KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pelaksanaan Program
Sebagai dasar pemikiran untuk mengungkap permasalahan yang
akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini, maka terlebih dahulu
mendefinisikan pelaksanaan dan program, agar lebih jelas mengenai
pengertian pelaksanaan program itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997: 308), pelaksanaan berasal dari kata laksana yang artinya
menjalankan atau melakukan suatu kegiatan. Sedangkan Joan L. Herman
yang dikutip oleh Farida (2008: 9) mengemukakan definisi program
sebagai, segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Lebih lengkap lagi, Hasibuan
(2006: 72) juga mengungkapkan bahwa program adalah, suatu jenis
rencana yang jelas dan konkret karena di dalamnya sudah tercantum
sasaran, kebijaksanaan, prosedur, anggaran, dan waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan.
Selain itu, definisi program juga termuat dalam Undang-Undang RI
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, menyatakan bahwa :
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran
9
10
11
dan
pemberhentian
tenaga
kerja
untuk
membantu
12
Koesoemaatmadja
(dalam
Nurcholis,
2007:
15)
13
termasuk
dalam rangka
tugas
14
4. Pelatihan Keterampilan
Peningkatan, pengembangan, dan pembentukan tenaga kerja yang
terampil dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
ketiga hal tersebut saling terkait, namun pada hakikatnya pelatihan
mengandung unsur pembinaan dan pendidikan. Menurut Oemar Hamalik
(2005: 10), pelatihan merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan atau upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja
profesional kepelatihan dalam suatu waktu, dengan tujuan meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Pendapat sejenis dikemukakan oleh Bernardin & Russell (dalam
Gomes, 2003: 197) yang menyatakan bahwa, Pelatihan adalah setiap
usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawab, atau suatu pekerjaannya. Pelatihan lebih
berkaiatan dengan peningkatan keterampilan seseorang, baik yang sudah
menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu maupun yang baru akan
melangkah ke dunia kerja, sehingga lebih menekankan pada keterampilan
(skill).
Sehingga yang dimaksud dengan keterampilan menurut Hutapea dan
Thoha (2008: 28) merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu aktifitas atau pekerjaan. Lebih lanjut lagi Siagian (2003: 57) juga
mengemukakan pengertian keterampilan sebagai kemampuan teknis untuk
15
dalam
penerapannya
ditunjukkan
kepada
kegiatan-kegiatan
operasional.
Pelatihan keterampilan identik dengan pelatihan kerja, karena di
dalamnya melatih sumber daya manusia menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Menurut Sagir (1989: 40), latihan kerja adalah sub sistem dari
sistem pendidikan secara keseluruhan. Apabila pendidikan formal lebih
menekankan kepada pembentukan dan pengembangan kepribadian, bakat,
sikap, mental, pengetahuan, kecerdasan, daya analisis dan kreativitas,
maka latihan kerja menekankan pada keterampilan yang disebut
profesionalisme. Latihan memang harus selalu berkaitan dengan dunia
kerja dan persyaratan kerja, oleh karena itu latihan kerja akan lebih bersifat
fleksibel dibanding pendidikan formal. Latihan kerja akan terus diperlukan
karena dunia kerja dan persyaratan kerja terus berkembang dan berubah
dengan cepat.
Pengertian tentang pelatihan kerja juga tertera dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-02/MEN/1987 tentang pendayagunaan
fasilitas latihan dan biaya latihan kerja kurus latihan kerja, yang berisi :
Program latihan kerja adalah satu paket latihan kerja untuk
keterampilan tertentu, dengan persyaratan dan penetapan hasil
latihan yang jelas di mana kualifikasi hasil latihan kerja
menunjukkan kualifikasi jabatan tertentu, dengan pembatasan jumlah
16
dalam
UU
Nomor
13
tahun
2003
tentang
kemampuan
dedikasi
melaksanakan
dan
kemampuan
loyalitas,
kemampuan
berdisiplin
yang
baik.
17
a) Tujuan pelatihan
Dalam merencanakan pendidikan dan latihan hal pertama yang harus
diperhatikan adalah penentuan tujuan. Adanya tujuan pendidikan dan
pelatihan membuat kegiatannya dapat terarah, apakah pendidikan dan
pelatihan tersebut bertujuan peningkatan pengetahuan, keterampilan
atau ada tujuan lain.
b) Manfaat pelatihan
Setiap pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat membawa manfaat, baik
untuk individu maupun organisasi. Adanya manfaat bagi individu
menjadikan orang termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas
sumber dayanya.
c) Peserta pelatihan
Menurut Hamalik (2005: 35), penetapan peserta erat kaitannya dengan
keberhasilan suatu pelatihan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi
untuk menentukan peserta agar memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan seperti :
(1) Persyaratan akademik, yang berupa jenjang pendidikan dan
keahlian
(2) Jabatan, peserta telah menempati jabatan tertentu atau akan
menempati pekerjaan tertentu
(3) Pengalaman kerja
(4) Motivasi dan minat terhadap pekerjaannya
(5) Tingkat intelektualitas yang diketahui melalui tes seleksi
18
d) Pelatih (instruktur)
Pelatih atau instruktur sebagai penyampai materi memegang peranan
penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan, maka
pelatih yang terpilih harus ahli dan berkualifikasi profesional. Syarat
pelatih yang dapat digunakan sebagai pertimbangan adalah :
(1) Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam
spesialisasi teretntu
(2) Memiliki kepribadian yang baik
(3) Berasal dari dalam lingkungan organisasi itu sendiri
e) Waktu pelatihan
Lamanya pelatihan berdasarkan pertimbangan berikut :
(1) Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari dalam
pelatihan tersebut lebih banyak dan lebih tinggi bermutu,
kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama
diperlukan latihan.
(2) Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti kegiatan
pelatihan. Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu balajar
tentu memerlukan waktu latihan yang lebih lama.
(3) Media pengajaran, yang menjadi alat bantu bagi peserta dan
pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu
kegiatan pelatihan dan dapat mengurangi lamanya pelatihan
tersebut (Hamalik, 2005 : 35-36).
19
20
intelektual,
mengembangkan
seni
berpikir,
dan
21
f) Media pelatihan
Hamalik (2005: 67) menyatakan bahwa media pelatihan adalah salah
satu komponen yang berfungsi sebagai unsur penunjang proses
pelatihan, dan menggugah gairah motivasi belajar. Pemilihan dan
penggunaan media ini mempertimbangkan tujuan dan materi pelatihan.
Ketersediaan media itu sendiri serta kemampuan pelatih untuk
menggunakannnya. Jenis-jenis media komunikasi dalam program
pelatihan yang disesuaikan dengan penelitian ini adalah :
(1) Benda Asli, benda asli atau benda sebenarnya ini dapat merupakan
spesimen makhluk hidup ataupun spesimen yang terbuat dari benda
tak hidup (benda asli bukan makhluk hidup).
(2) Model, merupakan benda-benda bentuk tiruan dari benda aslinya.
Model kerja di mana bagian-bagiannya dapat diperagakan atau
dipertunjukkan proses kerjanya.
(3) Media gambar, merupakan media yang merupakan reproduksi
bentuk asli dalam dua dimensi. Media gambar dapat berupa poster,
karikatur, dan gambar itu sendiri.
(4) Media bentuk papan, media ini berupa papan sebagai sarana
komunikasi
instruksional,
seperti
papan
tulis
atau
papan
demonstrasi.
(5) Media
yang
diproyeksikan,
berupa
gambar-gambar
yang
22
(7) Media cetak, adalah bahan hasil cetakan, bentuk buku, maupun
leaflet (Hamalik, 2005: 68-70).
Dari beberapa uraian di atas jelas bahwa pelatihan merupakan sarana
yang ditujukan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja baik karyawan,
organisasi maupun masyarakat yang dipandang kurang efektif sebelumnya.
Melalui pelatihan akan mampu mengurangi adanya dampak negatif yang
disebabkan kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan kurangnnya
kepercayaan diri atau pengalaman yang terbatas dari anggota atau
kelompok tertentu. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan keterampilan merupakan upaya mempersiapkan dan membina
sumber daya manusia melalui proses pendidikan, untuk meningkatkan
kemampuan atau keahlian khusus, dengan mengembangkan aspek
kemampuan intelektual dan kepribadian baik individu maupun kelompok
agar lebih produktif dan sejahtera.
5. Ketenagakerjaan
Elemen-elemen penting dalam ketenagakerjaan terdiri dari :
a. Tenaga Kerja
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
atau
Human
Resources
23
24
25
26
4) Pengangguran teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian
tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Pengangguran
yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi
lainnya dinamakan pengangguran teknologi.
5) Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai
akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja
yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam
jangka panjang membuat mereka tidak melakukan suatu pekerjaan.
Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, oleh
karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka
dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang
menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan
tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan
sesuatu industri.
6) Pengangguran tersembunyi
Pada banyak negara berkembang didapati bahwa jumlah pekerja
dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang
sebenarnya diperlukan, supaya ia dapat menjalankan kegiatannya
dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan
dalam pengangguran tersembunyi.
27
7) Setengah menganggur
Pada negara-negara berkembang, migrasi dari desa ke kota sangat
pesat, akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat
memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa
menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam
kerja mereka jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka hanya
bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam
sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti itu
digolongkan sebagai setengah menganggur (underemployed).
Pengangguran
akan
muncul
dalam
suatu
perekonomian
28
proses
produksi
dalam
perekonomian
akan
mengakibatkan
dalam
diinginkan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Indra Budi Nurcahyo (2001) dengan
judul Studi kasus Program Latihan Kerja Institusional di Balai Latihan Kerja
Usaha kecil dan menengah Kabupaten Sleman DIY. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan model pendekatan studi kasus.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui implementasi program
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
program. Implementasi program juga mencoba untuk mengidentifikasi
hambatan-hambatan yang muncul dalam proses implementasi serta upaya
untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Sedangkan hasil akhir implementasi
menampilkan
performansi
yang
menyangkut
keberhasilan
maupun
29
30
keterampilan dan keahlian khusus sesuai dengan bidang yang dicari. Namun
pada kenyataannya sumber daya yang tersedia belum mempunyai
keterampilan atau kemampuan yang memadai.
Oleh karena itu, Balai Latihan Kerja (BLK) Sleman berdasarkan tugas
pembantuan yang diberikan oleh Balai Besar Latihan Ketransmigrasian
(BBLK) melakukan kegiatan yakni pembuatan suatu program pelatihan
keterampilan sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran di
Kabupaten Sleman, salah satunya dengan menerapkan program pelatihan
keterampilan institusional yang dilaksanakan pada periode Bulan Maret 2013
dengan pembiayaan APBN. Upaya program pelatihan keterampilan
institusional ini dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan tenaga
pengajar dan fasilitas pelatihan di Balai Latihan Kerja. Pelatihan menjadi
sangatlah penting dalam menjawab keterbatasan sumber daya potensial yang
dimiliki, mengingat perkembangan teknologi yang menuntut persyaratan
kerja tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya serta untuk memperoleh
efektivitas serta efisiensi kerja.
Sejak
didirikannya
BLK
Sleman
sebagai
institusi
bidang
31
32
Peningkatan Jumlah
Pengangguran di
Kabupaten Sleman
Pelaksanaan
Program Pelatihan
Keterampilan
Institusional periode
Maret 2013
Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
penyelenggaraan program
pelatihan, yakni :
1. Tujuan Pelatihan
2. Peserta Pelatihan
3. Pelatih (instruktur)
4. Materi/ bahan pelatihan
5. Waktu Pelatihan
6. Fasilitas Pelatihan
7. Metode Pelatihan
8. Media Pelatihan
9. Manfaat Pelatihan
Tercapainya Tujuan
Program Pelatihan
Keterampilan
Institusional Periode
Maret 2013
Kendala Dalam
Pelaksanaan Program
Pelatihan Keterampilan
Institusional Periode
Maret 2013
33