Biji 43-64 NP
11 Pepaya Carica papaya Biji 20-25 P
12 Kapuk Ceiba pentandra Biji 24-50 NP
Kayu Cinnamomum
P
13 manis burmanni Biji 30
14 Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60-70 NP
15 Cerakin Croton tiglium Inti biji 50-60 NP
Labu
P
16 merah Cucurbita moschata Biji 35-38
Sabut + daging 45-70 + 45-
P
17 Sawit Elais guineensis buah 54
18 Rambutan Nephelium lappaceum Inti biji 37-43 NP
19 Bulangan Gmelina asiatica Biji NP
20 Kampis Hernandia peltata Biji NP
21 Karet Hevea brasiliensis Biji 40-50 NP
22 Kenaf Hibiscus cannabinus Biji 18-20 NP
23 Kopi arab Hibiscus esculentus Biji 16-22 NP
24 Rosela Hibiscus sabdarifffa Biji 17 NP
25 Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40-60 NP
26 Tangkalak Litsea sebifera Biji 35 P
27 Kelor Moringa oleifera Biji 30-49 P
28 Nagasari Mesua ferrea Biji 35-50 NP
29 Alpukat Persea gratissima Daging buah 40-80 P
30 Padi Oriza sativa Dedak 20 P
Keterangan :
Kr = kering, P = minyak/lemak pangan(edible fat/oil); NP = minyak/lemak
Non Pangan (non-edible fat/oil).
Sumber : Tatang H.Soerawidjaja, Torto P. Brodjonegoro dan Imam K. Rekso
Wardojo, Prospek, Status dan Tantangan Penegakan industri di Indonesia,
Kelompok Riset Biodiesel, ITB, 25 Juli 2005.

2.2.3. Pembentukan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol .Dalam

pembentukannya, trigliserida merpakan hasil proses kondensasi satu molekul

gliseroldan tiga molekulasam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda –

beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air .

Bila R1=R2=R3 , maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida

sederhana (simple triglyceride), sedangkan bila R1, R2,R3, berbeda , maka

disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride).


2.2.4. Klasifikasi Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan,

yaitu:

 Berdasarkan Kejenuhannya (ikatan rangkap) :

1. Asam lemak jenuh

Tabel 1. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh, antara lain:

No. Nama Asam Struktur Sumber

1. Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak susu

2. Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak hewani dan nabati

3. Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak hewani dan nabati

2. Asam lemak tak jenuh

Tabel 2. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh, antara lain:

No. Nama Asam Struktur Sumber

1. Palmito leat CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati

2. Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati

3. Linoleat
l CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7C Minyak nabati

O2H

4. Linolenat CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH( Minyak biji rami

CH2)7CO2H
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan

tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai

zig-zag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls

tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh

merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai

hidrokarbonnya. asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak

lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat.

Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.

3. Berdasarkan sifat mengering

Tabel 3. Pengklasifiksian lemak dan minyak berdasarkan sifat


mengering.

No. Sifat Keterangan

Minyak tidak mongering  Tipe minyak zaitun, contoh: minyak zaitun,

(Non-drying oil) minyak buah persik, minyak kacang

1.  Tipe minyak rape, contoh : minyak biji rape dan

minyak mustard

 Tipe minyak hewani, contoh : minyak sapi

Minyak setengah mongering  Minyak yang mempunyai daya mongering yang

2. (semi-drying oil) lebih lambat.

Contoh : minyak biji kapas dan minyak bunga


matahari

Minyak nabati mongering  Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering

(drying oil) jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi

lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk


3.
sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka.

Contoh : minyak kacang kedelai dan minyak biji

karet

4. Berdasarkan sumbernya

Tabel 4. Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya.

No. Sumber Keterangan

1. Berasal dari tanaman (minyak  Biji-biji palawija.

Nabati)
Contoh: minyak jagung,biji kapas

2. Berasal dari hewan (lemak hewani)  Susu hewan peliharaan, contoh: lemak

susu

 Daging hewan peliharaan ,contoh: lemak

sapi, oleosterin

 Hasil laut, contoh: minyak ikan

sardin,minyak ikan paus.


5. Berdasarkan kegunaannya:

Tabel 5. Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan

kegunaanya.

No. Nama Kegunaan

1. Minyak meneral(minyak bumi)  Sebagai bahan bakar

2. Minyak nabati/hewani  Bahan makan bagi manusia

(minyk/lemak

3. Minyak atsiri(essential oil)  Untuk obata-obatan

Minyak ini mudah menguap pada

temperatur kamar,sehingga disebut juga

minyak terbang

2.2.5. Analisa Lemak dan Minyak

Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu;

Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat

dalam bahan makanan atau bahan pertanian.

Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan

dengan proses ekstraksinya,atau ada pemurnian lanjutan, misalnya

penjernihan (refining) ,penghilanganbau (deodorizing), penghilangan warna

(bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya


dengan daya tahannya selama penyimpanan,sifat gorengnuya,baunya maupun

rasanya.tolak ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty

acid atau FFA), angka peroksida ,tingkat ketengikan dan kadar air.

Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan

sifat minyak tertentu. data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya,angka

Reichert-Meissel, angka polenske,angka krischner, angka penyabunan, indeks

refraksi titik cair,angka kekentalan,titik percik,komposisi asam-asam lemak

,dan sebagainya.

 Penentuan sifat lemak dan minyak

Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-

sifatnya .

Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi:

1. Penentuan angka penyabunan

Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak

secara kasar .minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang

pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai

angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat

molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan

ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan satu gram lemak atau minyak.


2. Penentuan angka ester

Angka ester menunjukkan jumlah asam organik yang bersenyawa

sebagai ester. Angka ester dihitung dengan selisih angka penyabuanan dengan

angka asam.

Angka ester = angka penyabunan –angka asam.

3. Penentuan angka iodine

Penentuan iodine menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak

penyusunan lemak dan minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat

iodium dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat

menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemaknya.

Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine dalam gram yang diikat

oleh 100 gram lemak atau minyak.

4. Penentuan angka Reichert-Meissel

Angka Reichert-Meissel menunjukkan jumlah asam-asam lemak yang

dapat larut dalam air dan mudah menguap. Angka ini dinyatakan sebagai
jumlah NaOH 0,1 N dalam ml yang digunakan unutk menetralkan asam lemak

yang menguap dan larut dalam air yang diperoleh dari penyulingan 5 gram

lemak atau minyak pada kondisi tertentu. asam lemak yang mudah menguap

dan mudah larut dalam air adalah yang berantai karbon 4-6.

Angka Reichert-Meissel = 1,1 x (ts – tb)

Dimana ts = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi sampel

tb = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko

2.2.6. Penentuan Kualitas Lemak

Faktor penentu kualitas lemak atau minyak,antara lain:

1. Penentuan angka asam

Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat

dalam suatu lemak atau minyak . Angka asam dinyatakan sebagai jumlah

miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang

terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak.

2. Penentuan angka peroksida

Angka peroksida menunjaukkan tingkat kerusakan dari lemak atau minyak.


3. Penentuan asam thiobarbiturat (TBA)

Lemak yang tengik mengandung aldehid dan kebanyakan sebagai

monoaldehid. Banyaknya monoaldehid dapat ditentukan dengan jalan destilasi

lebih dahulu. Monoaldehid kemudian direaksikan dengan thiobarbiturat

sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna merah. Intensitas warna

merah sesuai dengan jumlah monoaldehid dapat ditentukan dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 528 nm.

Angka TBA = mg monoaldehida/kg minyak

4. Penetuan kadar minyak

Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan cara

thermogravimetrri atau cara thermovolumetri.

2.2.7. Kegunaan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi

kehidupan makhluk hidup. Adapun lemak dan minyak ini antara lain:

1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesipek

2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan

biomolekul

3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan

karbohidrat,karena lema dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan


menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein

dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau

karbohidrat.

4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan

untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan

kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.

5. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan

roti.

6. Memberikan tektur yang lembut dan lunakl dalam pembuatan es krim.

7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine

8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega

9. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak

esensial.

2.2.8. Sifat-sifat Lemak dan Minyak

 Sifat-sifat fisika Lemak dan Minyak

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin

dari lecitin

2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur

kamar

3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia

dan untuk pengujian kemurnian minyak.


4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil0,

sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon

disulfida dan pelarut halogen.

5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang

rantai karbon

6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi

karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian

pada kerusakan minyak atau lemak.

7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak

atau minyak dengan pelarut lemak.

8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan

minyak/lemak.

9. Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama

dari minyak / lemak

10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta

pengaruh kehadiran komponen-komponennya

 Sifat-sifat kimia minyak dan lemak

1. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari

trigliserida,menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi


kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip

transesterifikasi Fiedel-Craft.

2. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan

minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak

tersebut.

3. Penyabunan

Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada

trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol

dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.


4. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon

asam lemak pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak

didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak

yang bersifat plastis atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan

5. Pembentukan keton

Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa esterr.

6. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan lemak atau minyak . terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan

bau tengik pada lemak atau minyak.

2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi

merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan

pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno,

1989). Ekstraksi diartikan jugasebagai kegiatan penarikan kandungan kimia

yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair. Ektraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan

senyawa dari sistem campuran. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan

menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk

mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain
yang fasanya cair juga. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan

senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda.

Alat yang digunakan adalah corong pisah. Tujuan ekstraksi adalah untuk

menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini

didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut.

A. Proses yang terjadi selama proses ekstraksi :

 pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari simplisia

 melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel tanaman

melalui proses difusi dengan 3 tahapan :

1. Penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi pengembangan

(swelling) sel tanaman

2. Proses disolusi yaitu melarutnya kandungan senyawa didalam pelarut

3. Difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman (simplisia)

B. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada :

 bentuk/tekstur bahan yang digunakan

 kandungan air dari bahan yang diekstrasi

 jenis senyawa yang akan diekstraksi

 sifat senyawa yang akan diekstraksi


Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan

yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh

dengan cara maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk

bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan

simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode

soxhlet.

C. Hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Ekstraksi

Pada umumnya untuk menghindari reaksi enzimatik dan hidrolisis,

maka dilakukan perendaman simplisia dalam alkohol yang mendidih untuk

mematikan jaringan simplisia. Alkohol secara umum sangat baik untuk proses

ekstraksi awal simplisia. Proses ekstraksi dalam simplisia berdasarkan prinsip

kesetimbangan konsentrasi, apabila konsentrasi antara pelarut dan simplisia

telah setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak bisa menarik kandungan

kimia dalam simplisia oleh sebab itu dilakukan penambahan pelarut baru

dalam metode ekstrasi jenis tertentu. Ekstrasi pada simplisia jaringan hijau

(berklorofil), bila diekstraksi ulang warna hijau hilang sempurna, maka

diasumsikan seluruh klorofil & senyawa yang berbobot rendah lainnya sudah

terekstraksi seluruhnya.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Konsentrasi Dalam Ekstraksi

 perbandingan jumlah simplisia dan pelarut

 proses difusi sel yang utuh


 lama perendaman dan pengembangan simplisia

 kecepatan proses disolusi simplisia yang terintegrasi

 kecepatan terjadinya kesetimbangan

 suhu dan pH interaksi senyawa terlarut dan tidak larut

 tingkat lipopilitas (kepolaran)

E. Macam-macam Metode Ekstrasi

Berdasarkan energi/suhu yang digunaka ekstrasi dibagi menjadi 2 :

 cara dingin : maserasi dan perkolasi

 cara panas : refluks dan soxhletasi

Metode ekstraksi yang umum dilakukan :

 Maserasi

Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian

kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndamkan pada

simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka

disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalalah penambahan pelarut kedalam

simplisia yang diekstrasi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa

simplisia (residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang baru dengan

cara yang sama seperti diatas. kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama

dan memerlukan pelarut dalam jumlah yang banyak.

 Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru hingga semua pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction),

umunya dilakukan pada suhu kamar. tahapan perkolasi penetesan pelarut serta

penampungan perkolat nya hingga didapat volume 1 sampai 5 kali jumlah

bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi

selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak

boleh terlalu halus, karna dapat menyumbat pori-pori saringan perkolator.

 Refluks

Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta

simplisia selama waktu tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut

terus bersirkulasi didalam refluks (menguap, didinginkan, kondensasi,

kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran pelarut dan simplisia) di

dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama, hingga

didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna

(exhaustive extraction).

 Soxhletasi atau Ekstraksi Sinambung

Soxhletasi atau ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan

menggunakan pelarut yang selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi

terjadi secara kontinyu,dengan jumlah pelarut yang relatif konstan Metode

ekstraksi lainnya :

 Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan pengadukan

konstan) yang dilakukan pada suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya

40-50 Celcius

 Infus dan Dekok

Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan air yang mendidih pada

suhu 96-98 C, dalam waktu tertentu sekitar 15-20 menit, sedangkan dekok

adalah proses infus yang terjadi selama skitar 30 menit lebih, untuk dekok

sekarang sudah sangat jarang digunakan.

 Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada

simplisia (umumnya cara ini dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang

mudah menguap seperti minyak atsiri), sehingga uap air menarik kandungan

zat didalam simplisia, yang kemudian terkondensasi bersama-sama

menghasilkan ekstrak cair (campuran).

 Ekstraksi Ultrasonik

Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan

efek meningkatkan permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa

ditarik oleh pelarut.

E. Pelarut yang biasanya digunakan dalam ekstraksi

Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut :


1. Etanol

Etanol disebut juga etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal

sebagai alkohol. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang

mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna.

2. n-heksana

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur

(immiscible) menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk

pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primernya bukanlah analitis

namun preparatif, ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah

penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam

laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-

kadang digunakan pelarut yang rumit, namun seringkali hanya

diperlukan sebuah corong pisah. ( R. A. Day, Jr., Analisis Kimia

Kuantitatif ( Jakarta: Erlangga, 2001)

Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik

dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah

dengan mengekstraksi sinambung serbuk bahan dengan alat soxhlet

dengan menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai

dengan eter, lalau eter minyak bumi dan kloroform (untuk

memisahkan lipid dan terpenoid). Kemudian digunakan alkohol dan

etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Metode ini berguna bila

bekerja dengan skala gram. Tetapi jarang sekali mencapai pemisahan


kandungan dengan sempurna dan senyawa yang sama mungkin saja

terdapat (dalam perbandingan yang berbeda) dalam beberapa fraksi. (J.

B. Harborne, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (

ITB: bandung, 1987).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret – Mei 2012.

Lokasi penelitian adalah Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2.Alat dan Bahan

3.3.Prosedur Kerja

3.3.1. Preparasi Biji Rambutan

Biji buah rambutan dicuci hingga bersih kemudian biji rambutan tersebut

dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 5 hari. Biji yang

sudah dijemur kemudian dioven pada suhu 100˚C selama 3 jam untuk menghilangkan

kadar air yang masih tersisa untuk selanjutnya dihaluskan menggunakan blender

sampai terbentuk serbuk biji rambutan.

3.3.2. Ekstraksi Biji Rambutan

a) Sampel serbuk biji rambutan kering ditimbang sebanyak 50 gram kemudian

dibungkus menggunakan kertas saring.

b) Sampel tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer

c) Pelarut n-heksana ditambahkan sebanyak 400ml.

d) Erlenmeyer diletakkan diatas hotplate dan dihubungkan dengan alat refluks.

e) Larutan tersebut dipanaskan


f) Hasil ekstraksi adalah larutan campuran antara minyak biji rambutan dengan

pelarut n-heksana.

g) Larutan campuran hasil ekstraksi dipisahkan dengan pemanasan kembali

sehingga didapatkan minyak biji rambutan yang bebas pelarut.

3.3.3. Analisis Minyak

a) Analisis GC-MS

1. Sebanyak 1 ml sampel minyak biji rambutan disiapkan.

2. Sampel dianalisis menggunakan spektrometer GC-MS.

b) Analisis IR

1. Sebanyak 1 ml sampel minyak biji rambutan disiapkan.

2. Sampel dianalisis menggunakan spektrometer IR.

c) Analisis Kadar Asam Lemak Bebas

1. Sebanyak 2 gram sampel minyak biji rambutan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer dan ditambah 5 ml metanol netral panas .

2. Campuran minyak dan metanol tersebut dipanaskan selama 20 menit atau

sampai kedua larutan tersebut tercampur baik.

3. Larutan didinginkan kemudian ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein

(PP).

4. Larutan dititrasi menggunakan KOH 0,1 N sampai warna larutan menjadi

merah muda.
d) Analisis bilangan ester

1. Sisa cairan bekas penetapan bilangan asam (asam lemak yang sudah

mengandung asam lemak bebas) ditambahkan 10 ml alkohol KOH 0,5

2. Batu didih dimasukkan dan erlemeyer disambungkan dengan

pendingin tegak lalu refluks selama 15-30 menit.

3. Pada akhir pendidihan, ditetesi indikator PP maka larutan harus

berwarna merah berarti masih ada kelebihan alkohol KOH, kalau tidak

merah berarti masing kekurangan alkohol KOH dan harus ditambah 10

ml Alkohol KOH 0,5 N, lalu refluks kembali selama 15-30 menit.

4. Campuran diangkat dan dinginkan sebentar (diusahakan tidak terlalu

dingin karena bisa membeku), lalu dititar dengan HCl 0,5 N sampai

warna merah jambu muda

5. Dilakukan titrasi blanko dengan proses pengerjaan yang sama dengan

sampel.

e) Analisis Bilangan Penyabunan

1. Sebanyak 2 gram sampel minyak biji rambutan yang sudah bebas air

dan asam mineral dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan

10 ml tepat alkohol KOH 0,5 N

2. Batu didih dimasukkan dan erlemeyer disambungkan dengan

pendingin tegak lalu refluks selama 15-30 menit.


3. Pada akhir pendidihan, ditetesi indikator PP maka larutan harus

berwarna merah

4. Campuran diangkat dan dinginkan sebentar (diusahakan tidak terlalu

dingin karena bisa membeku), lalu dititar dengan HCl 0,5 N sampai

warna merah jambu muda

5. Dilakukan titrasi blanko dengan proses pengerjaan yang sama dengan

sampel.

f) Analisis Bilangan Iodium

1. Sebanyak 0,1 - 0,2 gram sampel minyak biji rambutan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer tutup asah dan ditambahkan 5 ml chloroform

2. Larutan hanus (dibuat dengan cara melarutkan kristal iodin dan bromin cair ke

dalam asam asetat glasial) sebanyak 10 ml dari buret ditambahkan ke dalam

campuran

3. Campuran dikocok dan disimpan pada tempat yang gelap selama 15 menit

4. Sebanyak 10 ml KI 10% ditambahkan dan diencerkan dengan air suling

5. Campuran dititer dengan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning muda,

6. Campuran hasil titrasi ditambahkan 1-2 ml kanji dan dititrasi

kembalisampai larutan tepat tak berwarna

7. Dilakukan titrasi blanko dengan proses pengerjaan yang sama dengan

sampel.

g) Analisi Bilangan Perosida


1. Sebanyak 5 gram sampel minyak biji rambutan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer 250ml

2. Sebanyak 30 ml pelarut yang terdiri dari asam asetat glasial : kloroform

ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan di kocok sampai minyak larut

3. Sebanyak 0.5 ml larutan KI jenuh ditambahkan dan ditutup rapat sambil

dikocok

4. Larutan didiamkan selama 1 menit dan ditambahkan 30 ml aquadest

5. Larutan dititrrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai warna kuning

hampir hilang

6. Lalu ditambahakan 0.5 ml amilum 1% (terbentuk warna biru) dan dititrasi

kembali sampai warna biru yang terbentuk hilang

Anda mungkin juga menyukai